Inikah yang dinamakan takdir?

488 17 1
                                    

Pria itu mendudukkan dirinya dibangku panjang yang terbuat dari batu. Keringat yang bercucuran dipelipisnya membuktikan seberapa melelahkannya pekerjaan yang terpaksa harus dia lakukan.

Mengatur barisan itu sedikit susah terutama yang berisikan murid-murid yang tidak disiplin, entah itu terlambat maupun tidak memakai atribut dengan lengkap dan sesuai.

Belum lagi beberapa diantara mereka pasti ada yang ribut dan ogah-ogahan untuk bergerak cepat.

Seharusnya ini menjadi tugas Hyunjin yang memang memiliki kewajiban untuk mengatur para murid yang tidak disiplin.

Dibawah matahari yang terik, kegiatan apa saja bisa membuatnya berkeringat dengan cepat. Apalagi jika harus melakukan sesuatu yang cukup menguras tenaganya ditengah matahari yang sangat terik.

"Min, si Jisung mana?"

Seungmin menoleh dan mengendikkan bahunya. Pria itu kembali menyibukkan dirinya dengan mencatat seluruh nama murid-murid yang berada didalam barisan itu.

Kurangnya tenaga pengurus saat ini membuat keduanya pusing bukan kepalang karena harus mengurus semuanya berdua.

"Kalau Sunwoo, Hyunjin, atau Eric?"

Seungmin mengibas-gibas papan itu kearahnya lalu menghalau wajahnya yang sedari tadi terkena sinar matahari.

"Sunwoo izin hari ini, kalo Hyunjin, dia ada urusan sebentar diruang guru. Dan... Eric,"

Seungmin terlihat enggan lebih tepatnya malas untuk melanjutkan ucapannya.

"Dia juga ngi--

"--lang"

Seungmin yang melihat sesosok yang berlari kearah keduanya lantas menepuk pundak Soobin.

Seungmin menatap Eric heran bercampur kesal. "Lo darimana?"

Eric yang baru saja datang dengan membawa kotak pun menaruhnya sembarang dan mendekat kearah Seungmin.

Soobin yang sedari tadi duduk untuk mengadem pun beranjak . "Kok cuma lo doang yang datang, Jisung mana? Dia bareng lo kan tadi?"

Bukannya malah menjawab, Eric malah mengatakan sesuatu yang menyulut amarah Soobin. "Disuruh Jisung rapat setelah ini."

"Kok dia malah ngatur seenaknya sih?" Soobin mengeram kesal, sedangkan Eric hanya mengendikkan bahunya. Dia sama sekali tak tahu-menahu mengenai masalah itu, lagipula ia hanya menyampaikan pesan Jisung pada keduanya.

"Gak, gak ada yang boleh main buat keputusan seenaknya. Jangan ada yang ikut rapat hari ini."

Soobin sudah memutuskan untuk tetap mempertahakan ego-nya. Ia sudah cukup muak dengan organisasi aneh ini. Organisasi yang awalnya dibangun untuk mengatur murid agar disiplin malah dipimpin oleh murid yang juga tak tahu displin dan tanggung jawab.

"Bin, dipanggil rapat."

Kedatangan Hyunjin membuat ketiga orang itu saling melemparkan tatapan. "Kok lo---"

Baru saja Seungmin ingin melemparkan pertanyaan kepada Hyunjin yang sepertinya juga tahu mengenai rapat dadakan itu.

"Disuruh Pak Chan buat kumpul". Keduanya pun mengangguk mengerti, terkecuali Soobin yang mengerutukkan giginya dengan kesal.

"Bin, lo gak usah ikut rapat hari ini, kalo lo bener-benar gak mau." Seungmin menepuk pundak Soobin dengan pelan.

"Gue harus ikut, soalnya gue gak dicap gak bertanggung jawab kayak si ketos gak guna itu." Entah ucapan Soobin yang terlalu sarkas atau emang ucapannya memang sengaja menyindir membuat ketiga orang itu tertawa.

[✓] 𝙃𝙊𝙊𝘿𝙄𝙀Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang