Chapter 8 : Das Sein

347 61 12
                                    

Yeonjun mengerjapkan matanya berkali-kali, menguceknya supaya pandangannya terasa lebih jelas. Lelaki itu merubah posisinya menjadi duduk, ia mengedarkan pandangannya ketika ia mendapati bahwa dirinya berada ditempat yang terlihat asing. Ah iya, ia baru ingat, beberapa menit lalu ia pingsan karena penyakitnya.

Yeonjun menatap kulit tangannya, tubuhnya serta mematut diri dikaca. Tubuhnya tak lagi memerah, wajahnya tak lagi memperlihatkan perubahannya. Ia khawatir, bagaimana pandangan semua orang disekolah ini ketika mereka tahu bahwa dirinya adalah seorang monster?

Otaknya mengingat kembali histori lama yang terekam jelas beberapa bulan yang lalu. Apakah akan ada seseorang yang akan bersikap sama seperti Zhong Chenle? Apakah ia akan dibully atau disiksa sampai mati? Apakah semua orang akan mengucilkannya? Dan yang paling menjadi ketakutan terbesarnya adalah, apakah Yeoreum, Soobin, dan Beomgyu akan meninggalkannya ketika mereka telah melihat sisi monsternya?

"Ah, Yeonjun-ah, kau sudah bangun? Sepertinya kau lelah setelah bermimpi lama, Soobin dan Beomgyu kembali ke kelas, jadi aku yang menunggumu disini, eoh!"

Yeonjun membalikkan tubuhnya ketika sebuah suara mengintrupsinya. Seorang gadis membawa baki yang diatasnya terdapat segelas air putih serta dua helai roti tersenyum menatapnya.

Sedangkan laki-laki itu membulatkan kedua matanya. Ia memundurkan langkahnya. Ekspresinya seperti orang ketakutan.

Yeoreum yang merasakan gerakan aneh dari Yeonjun pun mendekat. Namun, ketika gadis itu mencoba untuk melangkahkan kembali kakinya, teriakan Yeonjun menahannya.

"Geumanhae! Jangan mendekat!" Yeonjun mengibaskan telapak tangannya, menyuruh Yeoreum pergi dari sana sekarang juga.

Yeoreum nampak kebingungan dengan perilaku Yeonjun, "Yeonjun-ah? Wae?"

"Jangan mendekat, jika kau tidak mau terluka! Aku ini monster, kau lihat wujud asliku kan?" kata Yeonjun.

"Yeonjun-ah, tenanglah. Aku ini temanmu, aku akan berada disampingmu. Aku tidak pernah menganggapmu pembawa sial ataupun monster. Aku mengatakan hal yang sama saat kita pertama kali bertemu," balas Yeoreum.

Yeonjun masih memundurkan langkahnya sampai akhirnya punggungnya menempel pada tembok. Tubuhnya merosot menyentuh lantai marmer yang dingin itu.

"Yeonjun-ah, jangan bicara apapun dulu, kau harus makan." Yeoreum mendekat kemudian meletakkan baki itu diatas nakas.

Gadis itu turut ikut duduk dilantai bersama Yeonjun yang sedang memeluk lututnya sambil terdiam.

"Minumlah, aku tahu kau lelah," ucapnya sambil menodongkan segelas air putih hangat.

Yeonjun menerimanya. Lelaki itu meneguknya perlahan sampai akhirnya habis tanpa sisa kemudian memberikannya kembali pada Yeoreum.

"Apa yang terjadi? Kau kenapa?" tanya Yeoreum sembari meletakkan gelas kembali ketempatnya.

"Kenapa aku terlahir seperti ini? Apakah aku tidak layak untuk bahagia? Aku takut jika aku mendapat perlakuan seperti dulu lagi. Aku butuh orang tuaku untuk menjelaskan semuanya. Tapi, mereka telah tiada. Tidak ada siapapun yang dapat membantuku sekarang," terang Yeonjun kepalanya menunduk.

"Yeonjun-ah, apakah aku, Beomgyu, dan Soobin tidak berguna? Kami semua akan membantumu---"

"Apakah kalian bisa mengembalikan kedua orang tuaku? Lalu bagaimana kalian akan membantuku? Menutup semua mulut dan mata semua orang tentang diriku? Aku ingin hidup seperti kau, Beomgyu dan Soobin juga!"

Seruan dari Yeonjun membuat gadis itu terpaku. Benar, bagaimana caranya untuk membuat Yeonjun sembuh terlepas dari pandangan orang lain sedangkan mereka tidak tahu asal usul Yeonjun yang sebenarnya.

"Yeonjun-ah!---"

"Pergilah, aku ingin sendiri."

Yeoreum menunduk, "Arrasseo, jika kau butuh bantuan, panggil kami. Jeongmal mian, kami pasti membantumu semampu kami, karena kau adalah teman kami."

Sesaat setelah Yeoreum mengatakan hal demikian, gadis itu menghilang. Yeonjun menghela napas berat, haruskah ia tidak perlu menyelesaikan masalah berat ini dan memilih mengakhiri hidupnya lagi? Masalah ini terlalu berat untuk seorang remaja lugu sepertinya.

***

"Yeoreum-ah! Yeoreum-ah!"

Yeoreum berdesis, merasa terganggu dengan panggilan lirih dari Beomgyu yang bertahan sejak 20 menit lalu. Bukannya tak ingin menjawab, tapi keadaan yang menyuruhnya untuk diam. Saat ini keduanya sedang berada didalam kelas dimana guru matematika sedang menyampaikan ilmunya. Menoleh sedikit saja ke kiri atau pun ke kanan apalagi ke belakang, jangan harap bisa selamat.

Sret!

Ekor mata Yeoreum melirik kearah Beomgyu yang baru saja menyobek sehelai kertas pada bukunya. Sahabatnya itu terlihat sedang serius menulis. Entah kenapa mendadak berhenti memanggilnya. Syukurlah, posisinya tidak terancam.

Srek!

Tiba-tiba Beomgyu menyisipkan kertas tadi pada buku Yeoreum. Apa yang dilakukan lelaki ini? Kenapa seniat ini untuk mencoba mengajaknya berbicara? Merasa kembali terganggu, akhirnya Yeoreum menyerah dan mengambil kertas itu.

Bagaimana keadaan Yeonjun?

'Kurang ajar! Hanya menanyakan Yeonjun tapi 30 menit mengusikku? Kapan aku ditanya soal perasaanku padanya?'

Yeoreum menghela napas berat. Bolpoinnya bergerak diatas kertas itu dibarisan selanjutnya. Gadis itu tengah menuliskan balasan dari pesan Beomgyu.

Ada sesuatu yang terjadi padanya. Akan kujelaskan nanti saja. Kau mau mati hah?

Gadis itu meletakkan kertas diatas meja Beomgyu cepat. Terlihat jelas ekspresi bingung Beomgyu yang menoleh kearahnya. Yeoreum rasa, ia telah mengirimkan balasan yang salah. Seharusnya ia tidak menuliskan kalimat pertama itu. Karena tentu hal itu akan membuat Beomgyu semakin penasaran. Buktinya sekarang, lelaki yang biasanya selalu fokus dengan pelajaran sekarang rusuh mengetuk-ngetukkan jari-jarinya dimeja.

"Diamlah! Apa kau benar-benar bosan hidup?" bisik Yeoreum.

"Im Yeoreum! Choi Beomgyu!"

Kedua sejoli itu tersentak ketika nama mereka disebut oleh suara bariton yang sangat mereka kenal sekali. Keduanya menoleh horor ke sumber suara. Bencana apalagi yang akan diterima mereka. Sepasang mata tajam itu menatap mereka dengan tatapan yang begitu menusuk.

"KALIAN INI YA---"

Tok tok tok....

Amukan guru matematika mereka terhenti saat saya ketukan pintu menginterupsi. Yeoreum jadi bisa bernafas lega, sambil memicingkan mata pada Beomgyu yang meringis ke arahnya. Rupanya wali kelas mereka yang mengetuk pintu. Yeoreum juga tidak tahu mau apa si pak tua itu, tetapi wali kelas dan guru matematikanya terlihat berdiskusi di depan kelas.

"Ah, baiklah. Anak anak, kita kedatangan teman baru," kata wali kelas mereka setelah usai berdiskusi dengan guru matematika.

"Mwoya, murid baru lagi?" gumam Yeoreum lirih.

Seorang lelaki berambut blonde kemudian memasuki kelas. Lelaki itu tersenyum sambil membungkuk hormat dan memperkenalkan dirinya. "Annyeonghaseyo, jeoneun Zhong Chenle ibnida."

***

"Sialan Lucy sama Angel, gantungin sampe beberapa bulan. Giliran update, beberapa paragraf doang."

Iya tahu tahu. Maafin kita ya suka gantungin kalian. Habisnya bener bener sibuk, apalagi ada kendala lupa ide segala. Pokoknya ada aja dah kendalanya

Makasih yang udah setia baca sampai sini. I love you all😍

Crown || Choi YeonjunTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang