Jangan lupa Vote+Coment kalian ya blurb blurb...!
Warning, Typo!
Happy Reading!!!!!
( ╹▽╹ )
"ASSALAMUALAIKUM...!" Sherene berteriak sambil berlari masuk kedalam rumahnya yang besar.
Dimas yang sedang mengecek laporan keuangan perusahaan mendonggak, kemudian tersenyum pada putrinya yang berlari menghampiri dirinya kemudian mengecup kedua pipinya bergantian.
"Aku ganti baju dulu ya, Pa!." Ucap Sherene diangguki oleh Dimas.
Geraldo sendiri, dia belum mau masuk kedalam rumah. Entah ini sebuah balasan dari tuhan atau apa, saat turun dari mobil dirinya kembali mendengar teriakan Sharine dulu, yang meminta tolong padanya untuk menjauhkan Dimas dan Adisa untuk berhenti memukul gadis itu.
Geraldo juga merasakan sakit di beberapa bagian tubuhnya, padahal secara fisik dia benar-benar sehat tanpa lecet sedikitpun.
Geraldo termenung di samping mobil nya. Laki-laki itu mengeluarkan handphone nya dengan tergesa-gesa, untuk menghubungi seseorang.
"Nick, gue mohon, kasih nomor Sharine." Saat telfon tersebut diangkat, Geraldo langsung mengucapkan hal tersebut. Takut, Nicky akan menutup telfon secara tiba-tiba.
Tut... Tut...
Tanpa membalas omongannya, Nicky langsung mematikan telfon Geraldo. Kemudian, sebuah pesan masuk kedalam ponselnya.
Nicky : cri sndiri.
Geraldo mengumpat. Laki-laki itu kemudian mencari Instagram ketua kelas di kelas yang Sharine tempati. Mungkin saja, dia memiliki nomor adiknya dari grup kelas.
G.grld_
Gue boleh minta nomor Sharine kelas Lo?G.grld_
Gue ada keperluan tentang sekolah.Sshyy_saa
Sorry kak. Gak ada.G.grld_
Cepet Lo cari nomornya di grup kelas. Penting banget, gc!Sshyy_saa
Dia gak join grup.G.grld_
GOBLOK!G.grld_
BEGO JADI KETUA, TEMEN SEKELAS AJA GAK SEKONTAK, ANJING. GILA LO, KETUA KELAS GAK ADIL!/G.grld memblokir Sshy_saa
Geraldo menyisir rambutnya ke belakang, kesal karena tidak mendapatkan nomor seseorang yang dia mau. Seketika dia mengerjap pelan, menyadari sesuatu yang basah mendarat di wajahnya. Laki-laki itu mendongak, menatap langit gelap—sepertinya hujan deras akan turun.
Satu tetes.
Dua tetes.
Tiba-tiba tetesan air hujan jatuh dari langit sana, seolah-olah mereka ikut berduka mengenai kesedihannya karena bingung harus bagaimana agar Sharine pulang ke rumah.
Geraldo mengambil tas yang berada di kursi belakang, kemudian berlari masuk kedalam rumah.
"Kok pulang telat?." Adisa yang sudah duduk di kursi makan bersama yang lain bertanya heran.
KAMU SEDANG MEMBACA
THE SECRET OF SHARINE
Teen FictionSharine dengan segala rahasianya. Sialnya, keluarga yang sudah membuangnya dulu, kini kembali memintanya untuk pulang. Gila. 5 tahun lebih, mereka kemana saja?