3. Dendam

65 7 2
                                    

"Oke deh, sampai ketemu lagi jagoan!" ucapnya dengan menekan kata Jagoan, mereka pun pergi.

Huuu, apa-apaan si mereka. Beraninya keroyokan, awas aja ya. Gue bener-bener kesal.

Tiba-tiba dari arah belakang ter...

🌾🌾🌾

Tiba-tiba dari arah belakang tersebut ada yang melihat kejadian itu karna melihat situasi sudah aman. Orang itu memilih keluar dari persembunyianya.

"Hei, kamu yang tadi maju ke depan!"

Eh? Emang siapa yg di panggil? Perasaan gak ada siapa-siapa deh.

"Hei, kamu! Anak baru SMA TEKUNG, yang nyanyi Indonesia tiga stansa!" suara panggilan itu seperti mengarah padaku.

"Aku?" jawab gue sambil menoleh. Oh, ternyata Kakak Osis kemarin. Siapa namanya, emm...Rey atau Roy ahh lupa.

"Ada apa kak?" ucap gue ramah.

"Akhirnya noleh juga. Tadi itu siapa? Yang cegat kamu di dekat sekolah?" tanyanya.

"Oh, mereka itu lawan beda sekolah waktu lomba di SMP." jawab gue.

"Tuh, kan gue bilang apa! Roy, kita liat situasi dulu, baru bertindak." ucap temannya.

"Oh... Gue pikir ada keroyokan. Ya udah, gue pulang dulu." ucap kakak osis, yang gue tau namanya Royan.

"Iya kak, hati-hati."

Flash back on

"Naa, gimana kamu sudah siap untuk turnamen lusa?" kata pak Arik, guru Olahraga sekaligus pembimbing Pencak silat di sekolah.

"Alhamdulillah, tinggal latihan pengembangan saja pak." jawab ku semangat.

"Alhamdulillah kalo gitu, pokoknya kamu harus semangat terus ya Una, berdoa dan yang paling penting jangan pernah memandang rendah lawan!" ucap pak arik memberi Nasihat.

"Siap pak!"

Tanpa terasa hari H yang di tunggu-tunggu tiba. Semua peserta dari SMP negri dan swasta berkumpul membanjiri stadion tanpa menghiraukan panasnya Udara.

Setelah satu per satu nama sekolah di sebut, turnamen pun di mulai. Aku tidak sabar menunggu namaku di panggil. Aku harus menang, tapi meskipun begitu aku tetap gak boleh meremehkan lawan, Ingat nasihat pak arik.

RoughTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang