3

938 117 10
                                    

Setelah beristirahat selama dua hari, pagi ini Jennie memutuskan untuk kembali bekerja. Meskipun ia merasa akan membuat kekacauan kembali, namun setidaknya ia harus masuk demi gajinya yang sedikit itu.

"Kau niat bekerja tidak? Kalau lelah, sudah ke gudang dulu!" Kang Woojin, sang pemilik kafe baru saja melakukan sidak atas pekerjaan Jennie yang dianggap terlalu santai dan membuat beberapa kesalahan.

"Maafkan aku sajangnim, aku sepertinya perlu istirahat" kata Jennie lirih, wanita itu lalu membawa tubuh mungilnya ke gudang untuk beristirahat sejenak.

Di gudang, ia tidak benar benar beristirahat. Kim Jennie kini sedang memperhatikan kartu nama bertuliskan nama seseorang, seseorang yang berhasil membuat pikirannya kalut.

Sebuah ingatan tiba tiba muncul, ingatan pada hari yang cukup kelabu, saat Jennie merasa kehilangan segalanya.

"Kumohon maafkan aku, kau bisa menghubungiku jika kau ternyata hamil" kata Hanbin sambil memberikan kartu namanya.

"Kau pikir semudah itu? Setelah mencuri kehormataku, kini kau membuatku gila dengan menyatakan bahwa tadi malam kau tidak menggunakan pengaman?! Kemudian mulutmu yang penuh omong kosong mengatakan akan menikahiku?! Ah bisa gila aku!"

"Aku minta maaf, ku mohon maafkan aku" si pria lantas berlutut, berharap bahwa bentuk penyerahan diri ini dapat meruntuhkan pertahan Jennie.

"Aku benar benar belum bisa memaafkanmu"

"Ya aku pun tau kau tidak akan memaafkanku, aku terlalu bajingan. Aku lebih buruk dari mantanmu, bukan?"

Jennie mengangguk setuju, ia benar benar sepakat bahwa lelaki asing itu jauh lebih biadab dari mantan mantannya.

Hati wanita itu kemudian terketuk, dibawanya tangan mungil Jennie untuk malayangkan tamparan pada pipi mulus Kim Hanbin.

Hati wanita itu kemudian terketuk, dibawanya tangan mungil Jennie untuk malayangkan tamparan pada pipi mulus Kim Hanbin

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


"Kau tidak makan?" Tanya Bobby, sahabat Hanbin sejak kuliah. Sedangkan Hanbin hanya menggeleng tanda tak ingin makan. "Kau kenapa sih? Belum bercinta selama seminggu kebelakang ini?"

Hanbin berhasil mendongkakkan kepalanya ketika mendengar pertanyaan bodoh dari Bobby. Ia bahkan baru mendapatkan malam panas yang tidak akan pernah terlupakan dua hari yang lalu. Ya, benar benar tidak terlupakan.

"Kenapa sih? Menghamili anak orang?"

Hanbin terbatuk, tersedak ludahnya sendiri ketika Bobby kembali melontarkan pertanyaan paling bodoh yang pernah ia dengar.

"Kau benar benar menghamili anak orang?!"

"Tidak!" Jawab Hanbin panik dengan muka yang memerah. "Kau bisa untuk tidak berteriak tidak, sih?"

"Baiklah" jawab Bobby kemudian mencondongkan tubuhnya agar lebih mendekat pada Hanbin, "kapan? Kapan kau bercinta sampai kebobolan begitu?"

"Aku tidak menghamilinya, lebih tepatnya tidak tahu" jawab Hanbin lirih. Kim Hanbin memang tidak bisa untuk tidak bercerita pada sahabatnya itu. "Aku bercinta dengannya lalu aku lupa menggunakan pengaman, lalu aku tidak tahu dia hamil atau tidak"

Bobby lalu memukul kepala Hanbin pelan, ia lalu kembali ke posisi semula sambil mengaduk pasta yang sedari tadi mengepulkan uap panas. "Kita lihat apakah kualitas sperma kau itu bagus atau tidak"

"Ya hyung!" Hanbin hampir meluncurkan pukulannya ketika Bobby dengan iseng masih menggoda Hanbin dengan senyuman paling menyebalkan itu. Beruntung Hanbin sedang tidak mood untuk bertengkar.

Setelah makan siang, Hanbin dengan senang hatinya mengantar Bobby ke sebuah cafe yang letaknya cukup jauh. Katanya pegawai wanita disana cukup cantik, sehingga Bobby pun sering diam cukup lama hanya untuk memandang sang penjaga kasir yang memiliki wajah mirip orang asing itu.

"Cantik ya? Namanya Lisa" kata Bobby sambil menunjuk sang penjaga kasir dengan dagunya. Hanbin tidak peduli dan kembali meminum iced americanonya. Merasa otaknya belum jernih, ia memilih untuk ke bagian luar cafe agar dapat merokok.

Sedang asik merokok, pikirannya harus terganggu oleh seorang gadis yang kini baru saja muncul dari dalam kafe sambil membawa sebuah tempat untuk peralatan kotor. Gadis itu sepertinya masih sama, terlihat polos sekaligus mengintimidasi. Tak lama kemudian, seorang pria dengan pakaian yang lebih rapih keluar untuk menghampiri gadis yang sedang membersihkan meja di depan Hanbin.

"Kang Woojin?" Lirih Hanbin ketika menyadari siapa yang baru saja keluar dari kafe. Bukan hanya yang dipanggil, gadis yang polos namun mengintimidasi itu juga menoleh ke arah Hanbin, membuat jantungnya menjadi tak karuan.

"Kim Hanbin? Woah! Aku tidak menyangka orang yang cukup berpengaruh di Seoul sepertimu mau berkunjung ke kafe kecil milikku"

"Kau berlebihan" jawab Hanbin sambil melirik ke arah Jennie yang kembali melakukan pekerjaannya dengan membersihkan meja.

"Bagaimana kabarmu?" Tanya Woojin yang kini sudah duduk di kursi kosong depan Hanbin.

"Baik, kau?"

"Ya aku juga baik" jawab Woojin sambil tersenyum. "Kau sudah menikah?"

Pertanyaan tiba tiba itu berhasil Hanbin hindari, sang pelayan dengan nametag Kim Jennie itu menjatuhkan sebuah gelas dan membuat sedikit kekacauan.

Pegawai tersebut langsung membungkukkan badan, merefleksikan penyesalan atas perbuatannya. "Maafkan aku sajangnim, kau berhak memotong gajiku tapi tolong jangan pecat aku"

Kali ini Kang Woojin sedikit berbeda, tidak seperti dulu saat kuliah yang selalu berambisi hingga selalu terbakar emosi. "Sudah aku katakan beribu kali, kalau masih sakit tidak perlu bekerja"

"Tapi sajangnim..." wanita itu mencoba menolak ketika sang bos malah mengotot untuk mengirimnya kembali ke rumah. Si pegawai hanya takut ucapan bosnya hanya sebuah kiasan, dengan kata lain ia takut kalau dirinya malah dipecat.

"Pulang saja, jangan buat aku khawatir karena kau sakit lagi. Aku tidak akan memecatmu, sungguh"

Akhirnya wanita itu menurut, ia kemudian mengucapkan ungkapan terimakasih dan membawa tempat gelas kotod ke dapur. Membuat Hanbin merasa kehilangan seiring dengan hilangnya wanita itu dari pandangannya.

Tunggu, kehilangan?

"Maaf ya pegawai tadi sedikit membuat kekacauan" Woojin kembali duduk ke tempat semula, tertarik untuk kembali berbincang dengan kawan lamanya.

"Tapi kau begitu baik padanya, apa itu tidak berlebihan?"

Woojin hanya tertawa sambil menggaruk tengkuknya, "aku menyukainya, terlaku kelihatan ya?"

Saat itu, Hanbin seperti merasa hatinya tak tenang. Seperti ingin marah, tapi untuk apa.

btw mudah mudahan cerita aku ini bisa menemani #dirumahaja -nya kalian ya! mudah mudahan kita semua sehat selalu ya💛

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


btw mudah mudahan cerita aku ini bisa menemani #dirumahaja -nya kalian ya! mudah mudahan kita semua sehat selalu ya💛

nyangkut gak nih ceritanya? semoga nyangkut yay!

One Night, ForeverTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang