PROLOG

196 15 2
                                    

"Jarak itu sebenarnya tak pernah ada. Pertemuan dan  Perpisahan di lahirkan oleh perasaan "

Joko Pinurbo 

***

Malam ini jalan setapak itu terasa begitu terang, bulan purnama bahkan memperlihatkan diri dengan jelas di atas langit. Dengan langkah sempoyongan, laki- laki berparas tinggi itu berjalan sembari berpegangan pada besi pembatas yang sudah berkarat.

Gumuk- gumuk pasir yang memenuhi pemandangan sebelah kiri terasa sepi, berbeda dengan deru ombak yang terdengar cukup keras dari arah kanan. Bersama dinginnya malam, bau asin pantai terasa mengambang di udara.

Pinggir pantai adalah salah satu hal yang dia benci, karena hal itu akan mengingatkannya pada wanita itu. Pada mantan kekasihnya yang tiba- tiba menghilang tanpa sebab. Andai bisa, ia ingin menanyakan alasan kenapa dia memilih meninggalkannya.

Setelah semua yang dia lakukan, wanita itu justru membuat hatinya hancur, dan sekarang dia tidak tahu apa yang harus dia lakukan pada hidupnya.

'BRUK!'

Alkohol yang memenuhi tubuh membuat ia tidak bisa menjaga keseimbangan. Tangannya yang panjang mengapai-gapai meraih batang cemara udang yang tidak jauh dari jangkauan. Kemudian, dia berusaha bangun lagi.

Beberapa helai daun jatuh dari genggaman, tapi dia tidak peduli. Karena di bawah sana, ada sesuatu yang aneh  yang tengah menggangunya.

Itu mungkin hanya khayalan, karena dia melihat masa lalunya tengah berdiri di sana. Di tempat yang sama, saat pertama kali mereka bertemu. Wanita itu mengenakan dress merah sepanjang lutut dan rambut hitam panjang yang  melambai- lambai tertiup angin.

"Sa-..." Tanpa ia sadari, bibirnya telah bergerak sendiri. Lirih. Memangil nama seseorang yang selalu membuat hatinya berdetak kencang.

"Sahara..." Kakinya yang masih lemah berjalan terseok-seok.

Hembusan angin pantai terasa keras. Di bawah sana, dia melihat kekasihnya tengah berbicara dengan seseorang pria yang berpakaian gelap.

"Sahara.." Dia coba memanggil lagi, tapi hal yang dia lihat selanjutnya membuat laki- laki itu tercekat.

"Tidak! Tidak! Apa yang-" Orang yang berpakaian serba hitam itu menusuk kekasihnya dan langsung berlari pergi, ke arah yang berlawanan.

"Oh, tidak! Sahara!"

Dengan kekuatan yang masih tersisa, laki- laki itu berusaha berlari mendekat. Kepalanya masih pusing karena efek alkohol. Hal itu juga yang menyebabkan dia terjatuh di tangga berkali- kali. Hingga di tangga terakhir, saat kakinya turun ke dasar pasir pantai, laki- laki itu terjungkal jatuh.

Kepalanya terasa pusing tapi dia tahu dirinya habis membentur sesuatu. Ia mendongak, menatap ke sisi lain dari dataran pantai. Tepat dimana masa lalunya tengah terbaring tak bergerak. 

Tangan laki- laki itu mengapai-gapai. Dia mencoba meraih sosok tak bernyawa di hadapannya tapi ia tidak mampu. Kemudian semua menjadi gelap.

***

~.... I just had to get out move to the city, did't feel right taking you with me, I hope you know that it wasn't easy. letting go..o..o.. letting go...~

One Ok Rock – Letting Go

One Ok Rock – Letting Go

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Delta7 TeamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang