01

249 12 18
                                    

"Aku berjanji, atas nama cinta, akan mencintai dan menyayangi suamiku dalam keadaan apapun."

"Aku berjanji atas nama cinta, akan selalu menjaganya dengan segenap jiwa. Membahagiakannya dalam keadaan apapun."

Sepasang pengantin saling berhadapan di atas altar pernikahan, janji suci sehidup semati telah mereka ikrarkan, disaksikan ratusan tamu undangan di dalam gereja ternama dikota itu. Setelah orang suci meresmikan pernikahan mereka, pengantin pria mengecup pelan bibir pasangannya, sebagai tanda dia telah menerima sang istri.

Usai acara pengucapan janji suci, mereka masih harus melangsungkan resepsi di hotel mewah yang sudah disediakan oleh Eo(Event Organiser).

Angga Arya Bertin, terpaksa menikahi Ananda Leora Danadyaksa karena desakan sang mama. Mereka dijodohkan karena orang tua keduanya bersahabat cukup baik. Reni--mama Angga--terpaksa menjodohkan putra semata wayangnya, karena usia Angga yang sudah dikatakan matang untuk menikah. Reni hanya takut jika Angga memiliki kelainan karena selama ini ia tak pernah melihat Angga berkencan. Sebagai putra yang patuh, Angga hanya menurut, toh mamanya tidak mungkin memilihkan pasangan yang buruk untuknya.

Sepanjang acara, Angga terus memasang senyum palsu, bersikap seolah dia bahagia dengan pernikahan ini. Ini demi mama, coba kalau bukan karena mama, mana mau gue lakuin ini semua, dan sekarang, Ananda adalah istri gue.

"Yailah, pengantin baru kok mukanya kusut. Udah gak betah di sini terus?" goda pria tampan berwajah bule yang sejak menit lalu berdiri di samping Angga.

"Bisa diem gak lo!" tegas Angga, "gue lagi gak mood buat bercanda."

"Santai, bro. Hari ini itu hari langka buat lo, jangan emosi." Pria bule itu menenangkan Angga yang rupanya sedikit marah.

"Lo tahu, kan, Arnold. Gue terpaksa lakuin ini." Angga mengalihkan pandangan, menatap Ananda yang berada jauh darinya.

Arnold--pria bule--mengangguk, karena dia tahu benar akan fakta itu. "Tapi, Nanda cantik, kok." Arnold menatap Nanda dan memuji wanita itu.

"Dan juga, seksi."

Arnold dan Angga menoleh, menatap pria berwajah blasteran yang kini berdiri di belakang mereka. "Bini lo itu cantik dan seksi, Ga. Cocok deh sama lo," ungkapnya seraya meneliti Ananda dan Angga bergantian.

"Biasa aja menurut gue," sahut Angga menanggapi ucapan sahabatnya.

"Gila! Kayak gitu lo bilang biasa, yang luar biasa harus kayak gimana?"

"Udah, Bry. Kasusnya Angga beda jadi wajar dia gak tertarik sama istri sendiri." Arnold menatap Angga sekilas lalu beralih menatap Bryan.

Arnold dan Bryan adalah Sahabat Angga sejak masih sekolah menengah pertama (SMP), mereka begitu akrab, sudah seperti saudara sendiri. Namun, sifat Angga sangat jauh berbeda dengan kedua sahabatnya itu. Arnold dan brayn tipikal pria yang friendly, tidak dingin seperti Angga.

"Kalo lo gak mau, gue siap nampung istri lo, Ga," canda Bryan dan langsung mendapat tatapan horor dari Angga.

Bryan meringis pelan, membalas tatapan Angga dengan ekspresi polosnya. "Kan, lo gak suka. Jadi bolehlah buat gue."

Arnold hanya menahan tawa, Bryan selalu saja seperti itu. "Bryan diladenin, tinggal aja! Ga."

"Sekalipun gue gak suka sama dia, dia udah jadi istri gue, Bryan Albert," jelas Angga dan segera pergi meninggalkan kedua sahabat gesreknya.

Tiga jam lebih Angga harus berdiri dan menyalami tamu yang hadir. Setelah acara usai, Angga dan Ananda segera kembali kekediaman Angga.

"Angga," panggil Ananda setelah melihat Angga memasuki mobil mereka.

Suami TitipanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang