Awal bertemu

16 2 0
                                    

Berdiri mematung dan tak berdaya diatas hujan yang berjatuhan dengan derasnya. Gadis cantik yang mulai memucat itu semakin terisak. Memang benar kata orang jika kau ingin tak seorangpun tau kau menangis, berdirilah di bawah hujan maka tak akan ada yang tau jika kau sedang bersedih menangisi dirimu yang terluka.

Tak mementingkan tubuh yang mulai menggigil serta sakit dikepalanya ia tetap saja berdiri disana. Rasanya ingin mati saja pikir gadis itu saat mengetahui semuanya. Hatinya seketika menggelap diterpa ribuan jarum menggantikan bahagia sesaat hanya dalam waktu 5 menit.

"Nona anda baik-baik saja?"

Untuk kesekian kalinya orang-orang yang berlalu lalang menanyakan keadaannya namun tak ada yang diberikan respon hingga membuat orang tersebut pergi namun lain dengan yang ini. Pemuda tampan yang nampak khawatir akan keadaan gadis didepannya.

"Nona anda bisa sakit? Sebaiknya anda pulang lagipula sudah larut, bahaya untuk anda nona"

Tak ada respon dari sang gadis didepannya membuat pemuda itu hanya dapat menghelah nafas. Tak tega ia meninggalkan gadis rapuh ini seorang disini. Ia tau hal yang buruk mungkin saja akan terjadi jika seseorang dalam tahap ini. Maka ia akan menjadi seorang pahlawan untuk menyelamatkan satu nyawa.

Sisi manusiawinya bergerak melihat gadis didepannya. Membayangkan jika dirinya berada diposisi sang gadis membuat hatinya ikut sakit. Seburuk apapun orang pasti ada sisi baiknya bukan.

Lama saling berdiam diri. Bahkan baju pemuda itu turut basah akibat hujan yang semakin deras walau memiliki payung. Tentu saja payung itu ia berikan kepada gadis didepannya. Memegang dengan satu tangannya untuk memayungi sang gadis yanh mulai menggingil.

"Hahh...malam ini cerah ya"

Sang gadis mengerutkan kening heran. Ia menatap pemuda yang sedang memandang langit.

"Cerah?"

"Yap. Mau minum secangkir teh?"

Isakan tangis sang gadis semakin tak terdengat digantikan dengan perasaan heran kepada pemuda yang sedang tersenyum. Gadis itu mendongak menatap payung diatasnya kemudian menatap pemuda yang mulai basah itu.

Gadis itu merasa bersalah dengan pemuda didepannya.

"Mengapa anda tak memerhatikan diri anda sendiri? Tak usah khawatirkan saya tuan. Terima kasih"

"Muhammad Abdullah Awan"

"Hah?"

"Panggil saja Awan. Anda sendiri Nona?"

Ada apa dengan pemuda ini? Mungkin itulah yang ada dipikiran sang gadis. Pemuda bernama awan itu hanya terkekeh kecil melihat tingkah lucu gadis keheranan didedapannya itu.

"Nama anda Nona? Seorang pemuda tampan sedang bertanya pada anda"

Bukan hanya aneh pemuda itu bahkan lebih sangat percaya diri dari apa yang dia pikirkan. Hingga mampu membuat sang gadis terkekeh lucu.

"Anda sangat percaya diri Tuan"

"Terima kasih atas pujiannya Bunga. Tapi panggil saja Aman tak usah terlalu formal"

"Bunga? Maaf nama saya bukan Bunga"

"Aku tau"

"Terus?"

Mengangkat bahu tak tau pemuda itu tersenyum kemudian berkata.

"Aku tak tau nama anda yang sedari tadi aku tanyakan. Jadi aku panggil saja Bunga, cocok untuk anda yang cantik"

Gadis itu terkekeh pelan sambil menghapus air mata yang masih tergenang. Entah kemana rasa sakit hatinya sekarang ini pergi namu ia senang bisa bertemu dengan pemuda didepannya ini. Yah walaupun aneh tapi dia sangat lucu.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 23, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Menghapus LukaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang