1

13 2 0
                                    

Lala Wijaya adalah gadis peka yang selalu ceria untuk menekan rasa penasarannya terhadap sesuatu. Sejak dulu,Lala selalu bertanya ketika most wanted sekolah--Cakra Angkasa--hanya diam dan memberikan ekspresi datar.

Lala berjalan sambil memainkan ponselnya tidak peduli dengan tatapan kagum atau iri dari teman temannya yang sama-sama lewat. Lala langsung tersenyum saat menyadari kehadiran Nata,sahabatnya.

"Astaga Nata Anjani,dari mana lu?" Tanya Lala,tangannya spontan mematikan ponsel dan memasukannya ke dalam saku rok. "Biasa,urusan osis." Sahut Nata sambil menyeruput minuman dingin pada tangannya,bisa di tebak bahwa dia sangat kelelahan lewat raut wajahnya.

"Jadi osis tuh sibuk banget yah? Gue juga baru ingat kalau beberapa minggu kedepan ada Aniv sekolah." Ucap Lala sambil memperhatikan Nata sampai menabrak orang--mungkin dada-sehingga ia mendongak.

Dalam hati Lala merutuk diri dan mengumpati kebodohannya,tatapan tajam dari Cakra sebenarnya tidak terlalu berpengaruh tapi... jika Lala yang bersalah disini,dia merasa ingin di kubur hidup-hidup sedangkan Nata di hanya terkekeh pelan.

"Pea yang sopan sama cewek apa lagi Lala,dia galak btw." Nata masih tertawa,seperti menertawakan kebodohan sahabatnya di depan sepupunya. Lala memberanikan diri untuk menatap mata tajam milik Cakra.

"Sebelum gue bilang Excuse me seharusnya ada kalimat i'm sorry."Ucap Lala sambil mendongak menatap mata tajam Cakra. Cakra melewatinya begitu saja membuat Lala cengo sendiri.

"Jan salah beb,lo emang cewek tercantik di sekolah tapi Cakra homo kayaknya." Tawa Nata pecah seketika membuat Lala menatapnya datar. "Ke kantin kuy."

Difference

Lala menajamkan matanya ke arah taman belakang tempat tertenangnya dulu sebelum memilih rooftop,ada seorang gadis dan pemuda yang tengah berbincang yang di dominasi suara gadis itu.

"Yah Cakra,jahat banget sama sepupu sendiri."
"Enggak."
"Pemeran utama ceweknya cantik banget lho."

Lala hanya dapat mendengar sekilas ketika ponselnya melantunkan lagu kolaborasi Camila Cabela,señorita. Lala merogoh ponsel dari balik saku roknya dan menarik tombol hijau karena hanya tombol hijau yang ada pada iphonenya.

"Halo la,"
"Ya Nat?"
"Ke taman belakang sekarang."

Nata memutuskan sambungan sepihak membiarkan Lala melangkahkan kaki dengan cepat ke taman belakang yang dari tadi sedang Lala pijaki.

"Nata!" Sapa Lala tanpa memedulikan orang yang sedari tadi ada selain Nata di sini. Nata tertawa entah kenapa membuat Lala bingung sendiri dan bertanya lewat mata.

"Maafin Lala yah, Kra? Dia suka jahat kalo ngambek ma orang." Cakra hanya bergumam sebagai jawaban. Lala melirik jam pada ponselnya seperti memberikan kode bahwa ada yang sedang menunggunya.

"Sok yes lu La. Istirahat entar dateng ke tempat latihan di ruang musik,lo bedua jadi pemeran utama drama musical yang sebenarnya ada tiga." Lala mengerjap.

"Gak tuli kan gue?" Tanya Lala tepatnya pada diri sendiri. Nata mengangguk dan memberi kode sesuatu lewat mata pada Cakra yang sama sekali tak di mengerti Lala.

"Gue pergi dulu,La. Silahkan kalian bangun  Chesmistry dulu. Nata langsung meninggalkan Lala yang tengah kesal.

Setelah di rasa Nata sudah pergi jauh dari situ Lala membiarkan mulutnya mulai bergerak. "Kenapa lo gak nolak?" Tanya Lala galak. Cowok itu hanya menampakan ekspresi datar.

"Bisu lu?" Sekali lagi Lala bertanya dengan galak tapi tidak di respon sama sekali. "Berasa ngomong sama batu gue!" Kesalnya kemudian bersiap untuk pergi.

"Gue pergi dulu awas kemasukan setan bawel lo." Cakra hanya berdehem membiarkan Lala pergi tanpa mencegah sekali pun,dia gak peduli soalnya.

Difference
Aku memperhatikan seisi ruang musik yang terlihat fokus pada ketiga pemeran utama,Aku,es dan Fajar. Jangan tanyakan siapa es yang ku maksud,aku bahkan kesal mendengarkan namanya.

"Lo pada usah baca skrip kan? Tolong kasih osis yang ada di ruangan ini feel yang baik,kalian udah di saring terlebih dahulu kecuali tiga peran utama."

Aku melotot dengan pernyataan Nata,jadi aku peran utama lewat acting yang mana coba? Memikirkan ucapannya membuatku kesal seketika. Walau aku sering acting tapi bisakah lawan peranku,es? Jika hanya fajar aku rela kok.

"Gue tau lo pada kenal tiga most wanted ini? Peran yang cocok sama alur cerita yang tadi kalian udah baca skrip sekarang silahkan kalian mulai!" Aku sekarang mengerti maksud dari Nata membuatku begini,sosokku dan sosok Kenza sangat mirip. Sosok Kenzi dan Kenzo juga mirip sekali dengan fajar dan Cakra.

Aku mulai maju perlahan memasang ekspresi sendu sebisaku,membayangkan kilasan adegan di masa lalu yang berhasil membuatku menangis. Aku berjongkok menenggelamkan wajahku di antara lututku.

Seseorang menepuk bahuku dan aku tahu siapa pelakunya,fajar yang berperan sebagai Kenzi,angel drama ini. Aku menatapnya sendu dan menhentikan jejak air di pipi dan mataku. Dia mulai menyanyikan bagiannya dan melakukan korea dengan baik dan aku bisa memahami bahwa dia juga sedang mendalami peran.

Seseorang mucul,membuat wajahku yang sedang sendu berubah menjadi garang. Menyanyikan bagiannya dengan wajah datar dan mampu membuatku tahu bahwa teman-temanku telah bersorak,mereka aneh.

"Okay stop sampe di sini soalnya gue mulai baper huwa... fajar natep Lalanya gitu amat terus Lala ugha... jadi gak tega gue buat misahin mereka berdua huhuhu... padahal kalian baru masuk bagian musik belum dialog tapi... udah lah..." komentar Echa membuatku sedikit terkekeh,dia sendiri pun hampir menangis tadi.

"Okay,kita tutup dulu bagian ini. Para cast bisa ngobrol nambah chsemistry. " Ucap Giano selaku ketos yang menjadi penanggung jawab acara.

Akhirnya gue memilih mengobrol dengan fajar karena ngomong sama Cakra ibaratnya nmnyembah berhala alias ngomong sendiri.

Difference
Tbc yah gaed... Ada note singkat yaitu kisah ini lebih menceritakan sisi pandang Lala,dan author biar kalean penasaran wqwqwq.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 18, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

DifferenceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang