[Bagian 20]

1.9K 362 35
                                    

Dua tahun Kemudian

TIIIN TIIIN!

Suara klakson kendaraan yang saling bersahutan rasanya betul-betul memekakan telingaku. Di depan mobil warna hitam milik Adam yang aku tumpangi, ada bus pariwisata yang entah ingin pergi menuju kemana dan membuat keadaan jalan utama ibu kota semakin kelihatan padat merayap.

Di sebelah kanan, tepat di belakang kemudi, Adam tampak sesekali melirik jam tangannya. Yap. Adam adalah kakakku yang dulu bekerja di Surabaya. Dan karena urusan pekerjaan, akhirnya ia pindah lagi ke kota asalnya yaitu Jakarta. Dan dengan dipindahtugaskannya Adam ke Jakarta, Mama dan Papa sangat gembira.

Tapi aku sih, biasa saja.

"Harusnya tadi lewat nggak lewat Senayan," keluh Adam seraya melirikku tidak lebih dari tiga detik.

Aku mendengus, "kan udah gue bilang. Jangan lewat sini. Jam segini pasti macet parah. Nggak percaya sih."

"Iye iye," Adam memain-mainkan ekspresi wajahnya seperti meledek ucapanku yang sedang kesal ini.

Oh iya, aku sudah lulus. Gelar sarjana ilmu pemerintahan sudah kusandang sekitar setahun yang lalu. Senang sekali rasanya bisa lulus tepat waktu. Oji, Lala, dan Ivan juga diwisuda di hari yang sama denganku. Tapi Yuda tidak. Laki-laki yang terakhir kali kulihat di acara ulang tahun Oji minggu lalu itu wisuda beberapa bulan setelah kami diwisuda. Maklum, anaknya mageran waktu buat skripsi.

Oh iya, aku punya kabar gembira. Oji dan Mulki pacarnya, akan bertunangan bulan depan. Sedangkan Ivan akhirnya punya pacar setelah ia bekerja di salah satu kantor pemerintahan di daerah Bali. Pacarnya sih cantik, aku dan Lala adalah orang yang paling nggak percaya saat Ivan bilang kalau wanita cantik itu adalah pacarnya.

Yang paling mengejutkan datang dari Yuda. Pria yang dulu sempat dikabarkan ingin mendekati Sela— mantan pacar Ghirez, dan sempat dikabarkan sedang menjalin kedekatan dengan beberapa adik tingkat, justru kini resmi menjadi pacar Lala.

Ironinya, Lala yang nembak duluan.

Jadiannya baru minggu lalu. Tepat diacara ulang tahun Oji. Semua disitu kaget termasuk aku. Tidak menyangka bahwa selama ini Lala memendam perasaannya rapat-rapat untuk Yuda.

Dan untungnya, Yuda mengiyakan. Padahal aku tidak pernah tahu kalau keduanya saling suka satu sama lain.

Tapi percaya atau tidak, jatuh cinta yang paling mudah adalah jatuh cinta pada teman sendiri.

Dan mereka salah satunya.

Ngomong-ngomong, aku tahu apa yang kalian pikirkan sejauh membaca tulisan ini.

Bagaimana hubunganku dengan... Rayhan? Bagaimana keadaanku?

Aku sudah baik-baik saja.

Malam dimana aku melihat Rayhan sujud di kakiku untuk memohon maaf, adalah malam terakhir aku melihat wajah laki-laki yang mematahkan hatiku sebegitu leburnya. Bodoh sekali rasanya, saat itu pernah terpikir untuk bunuh diri karena aku pikir aku tidak akan bisa jika tidak dengan Rayhan.

Tapi nyatanya tidak begitu. Aku lebih kuat dari yang kubayangkan. Dan aku merasa bersalah karena tidak pernah mengenal diriku sendiri dengan baik.

Before We Were Stranger [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang