"Kak Arka jemput lo lagi?" Kara angkat bicara sambil menatap Dhena bertanya.
"Emang kenapa?"
"Itu kak Arka kayaknya lagi nungguin lo," Dara menimpali, sambil menunjuk kearah gerbang utama universitas mereka.
Dan benar saja, Arka berada disana berdiri menyandar dekat motor besarnya. Tentu saja tak lupa dengan jaket kulit dan sarung tangan khas pria itu, yang sudah terpasang ditubuh jangkun pria itu.
"Apa tuh yang dipegang kak Arka?" Dara menyipit menatap intens gerak gerik Arka yang menatap sebuah kotak kado ditanganya.
"Eh eh, gue sama Kara deluan ajah yah Na, takut jadi nyamuk." celoteh Dara menarik tangan Kara agar mengikuti langkahnya.
"Eh eh tapi, siapa tau kak-"
Dhena mendengus malas melihat sikap tengil Dara yang terkikik geli sembari meninggalkan Dhena menghadapi maut sendirian.
Jujur, Dhena belum move on dengan first kissnya bersama Arka. Apalagi dia sudah hampir 4 hari menjauhi pria itu. Baik dari depan rumah, kampus, studio, laboratorium, intinya dimanapun tempat yang menghubungkan keduanya untuk berjumpa.
Tapi kenapa dia lupa dengan gerbang utama?
"Tenang Nana, lo cuman perlu lewat ajah. Siapa tau dia benar benar gak mau numpangi lo kan?" Dhena berseru menguatkan batinnya yg bergejolak.
Selanjutnya, gadis itu berjalan santai melewati Arka tepat didekat gerbang utama. Sedangkan, jantung gadis itu berdegup kencang tak karuan menerikakki dirinya sendiri terutama saat suara bariton rendah Arka yang menghentikan langkahnya.
"Dhena,"
Terpaksa, gadis itu berbalik menatap Arka setenang mungkin. Nyatanya, dia benar benar berada dalam mode jantung berjoget joget.
"Iya kak?" tanya Dhena datar.
"Ada titipan dari kurir buat lo, tadi nyampeinnya sama gue karna kebetulan gue kenal sama lo," papar Arka menjelaskan keberadaannya.
Untung saja Dhena tak salah langkah ingin berteriak menerima kado dari Arka dengan versi ala sinetron "kak Arka beli kado buat Nana?" kalau terjadi habislah kemaluan Dhena, eh maksudnya rasa malu.
"Dari siapa?" tanya Dhena mengambil alih kotak kado berpita pink dari tangan Arka.
"Mana gue tau," jawab Arka.
Dhena sedikit bingung siapa pengirim dari kado itu. Apa mungkin dari secret admirer Dhena, yang selalu gadis itu impi impikan.
Secepat kilat, Dhena membuka kotak kado itu.
"Arghhhh!!!"
Dhena berjengit kaget mendapati isi dari dalan kotak kado itu. Disana terdapat 2 buah tikus berdarah yang ditusuk dengan pisau, setangkai mawar kehitam hitaman, dan selembar kertas yang bertuliskan 'Lo Perlu Pelajaran'
Sementara itu, Arka tak kalah terkejut melihat isi mengerikan dari dalam kado itu.
"Kak, ke-kenapa seseorang ngirim aku gitu?" suara Dhena bergetar takut menunjuk tikus berdarah yang tergeletak mengerikan diatas tanah.
"Lo tenang dulu,"
"Gi-gimana aku bi-bisa tenang saat seseorang neror aku." setetes air mata membasahi pipi Dhena. Hal mengerikan apa yang sedang dia hadapi ini?
"Kita bakal caritahu, oke?! Sementara itu, lo bakal gue antar jemput buat ke kampus, kita sama sama masuk pagikan? Jangan khawatir?!" Arka berucap menenangkan. Memegang pundak kecil gadis dihadapannya, agar mengurangi rasa takut sang gadis.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tentang Adhena (Complete√)
Teen Fiction"Seharusnya gue tau Na, kalau lo itu hanya sebatas rubik, sulit buat ditebak. Kadang, semampu apapun kita buat susunan rubik itu jadi, tak berarti apapun. Malah rubik itu bisa makin berantakan." ucap pria itu dengan nada yang terdengar sedikit lirih...