Part 10

54 12 0
                                    

Aku rasa kerinduanku hanya akan terpenuhi jika berziarah ke makam orang uaku. Bertemu dengan Vera bukanlah sebuah jawaban. Karena itu hanya sekedar pemenuhan akan kebutuhanku. Sejenak aku akan senang, namun setelah berpisah hatiku akan kembali kosong. Lagipula, fakta mengatakan bahwa Vera tidak mau menemuiku. Sudah aku putuskan bahwa aku akan pergi ke Semarang.

Pagi ini aku bangun sebelum ayam jantan berkokok. Aku sengaja berangkat pagi, saat jalan masih sepi. Normalnya Jogja-Semarang bisa ditempuh dalam 3jam. Tetapi dengan kecepatan penuh, Cuma butuh waktu 2 jam.

Setelah sarapan, aku lasung berangkat ke Semarang sendiri. AKu langsung menuju rumahku di daerah Banyumanik. Ayahku mewariskan sebuah rumah untukku. Berkat Nenek rumah itu tetap bisa kumiliki. Dulu Rumah itu dikontrakan untuk tambahan biaya hidupku. Setelah aku berumur 18 tahun, rumah itu diserahkan padaku sepenuhnya. Aku memutuskan tetap mengontrakkannya sampai aku lulus kuliah. Setelah itu rumah itu aku biarkan kosong.

Akhirnya aku tiba. Rumahku sekarang terlihat mengerikan. Setelah beberapa tahun kosong, tempat itu seperti rumah hantu. Rumahku lumayan luas. Luas tanahnya 512m2, sedangkan bangunannya seluas 400m2 dua lantai. Arsitekturnya terlihat kuno, tetapi aku jamin bangunan itu sangat kuat. Pada awalnya bedirinya, rumah itu adalah rumah termewah di kampung. Sekarang banyak bangunan modern di sekitar sana, namun rumahku tetap menjadi ikon di kampung.

Ayah berasal dari keluarga yang kaya, sebagai pelaut gajinya pun sanggat memadai. Wajar jika Ayah mampu membangun rumah sebagus ini. Ayah membangun rumah itu setelah menikah. Karena desakan Nenek, Ayah setuju mengatasnakan kepemilikan tanah atas nama Ibu. Banyak yang mengangap Nenek materialistic padahal tidak. Nenek punya firasat buruk, dan ternyata benar. Saat Ayah meninggal ada wancana menjual rumah itu, tetapi Nenek menolaknya.Dia bilang harus aku yang membuat keputusan atas rumah itu setelah aku dewasa. Beruntung keluarga ayah keluarga sudah kaya, jadi mereka tidak terlalu meributkan rumah itu.

Sebelum ke makam, aku ingin istirahat sebentar. Aku meninggalkan satu kasur di sana. Aku juga menyediakan kompor listrik dan peralatan masak sederhana. Untuk antispasi jika seandainya aku harus menginap di Semarang. Beberapa kali fasilitas yang aku sediakan terbukti sangat berguna. Aku bisa menghemat uang hotel. Setelah ke makam aku berencana membersihkan rumah, aku akan mencari orang untuk membantuku. Tapi itu nanti, sekarang aku ingin tidur sebentar.

Pita Merah untuk VeraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang