Typo bertebaran, typo yang paling parah itu aku salah nulis Alina jadi Alma atau kebalikannya. Jadi kalo Nemu yang begituan tolong komen biar bisa di revisi.
°~°~°~°
Bima melangkahkan kakinya masuk kedalam rumah. Manusia memang tak akan jauh-jauh dari yang namanya masalah, hanya yang kuat yang dapat menghadapi masalah hingga akhir.
Namun sepertinya satu masalah tak cukup untuk manusia, kadang belum selesai yang satu sudah datang lagi masalah lainnya. Seperti Bima sekarang, baru saja menaiki tangga, ia sudah mendengar pertengkaran kedua orangtuanya.
"Kamu mau kemana mas? Kamu selalu pergi, kamu nggak pernah ngurusin Gina! Anak kamu sakit! Kamu malah pergi sama wanita lain!" Terdengar suara mama nya berteriak.
Plak
Bima mendengar suara tamparan, ia hendak masuk dan menghajar habis-habisan laki-laki yang bisanya hanya menyakiti wanita. Namun langkahnya tertahan saat mendengar suara ayahnya.
"Kamu pikir saya tidak tahu? Gina bukan anak saya! Saya tidak akan Sudi menjaga anak selingkuhan kamu!"
Katakan jika Bima salah mendengar? Gina? Adiknya? Bukan adik kandungnya? Tidak, ibunya bukan wanita seperti itu. Bima akan percaya jika ayahnya yang melakukan hal itu. Namun ibunya? Bima harus berpikir ribuan kali. Mungkinkah?
Bima kesal dan langsung masuk kedalam kamar kedua orangtuanya.
"Kalian tidak lelah setiap hari harus bertengkar? Kalian tidak bosan?" Bima langsung menghujam keduanya dengan pertanyaan.
"Kenapa tidak berpisah jika bersama hanya saling menyakiti?" tanyanya sekali lagi.
"Jawab!"
Hery, ayah Bima mendekati Bima dan meninju anak itu. Bima jatuh tersungkur. "Apa begini cara wanita itu mengajarkan kamu sopan santun? Hah?" bentak Hery.
Bima berdecih sambil menyeka darah yang keluar dari sudut bibir nya. Ia bangun dan tertawa sumbang. "Apa ini cara anda memperlakukan anak anda?" tanya Bima balik.
Hery semakin marah. Ia hendak kembali memukul putranya itu, namun Sarah, istrinya, memegang tangannya, menghalangi dirinya.
"Lepas!" suruh Hery kasar. Sarah tak melepaskan tangannya, membuat Hery semakin kesal dibuatnya. Ia menarik tangannya paksa, membuat Sarah jatuh dan kepalanya terbentur lemari.
"Mah!" teriak Bima kaget, dengan perlakuan ayahnya.
"Mamah gapapa?" tanya Bima khawatir. Mamanya mengangguk, menandakan ia baik-baik saja.
"Bajingan! Apa ini cara anda memperlakukan istri anda?" Bima berdiri menatap Hery dengan wajah penuh amarah.
Hery tak menjawab, ia justru mendorong Bima, lalu mengambil tasnya dan pergi begitu saja.
"Jangan, biarkan saja nak." Sarah melarang Bima yang mau mengejar Hery. Ia tahu jika nanti anaknya itu mengejar suaminya hanya akan terjadi perkelahian dan ia tidak ingin kehilangan keduanya.
"Tapi mah-" Bima menghela nafas kasar. Ia pasrah, kondisi mama nya sudah cukup buruk, ia tak ingin memperburuknya lagi.
"Mamah istirahat dulu." Bima membopong mama nya untuk istirahat di kasur. Setelah selesai ia berpamitan untuk membuat teh hangat.
Bima kembali membawa secangkir teh. Ia memastikan mama nya tenang. Kemudian Bima kembali ke kamar dan menenangkan dirinya juga.
°~°~°~°
KAMU SEDANG MEMBACA
Romansa Senja
Teen Fiction"Gue nutupin perasaan yang ada karena gue takut gue bakal ditolak."-Alma zevanya "Gue selama ini mencintai orang yang salah karena dia nggak pernah bicara soal perasaannya." -Bima Ragatta Published 15 Juli 2019 Story by Anggita Dwi Ristanti