+3 Kevin : What is love

112 12 9
                                    

"Kevin, mau makan sama apa nak?"

Bocah laki-laki itu tersenyum menatap mata ibunya, "semur buatan mama yang enak."

"Wahhh, mama ambilin ya."

Bocah lelaki umur 4 tahun itu mengangguk sembari tersenyum ceria.

"Ma, kapan Saga main ke rumah?"

"Panggil abang, dia lebih tua 3 bulan dari kamu," sela ayahnya.

"Atau Kevin aja yang main ke rumah Saga ya," bocah itu tak memerdulikan saran ayahnya.

"Boleh. Kebetulan, nanti om Sudra ada acara. Tapi Kevin makan dulu ya," pinta ibunya lembut.

"Kevin makannya cepet ya," bocah itu makan dengan lahab. Hatinya senang akan bertemu dengan sepupu yang sebaya dengannya. Dalam angannya, nanti dia akan bermain kelereng bersama. Atau bahkan mainan apa saja asalkan bersama. Ia sudah jenuh di kurung di rumah yang megah tanpa teman.

Beberapa saat kemudian, Kevin dan ibunya berangkat ke rumah Saga.

"Assalamualaikum."

"Waalaikumsalam, eh Key, masuk sini." jawab sang empunya rumah, "halo Kevin."

"Tante, Saga ada kan?"

"Ada dong. Dia nungguin kamu dari tadi."

"Kepinnnnn," sosok bocah satu lagi muncul dengan tangan yang tergopoh-gopoh mendorong kardus yang penuh dengan senjatanya.

"Wah, mainan!!!" seru Kevin bahagia. Para orangtua masing masing hanya tersenyum menatap putra mereka.

"Main di teras aja, jangan jauh-jauh. Mama mau masak buat acara nanti malam ya," Sania mengelus puncak kepala Saga.

"Oke ma."

Kedua bocah itu sempoyongan mendorong kardus menuju teras.

"Ayahmu kemana?" tanya Saga di sela kerja mereka.

"Katanya sedang mencari uang. Ayahmu?"

"Ayahku sedang menyelamatkan negara, katanya negara musuh akan menyerang."

Kevin berhenti menodorong kardus. Wajahnya penuh tanya. Saga pun mengikutinya.

"Siapa musuhnya?"

"Zuko."

"Zuko? Zuko siapa?"

"Zuko, raja negara api. Kata ayah negara api akan menyerang, jadi ayahku ditugaskan menjaga perbatasan." Saga kembali mendorong, "ayo cepat."

"Baiklah." Kevin kembali ke tempat semula,"mendung."

Saga menatap langit di atasnya.

"Sepertinya mau hujan."

"Aku pun tau."

Perlahan, satu per satu rinai gerimis turun ke bumi.

"Sepertinya aku malas bermain hari ini. Kita kembalikan saja ya," ucap Saga tiba-tiba.

"Sama. Aku juga sedang malas main."

Mereka berdua mengembalikan kardus berisi mainan ke teras, agar tak terkena hujan.

Mereka menatap satu sama lain. Seperti sandi rahasia, mereka saling mengerti kode masing-masing.

Tes...tes...tes...

Hujan mulai turun deras.

"Satu...dua...tiga," dalam hitungan ke tiga, kedua bocah itu berlari-larian di bawah air hujan.

Mereka tertawa bahagia disana. Seperti air yang murni, interaksi mereka masih murni anak-anak.

Hingga...

you call me, MONSTER! ☑Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang