bagian tujuh : perasaan

346 23 3
                                    

Part ini pendek, percaya deh.

°~°~°~°

"Woy, dari mana aja Lo?" tanya Andi ketika Bima baru saja bergabung bersama mereka.

"Boker," jawabnya berbohong, padahal ia baru saja tidur di UKS.

"Najis Lo!"

"Nggak cebok tu!"

"Iyuh!"

Braakk

Bima menggebrak meja karena kesal. "Lu semua bisa diem nggak sih?" Bima berteriak dengan dada yang naik turun.

"Santai bro, kita becanda doang kali," ujar Hans menenangkan.

"Iya, sensi amat lo, kayak cewek pms," sindir Andi.

"Kalian diem dulu," suruh Andin. "Lo kenapa Bim?" tanya Andin rendah, takut memancing emosi Bima kembali.

"Gue-" ucapan Bima terhenti ketika Alina datang.

"Hai," sapa cewek itu.

"Gabung ya," Alina mendudukkan diri di sebelah Bima.

Bima yang wajahnya tadi kusam seketika langsung cerah. Seperti mendapat hujan uang dari langit. Bima juga langsung memasang wajah paling tampan nya dengan senyum yang merekah.

"Oh iya, aku mau undang kalian makan malam di cafe fajar, gimana? Mau kan?"

Bima langsung menyahut, "dalam rangka apa, Inayang?"

"Inayang? Apaan tuh?" tanya Hani disertai tawa, tawa mengejek.

"Cenayang kali," celetuk Andi.

Bima mendelik ke arah teman-temannya. "Diem dong, Inayang itu Ina sayang."

"Udah, dalam rangka promosi cafe nya Rafly." Bima langsung lemas seketika mendengar nama Rafly.

Rafly lagi, batinnya.

"Gimana bisa kan? Besok malam?"

"Bisa dong,"

"Gratis, kan?"

"Iya, kan?"

"Makan enak, gratis pula."

Begitulah sahutan dari teman-teman Alina yang tidak tahu diri itu. Kalo gratisan aja cepetnya minta ampun. Sedangkan Bima, dia kembali seperti semula.

"Gue pergi dulu," pamit Bima.

"Kamu ikut, kan?" tanya Alina menghentikan langkah Bima.

"Liat ntar."

"Ajak kak Alma ya," pinta Alina lirih.

"Liat ntar."

Alma? Bima harus bertemu cewek itu untuk meringankan beban pikirannya. Entahlah, apa yang menganggu hati dan pikirannya.

Bima memasuki kelas Alma, semua menatapnya bingung. Biasanya Bima tak pernah mendatangi kelasnya anak begajulan itu.

"Alma mana?" tanya Bima asal, pada siapapun itu, yang terpenting adalah yang bisa menjawab pertanyaan nya.

"Dia nggak masuk," jawab Gio.

Bima langsung pergi setelah mendengar itu. Ia menghubungi Alma namun ia baru sadar jika ponsel Alma bersama dirinya.

Bima ingat, dia lalu menelpon Nadia.

"Dimana Alma?" tanya Bima tanpa basa-basi.

"Elah, salam dulu ngapa? Assalamualaikum, gitu."

Romansa SenjaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang