Chapter 15

593 40 1
                                    

Jangan lupa vote, spam komen, dan share karya aku ini...

Babay, muah

~•~

Dari kejauhan tampak gerbang sekolah sedikit lagi tertutup sempurna. Gadis itu berdecak kesal karena bangun kesiangan. Kalau bukan karena almamater ini yang susah distrika dan pikiran overthingking-nya, pasti dia tidak perlu begadang segala.

.
.

"Ihh susah banget sih ini nyetrikanya!" desisnya sambil menggosok bagian depan almamater.

Saat hendak menyetrika bagian kanannya dia melihat name tag berwarna putih dengan tulisan hitam 'Anggara Putra Wijayanto'. Dia mengangkat alis dan mengangguk.

"Oh jadi nama dia Anggara."

Kepalanya iseng mendongak untuk menghilangkan pegal tetapi dia malah melotot saat melihat jam dinding menunjukan pukul 23.46 malam.

"Ahh ya ampuun!!"
.
.

Putri mengebutkan motornya mendekati gerbang sampai-sampai hampir menabrak pos security. Sontak bapak security terkejut namun dia langsung menutup rapat gerbang sekolahnya itu.

Matanya membulat. "Pak! Pak, tolong bukain pak, sekali ini aja, saya janji!" ucap gadis itu memohon-mohon, masih dengan kepala yang memakai helm.

"Enggak de, udah telat kamu," balas security berlogat jawa.

"Idih, pelit banget sih!" rengek Putri berjingkrakan.

Tiba-tiba dari belakang security muncul guru BK dengan tangan bersedekap--menatap Putri penuh perhitungan. Security yang juga takut otomatis membuka gerbangnya lagi agar wanita ini bisa mengomeli gadis itu. "Ini lagi, telat juga, cepat masuk terus baris di depan lapangan!" pekik guru berkaca mata kotak itu.

Putri menatap jengah ketakutan. "I-iya bu," jawab gadis itu sebelum akhirnya mengegas motornya masuk ke dalam gerbang.

Setelah memarkirkan motor punya ibunya itu, dia berlari hendak kabur lewat jalan rahasia yang biasa dipakai siswa untuk lolos dari hukuman telat. Namun terlambat, saat dia berjalan selangkah ingin kabur, guru BK meneriakinya sambil menunjuk ke arahnya.

"Hei hei itu mau kemana?!"

Putri menoleh dan berteriak. "Aaaaah kabuur!!" dia pun berlari terbirit-birit. Dasar bandel.

.
.
.
.
.

"Aw a-aduh bu jangan ditarik bu, pelan-pelan," rengek gadis itu merintih karena merasakan tarikan dari telinganya terlalu kuat.

"Lagian kamu segala lari, udah tahu ibu gendut!" tukas Bu Desi seraya memukul pantat Putri pelan.

Dari kejauhan seseorang menatapnya kaget lalu terkikik lucu melihat ekspresi Putri yang dimarahi Bu Desi. Saat mendekati barisan itu, Putri melotot kaget. Dirinya mematung, masih dengan posisi dijewer sambil menenteng satu tote bag berisi almamater cowok itu.

"Udah tuh kamu baris sama mereka, hormat bendera sampai jam kedua," ketus Bu Desi lalu melenggang pergi ke ruangannya.

Putri memasang wajah bete--tidak terima. Dia membanting tas gembloknya.

"Hahaha, lo dihukum juga?" ledek cowok di depannya.

Gadis itu mendelik kesal dan melempar tote bag kearahnya. "Tuh almamater lo, makasih."

"Sama-sama Putri Adara Dandelion yang cantik," ledeknya lagi. Agak belibet memang.

Putri yang tadinya ingin ikut baris berhenti dan beralih ke cowok menyebalkan itu. Bagaimana cowok itu bisa tahu nama lengkapnya. "Lo-, tau dari mana nama gue?"

"Tuh," dia menunjuk kearah dada kanan gadis itu.

Putri menunduk dan memang terpampang jelas nama lengkapnya di almamater yang ia pakai. Dia sontak merapatkan tubuhnya dengan tangan--malu.

"Diem, Anggara Putra jelek," balas gadis itu lalu melengos dan berbaris tepat di samping Angga.

"Eh, cie tau nama gue," imbuhnya namun tidak diacuhkan oleh gadis itu.

Fion dan Reza yang memang dari tadi di sana terkikik melihat temannya dimarahi cewek terjudes di sekolahnya.

"Hahaha enak gak dimarahin?" kikik Fion masih dengan tangan yang terangkat hormat, disahut Reza yang meledeknya tawa tanpa suara.

Angga melengos dengan mata datar dan ikut mengangkat tangannya juga sambil menatap bendera merah putih yang tertengger kokoh tertiup angin. Beberapa siswa yang telat pun juga melakukan hal yang sama, sampai beberapa terlihat kegerahan.

~•~

Sudah satu jam lebih mereka berdiri di sana. Putri kira Bu Desi tidak bersungguh-sungguh untuk menghukum mereka untuk hormat 2 jam penuh seperti ini, tapi ternyata dia betulan. Gadis itu masih berharap Bu Desi hanya kelupaan lalu datang menghampiri mereka untuk menyudahi hukuman ini.

Putri yang memang sedang datang bulan membuat kepalanya terasa tiga kali lipat lebih pening di banding biasanya, ditambah tadi pagi dia tidak sarapan...

Bruk





















MATSA

To be continue

Semoga kalian sehat selalu ya..

Aamiin

MATSA [ Tamat ] 𝗿𝗲𝗸𝗼𝗺𝗲𝗻𝗱𝗮𝘀𝗶Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang