"Kenapa menjemputku?" Tanya Jennie pada pria yang kini sedang memasangkan sabuk pengamannya tanpa melepas pandangan dengan si perempuan yang mengomel tadi.
"Bisa pakai sendiri atau mau ku pasangkan?"
"Bisa sendiri" jawab Jennie sambil memasang sabuk pengamannya secara benar lalu kembali melayangkan pertanyaan pada Hanbin yang sudah mulai menyalakan mesin mobil. "Aku tanya kenapa menjemputku?"
"Tadinya mau menjemput si pria rambut biru itu, tapi sudah pulang ternyata"
Jennie membulatkan mata tanda tak percaya, mata bulat itu sama sekali tak melepas objek pandangnya sampai si objek sadar dan merespon dengan sebuah tatapan sedikit menusuk.
"Apa?"
"Kau... ah aku ternyata terlalu percaya diri" lirih Jennie seiring dengan bahunya yang merosot. "Aku tidak menyangka kalau aku akan patah hati dengan cara seperti ini"
Hanbin seperti sedang membuka kotak pandora berisi jutaan kejutan, maka dari itu iabelum mau merespon kejutan yang diberikan Jennie secara berurutan.
"Aku tiba tiba teringat malam itu saat kita... ah saat itu sepertinya kau sedang khilaf ya?"
Setelah ini tolong berikan Hanbin sedikit penghargaan karena sudah sekuat tenaga untuk tidak mengeluarkan tawanya.
"Tapi tidak apa apa, setidaknya mungkin rasa sakit hatiku akan cepat hilang karena tau kau seorang... ah tidak usah aku jelaskan ya?" Kata Jennie sambil melirik Hanbin yang terlihat fokus pada jalanan.
"Memangnya kenapa harus patah hati?" Tanya Hanbin tanpa melirik ke arah objek yang sedang di ajak bicara.
"Itu tadinya aku kira aku jatuh cinta denganmu, tapi aku langsung merasa hatiku dipatahkan hanya dengan perkataanmu tadi. Kau ternyata ingin bertemu Minhyung, bukan aku"
Hanbin akhirnya dapat melihat jelas bagaimana sikap si objek yang sedang di ajak bicara tersebut. Bahunya nampak merosot, berikut dengan cara duduknya yang terlihat sangat lesu. Wajahnya sedikit muram, kalau tidak salah lihat sepertinya ada air mata yang jatuh ketika Hanbin menatap si objek.
Tanpa meminta persetujuan apapun Hanbin tiba tiba menarik tubuh Jennie untuk mendekat, kalau tidak melesat dalam waktu dua puluh detik lagi mungkin lampu lalu lintas akan berubah menjadi hijau. Itu tandanya, Hanbin harus melakukan tindakan ini dengan cepat dan tepat.
Hanbin mencium Jennie, tepat di atas bibir mungil yang hari ini beraroma peach. "Aku juga mencintaimu"
Perkiraannya tepat! Setelah melakukan apa yang dirasa perlu, lampu lalu lintas berubah menjadi hijau dan membuat Hanbin perlu kembali menginjak pedal gas untuk melajukan kendaraannya. Sementara di samping kemudi, ada Jennie yang pikirannya masih berada pada lampu merah dan sepertinya sedikit lama untuk berubah menjadi hijau.
"Tadi katanya kau ingin menjemput Minhyung"
Sepertinya Jennie sudah mengubah warnanya menjadi kuning.
"Tapi tadi tiba tiba kau menciumku"
"Terus mengatakan bahwa kau mencintaiku"
"Kau benar mencintaiku atau hanya ingin menutupi orientasimu yang sebenarnya?"
Hanbin terkekeh pelan mendengar ocehan Jennie yang memang belum berada di lampu hijaunya. Tangan mungil yang sedari tadi tak mau diam karena ikut mengambil alih untuk membantu sang tuan berpikir tiba tiba menghentikan kegiatannya, karena sebuah tangan yang jauh lebih besar kini sedang menggenggamnya dengan erat.
"Ini nyata, aku mencintaimu" kata Hanbin tanpa menatap balik Jennie yang sedang menatapnya itu. "Kau mau bukti? Kalau begitu malam iniㅡ"
"ㅡAAAAA! INI NYATA!" teriak Jennie. Lampu lalu lintas pun telah mengganti lampunya menjadi hijau, bahkan sepertinya membuat Hanbin terkejut dan menginjak pedal gas terlalu kencang. "KIM HANBIN INI NYATA KAN?"
KAMU SEDANG MEMBACA
One Night, Forever
FanfictionKim Jennie sadar bahwa dirinya adalah seorang yang bodoh, lemah dan buruk diantara yang paling buruk. Diselingkuhi oleh sang kekasih bukanlah hal asing untuk dirinya. Ia merasa bahwa dirinya memang tak pantas untuk bahagia, buruknya mungkin memang i...