6 bulan kemudian...
Tok... Tok...
Aku mendengar suara ketukan pintu, aku pun langsung keluar dari kamar. Saat aku membuka pintu kamar, terlihatlah sosoknya.
"Assalamualaikum sa. " aku kaget dengan kedatangannya.
"Wa'alaikumsalam. Kamu kok nggak bilang bilang mau pulang? " tanyaku.
"Ya suprise lah.. Hehhehee.. Oh ya, aku mau ngomong sesuatu tentang pernikahan kita. " spontan aku langsung kaget.
"Baiklah, mari masuk. " ajakku.
"Subhanallah... Kamar ini menjadi lebih Bagus sa. " pujinya.
"Ya iya, pasti. Oh ya mau ngomong apa? "
"Gimana dengan kabarmu sekarang? Maaf, selama 6 bulan ini aku hanya bisa ngehubungin kamu cuman beberapa kali doang. " jelasnya.
"Iya nggakpapa, aku ngerti." jawabku.
"Oh iya, aku kok nggak lihat bunda sama papa ya? "
"Bunda sama papa sekarang udah stay di Bali, jadi dirumah aku hanya sama bibi dan pak supir." jelasku.
"Kok kamu baru bilang sama aku?" ketusnya.
"Hhehehe.. Ya maaf. Kamu belum mandi ya? Sana mandi! Aku udah siapin kamar buat kamu kok. "
"Bener? Ya udah ayo.!! " ajaknya. Akupun mengantar dia di kamar khusus untuknya.
"Ini kamar kamu, disini udah ada baju baju kamu kok. "
"Iya, makasih." ucapnya, akupun segera keluar kamar menuju kamarku. Tak terasa sudah menjelang malam, aku segera menuju ke kamar.
18:00 WIB
Rahmat.Setelah aku menunaikan sholat maghrib, aku segera mengaji. Se-jam berlalu aku mengaji dan menunaikan sholat isya, aku keluar kamar. Aku melihat sasa sedang memasak didapur bersama bibik, akupun menghampirinya.
"Sa, sini. " tegasku.
"Iya apa? Nanti aja lah. Aku lagi masak. " elaknya. Aku pun segera mencekal tangannya dan membalikkan badannya.
"Kamu jangan masak! Biar bibik aja, aku nggak mau kamu kenapa kenapa! " tegasku.
"Aww.. Iya lepasin dulu. Ayo kita makan dulu. " ajaknya. Akupun langsung melepaskan cekalanku dan menuju ke meja makan. Selama di meja makan, aku melihat sasa yang sedang mengajak asisten dan supir nya untuk makan bersama, aku merasa muak dengan mereka.
"Eh, siapa suruh kalian makan disini? Sana ke dapur! " bentakku. Aku melihat semua kaget dengan perkataanku, dan sasa langsung pergi ke kamarnya. Emang aku salah? Ya seharusnya mereka didapur makannya. Aku segera menghabiskan makananku, setelah itu aku langsung pergi menyusul sasa. Tepat di depan kamarnya, aku mendengar suara yang menyebut nama almarhum kak ian dengan tangisan.
"Sa... Buka pintunya! " bentakku, namun dia tidak membukakan pintunya.
Sasa.
"Kak ian,,,, hix... Hix.... Kak aku rindu sama kak ian, aku ingin bilang ke kakak.. Hix... Hix... Kak.. " aku luapkan semua isi hatiku didalam kamar ini, aku tahu kalau Rahmat dibalik pintu. Aku menarik napas dalam dalam dan mengeluarkan perlahan. Aku berjalan menuju pintu kamar lalu membukanya.
"Sa! Aku mau ngomong sama kamu! " tegasnya. Aku pun segera balik badan dan duduk di sofa.
"Mau bilang apa? " tanyaku.
"Kamu kenapa ajak mereka makan bareng? Kamu itu majikannya! Biarkan saja mereka makan didapur! Emang sepantasnya gitu! " bentaknya, aku mencoba menahan air mata yang ingin jatuh.
"Cukup, aku nggak mau ambil pusing dan kamu harus tahu! Mereka bukan sekedar ART dirumahku, melainkan mereka keluarga ku! Dan kamu kenapa makin menjadi jadi? Apa kamu sudah ingkari janjimu? "
Plakkk..
Dia menampar ku, aku nggak nyangka kalau dia akan menamparku lagi, akupun segera keluar dari kamar.
"Kamu lebih baik pergi tinggalin aku! Dan urus segala ego mu itu! " ujarku, dia langsung menunduk kepadaku, akupun langsung melepas cincin pertunanganku dan ku berikan kepada dia."aku sudah bukan tunanganmu lagi, dan aku ucapkan terima kasih atas semua pelajaran yang kau beri. " ucapku.
"Sa, aku nggak mau sa! " tegasnya, akupun segera masuk kamar dan mengunci pintu kamar. "Sa... Buka sa!! " teriaknya. Aku hanya bisa menangis didalam pelukan bayangan kak ian.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cahaya Cinta Seorang Wanita Biasa❤
Fiksi RemajaKutemukan cahaya dibalik dirimu yang selalu dingin kepadaku.