Satu

1.4K 48 1
                                    

*Suara orang mengobrol

"Eh, kalian tau kan cerita tentang orang itu?"

"Hah? siapa?"

"Itu lho... Sosok perempuan misterius yang suka muncul di Asrama As-Salam."

"Kamu tau dari mana? Aku juga pernah denger ceritanya."

"Dari seniorku, katanya dulu perempuan itu pernah di hamilin sama salah satu santri laki-laki disini."

"Kamu serius?"

"Iya beneran, katanya as salam juga jadi tempet perempuan itu gantung diri karena frustasi, kasian ya?"

"Betul, jahat banget orang yang bikin dia menderita kaya begitu."

"Ssstt... Heh, kalian jangan cerita kaya begitu terus. Kalo hantunya datengin asrama kita gimana, mau?"

"Hiihh.. sembarangan aja ente kalo ngomong."

"Emang kalian pernah liat dia?"

"Temen sekamar ane dulu pernah cerita, katanya dia pernah lihat sosok itu di As-Salam sebelum di renovasi."

"Waduh, katanya apa?"

"Sosoknya kaya santri perempuan, pake jilbab merah sama gamis panjang hitam."

"Pasti serem banget."

"Terus katanya kalo ada yang lihat sosok itu, kalian harus sebut namanya, biar dia pergi."

"Emang namanya siapa?"

"Aku sih nggak yakin, tapi orang-orang biasa sebut dia dengan panggilan Akhwat."

************

Faris

"Assalamualaikum, Akhi. Tadi kepala sekolah cariin kamu tuh."

"Waalaikum salam. Oke, saya juga kebetulan mau kesana." Jawabku, lalu aku kembali melanjutkan langkah.

Tak terasa sudah hampir setahun aku bekerja disini sebagai Musyrif (Penjaga Asrama). Dulu aku juga pernah jadi santri disini, tapi setelah lulus dan mengabdi di pesantren selama setahun, Mudir (Pemilik Pesantren) malah memintaku untuk lanjut bekerja disini.

Tadi pagi ketika aku sedang mengurus sarapan para santri di asrama, temanku bilang kalau Pak Arifin mencari ku. Entahlah apa yang hendak kepala sekolah itu bicarakan denganku.

Sejujurnya, aku kurang suka dengan beliau. Arifin adalah sosok yang ambisius, atau lebih tepatnya ia adalah orang yang sangat menyukai Jabatan. Bahkan aku pernah mendengar cerita dari beberapa guru lainnya kalau ia juga ingin menjadi seorang Mudir suatu saat nanti. Pokoknya aku benci orang itu.

Walau begitu, sebagai seorang bawahannya sekarang, aku juga harus menuruti apapun yang ia perintahkan. Sial.

Sesampainya di kantor pusat, baru saja aku mau masuk kedalam kulihat ada seorang Pria yang duduk bersama Arifin di ruangannya. Pria itu terlihat lebih muda, walaupun ada sedikit guratan di wajahnya karena usia.

Aku berdiri sebentar di luar ruangan sambil menunggu urusan mereka selesai. Karena mungkin kurang sopan jika aku masuk dan ikut bergabung dengan mereka.

"Baiklah, kalau begitu mulai senin Ente bisa langsung mengajar disini, ya."

"Baik, Pak. Terimakasih banyak, kalau begitu saya mohon permisi."

Sayup-sayup aku bisa mendengar obrolan mereka yang hampir rampung. Tak lama setelah itu Pria tadi keluar dari ruangan sambil melewati ku. Ia sempat memandang ke arahku sebentar dengan tatapan sinis, kemudian Pria itu pergi. Sejujurnya, aku tak suka cara ia menatapku tadi.

AKHWAT Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang