Jangan lupa Vote+Coment kalian ya blurb blurb...!
Warning, Typo!
Happy Reading!!!!!
( ╹▽╹ )
Sharine menatap jengah pada Geraldo dan Sherene yang terus bersikap baik padanya. Sebenarnya, Sharine tidak masalah. Toh, mereka berniat untuk berbaikan dengannya, dan Sharine akan menguji mereka, seberapa sabar mereka berdua menghadapi sikapnya yang ketus.
Namun, dua Minggu berlalu sifat mereka semakin berlebihan, membuat Sharine risih sendiri. Belum dengan tingkah Dimas dan Adisa yang ikut-ikutan bersifat padanya secara berlebihan.
Entah mengapa mereka selalu mengirim uang padanya lewat Nicky, dan mengirim barang-barang mahal. Huh, mereka tidak tahu berapa uang yang Sharine miliki?
"Gila sih, sombong banget si cupu Sharine itu. Di deketin Ge sama Sheren aja belagu!."
"Cari muka tuh."
"Caperrr."
Sherene memegang erat sendok yang dia kenakan. Makanan yang baru saja tersaji belum dia makan sesuap pun. Membanting sendok nya pelan, kemudian pergi meninggalkan kantin.
"Eh, mau kemana?." Tanya Kimberly saat Geraldo dan Sherene sudah berdiri, hendak mengejar Sharine.
"Kejar dia lah, apa lagi?!."
Mega memutar bola matanya jengah. Dia menatap Geraldo sebal, "please ya! Lama-lama gue ngeliat sifat Lo sama Sherene tuh jengkel, asli! Apalagi Sharine? Eh, dia juga butuh ruang, goblok!."
"Tapi Me..."
"Duduk!." Mega menatap Sherene tajam. "Biarin Sharine sendiri. Dia di hujat juga salah satu alasannya kalian, kan? Tolong, tau dirinya sedikit."
Geraldo yang tidak ingin menjadi pusat perhatian lebih lama lagi memilih untuk diam. Dia duduk kembali dengan tenang, sambil mengirim chat permintaan maaf kepada Sharine.
Setelah chat itu terkirim, Geraldo menggeser layar handphone nya, membaca room chat dirinya dengan Sharine. Tak ada yang istimewa disana. Hanya ada chat dirinya yang meminta maaf dan berbasa-basi untuk memulai obrolan, dan Sharine yang membalas chat nya hanya menggunakan emot jempol, 'y' dan 'ok'.
Geraldo mendengus sebal, menyadari selama ini hanya dirinya yang berbicara, dan Sharine terdiam sambil membangun dinding batas dirinya dengan gadis itu lebih tinggi lagi. Sampai kapan?
"Tau gak sih, gue bakal pindah rumah sore ini." Kata Cavin yang sedang menikmati permen karet nya.
"Ngedadak banget, anjir!."
Cavin mengedikkan bahu, "Gue baru tau tadi pagi. Bokap bilang, kakek kasian tinggal sendiri sepeninggal nenek. Takut kenapa-kenapa juga, meski ada banyak maid disana sih yang ngurus rumah disana. Tapi yah... Ga bisa di biarin gitu aja. Pasti ada lah rasa kesepian."
"Maksud Lo keluarga Lo kayak di gabung gitu?." Ucap Geraldo.
Cavin terdiam sejenak, kemudian alisnya terangkat sebelah. "Mungkin?."
Di gabung..
Kenapa Geraldo tidak terpikirkan tentang hal itu?
KAMU SEDANG MEMBACA
THE SECRET OF SHARINE
Teen FictionSharine dengan segala rahasianya. Sialnya, keluarga yang sudah membuangnya dulu, kini kembali memintanya untuk pulang. Gila. 5 tahun lebih, mereka kemana saja?