"Tidak perlu menjadi siapa,
Untuk bisa menolong seseorang"***
Jam dinding yang terpasang di atas lemari sudah menunjukan pukul 20.30 WIB. Bintang baru pulang dari kafenya, dia mengedarkan pandanganya diseluruh sudut rumahnya sepertinya semua orang sudah tertidur atau mungkin mereka pergi. Perlahan Bintang mendengar suara mobil memasuki gerbang rumahnya, dia membalikan badanya menatap ke arah pintu rumah. Arga masuk diikuti Alana dan Rain, mereka memakai pakaian formal membuat Bintang mengernyitkan keningnya kebingungan.
"Darimana kamu?" tanya Arga menginterogasi.
"Main sama temen temen." balas Bintang.
Arga melempar jasnya ke sofa membuat Bintang terkejut karena ayahnya marah. Tatapan Arga sangat tajam menatap Bintang, sekarang Bintang ditarik paksa oleh Arga untuk ke luar dari rumah. Hal itu tentu saja membuat Bintang kebingungan.
"Pah ini ada apa?" tanya Bintang yang masih belum mengerti.
"Kamu lupa? Papah suruh kamu pulang jam berapa tadi?" tanya Arga membuat Bintang langsung mengingatnya. "Maaf pah, Bintang lupa." balas Bintang penuh penyesalan.
"Kamu sekarang mulai melunjak, papah larang kamu pacaran kamu pacaran! Papah suruh kamu pulang cepat kamu terlambat! Papah masih kamu anggap ayah engga?" tanya Arga.
"Pah maaf, Bintang beneran lupa."
"Untung aja tadi ada Rain." ucap Arga.
"Memang benar kata Alana, kamu terlalu papah manjakan jadi kayak gini." lanjut Arga.
"Sebagai hukumanya, kamu jangan pulang sekalian." balas Arga namun terlihat jelas kalau Arga tidak tega mengatakan itu tapi Arga harus melakukanya agar Bintang bisa menjadi anak yang bertanggung jawab.
"Maksud papah?" tanya Bintang yang terkejut.
"Kamu tidur saja diluar, kembali ke kafe atau kemana saja yang kamu mau."
"Papah jahat." balas Bintang namun Arga sudah masuk ke rumah terlebih dahulu. Alana keluar dari rumah menemui Bintang yang sekarang sangat kesal.
"Bintang, kalo kamu mau masuk. Mamah bisa bantu kok. Tapi syaratnya serahin kafe itu ke mamah." ucap Alana membuat Bintang langsung menolaknya. "Maaf anda tidak berhak memiliki kafe itu." balas Bintang.
"Ya sudah kalo kamu tidak mau tinggal disini lagi gapapa. Dasar anak nakal." kesal Alana karena Bintang bersikeras tidak memberikan kafenya ke dia.
"Hush hush sana pergi, ini rumah Alana Avarel bukan Laura Avarel lagi." balas Alana membuat Bintang kesal dan mendorong Alana hingga terjatuh dan menimbulkan suara keras.
"Kalo ngomong dijaga ya mulutnya! Jangan berani lagi ngomong kayak gitu di depan saya!" ucap Bintang memperingati Alana yang masih tersungkur dilantai.
Arga keluar bersama Rain dan pembantu dirumah itu, Arga langsung membantu Alana berdiri sedangkan Rain mendorong Bintang karena marah. "Jangan kasar sama mamah!" ucap Rain.
"Bilangin dulu nyokap lo suruh jaga mulutnya." balas Bintang. "Anak sama ibu gatau diri, udah numpang malah sok sokan." kesal Bintang yang sudah kelewat emosi apalagi teringat kata kata Alana. Arga yang mendengarnya langsung mengangkat tanganya bersiap untuk menampar Bintang.
"Apa? Papah mau nampar aku? Tampar aja pah." balas Bintang menantang ayahnya.
Satu tamparan berhasil membuat Bintang kesakitan, dia memegangi pipi bekas tamparan itu kemudian menatap ayahnya. "Sekarang papah berubah." ucap Bintang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Retain (Sekuel of Angkasa)
Novela Juvenil[DILARANG PLAGIAT] (Sekuel Angkasa) Mungkin mempertahankan suatu hubungan lebih sulit dari pada mendapatkanya, setelah satu tahun berlalu, hubungan Angkasa dan Bintang masih tetap pada status pacaran. Langit kembali ke Indonesia ditemani oleh Bumi...