"Gimana keadaan Gee Tante?" tanya Alma langsung saat ia sampai di depan ruangan Gee.
"Tante masih belum tau, dokter belum keluar dari tadi," jawab wanita itu sambil menahan tangisnya. Ibu mana yang tidak khawatir anaknya dalam bahaya?
Alma ikut mendudukkan dirinya di sebelah wanita itu. "Tante tenang ya," ucapnya seraya mengelus punggung wanita itu, memberikan ketenangan.
Tak lama dokter keluar dari ruangan Gee. Sontak Alma dan wanita itu berdiri dan menghampiri dokter itu.
"Gimana keadaan nya, dok?"
"Keadaannya sudah kembali normal, tidak ada yang perlu dikhawatirkan lagi." jawab dokter itu, membuat ibu Gee mengesah lega.
"Saya bisa masuk dok?" tanya ibu Gee.
"Silahkan, tapi jangan sampai mengganggu pasien." Dokter pergi setelah mengatakan itu.
"Baiklah," jawab ibu Gee.
Alma dan ibunya Gee masuk kedalam. Di dalam Gee sudah sadar dan menatap langit-langit kamar itu dengan tatapan kosong.
"Sayang," ujar mama Gee lembut seraya mengelus rambut putrinya dengan penuh kasih sayang.
"Mama," sahut Gee lemah.
"Kak Ama!" Gee langsung berteriak senang saat melihat Alma.
Alma mengelus puncak kepala Gee dengan lembut. "Hai sayang,"
Gee tersenyum senang. "Gee kangen kakak," ucapnya manja.
"Kakak juga kangen Gee."
"Bohong," kata Gee tiba-tiba berubah nada suaranya.
"Kalo kangen, kenapa nggak pernah jenguk Gee lagi." Lanjut Gee, merajuk.
"Uluh-uluh, jangan marah dong. Kakak lagi sibuk sayang, belajar buat olimpiade. Gee mau liat kakak olimpiade?" Gee menganggu semangat.
"Kalo gitu, Gee harus sembuh."
"Janji?" Gee menunjukkan jari kelingkingnya, Alma menyambutnya dengan menautkan kelingking mereka.
"Makasih ya, Ma. Kamu selalu bisa bikin Gee senyum lagi."
"Sama-sama, tante."
"Gee, mama tinggal beli makan dulu ya?" Gee mengangguk.
"Biar Alma aja, tante."
"Beneran?" Alma mengangguk, ia lalu keluar untuk membeli makanan.
°~°~°~°
Bima akhirnya memutuskan untuk masuk. Langkahnya terhenti tepat di depan pintu sebuah ruangan. Tangannya terasa begitu berat untuk memegang handle pintu untuk masuk.
Bima menghela nafas, lalu perlahan mulai membuka pintu. Ia masuk dan sudah disambut dengan tatapan ibu dan adiknya.
"Kak Bima." Gee berujar semangat, sudah lama ia tak melihat kakak nya itu.
"Gina udah baikan?" Akhirnya suara Bima yang terasa tertahan di dalam keluar juga.
"Udah, Gina udah sehat," sahut Gina semangat.
"Bagus kalo gitu." Bima mencium puncak kepala Gina. Ia merasa begitu bersalah, adiknya setiap hari harus melawan maut dan dia justru bersenang-senang di luar sana.
"Maaf ya kakak nggak bawa apa-apa,"
Gina menggeleng. "Kakak nggak perlu bawa apapun, Gina cuma butuh kakak, Gina mau teman, itu aja."
KAMU SEDANG MEMBACA
Romansa Senja
Jugendliteratur"Gue nutupin perasaan yang ada karena gue takut gue bakal ditolak."-Alma zevanya "Gue selama ini mencintai orang yang salah karena dia nggak pernah bicara soal perasaannya." -Bima Ragatta Published 15 Juli 2019 Story by Anggita Dwi Ristanti