TD | CUSTOMER

4.4K 696 213
                                    

Sopir taksi macam apa yang menggunakan topeng badut ketika bekerja?

Morel bertanya-tanya sekarang kenapa pekerjaannya menjadi sopir taksi sangat konyol. Apa mereka sedang membuatku menjadi bahan trending di sosial media? Morel tidak mengerti mengapa ia hanya mendapatkan shift jam 3 sore dengan topeng badut sialan ini. Penglihatannya agak terganggu dengan benda ini sebenarnya.

Tidak seperti sopir taksi pada umumnya. Ia hanya akan bekerja mulai jam 3 sore dan mengantar satu penumpang kemana penumpang itu inginkan hingga pada pukul 3 pagi. Morel berpikir bahwa mungkin yang ia layani sekarang adalah seorang bangsawan, atau orang-orang penting di Prancis, atau kolektor tua dengan setelan mahal.

Tapi Johnny tertawa dan melemparinya kulit kacang ketika ia menebak hal itu. "Unit taksi kita tidak melayani orang-orang berdasi, Mor. Kita ekslusif."

Ekslusif apanya. Morel mendesah mengingat perkataan temannya itu. Sekarang ia dan taksinya berada di sekitaran rumah bergaya 90-an. Ada bendera Belanda di depannya bersama dengan bendera Prancis. Kumpulan orang-orang berpakaian hitam terlihat baru keluar dari rumah itu. Dan jujur, Morel tidak tahu mana penumpang yang membutuhkan jasanya ini. Ia seperti orang idiot berdiri dengan topengnya.

Maka Morel kembali melihat buku kecilnya. Membaca informasi calon penumpangnya. Hanya tertera bahwa penumpangnya seorang pria. Dan pembayaran untuk taksinya sudah diselesaikan kemarin. Morel mendesah. Kenapa sistem taksi seperti ini sangat aneh, pikirnya.

"Morel 103?" Morel menoleh ketika seorang pria berwajah Asia melihat angka di taksinya lalu tersenyum ketika melihat Morelㅡatau lebih tepat topengnya. "Aku sudah membayar ini kemarin."

Morel mengangguk, tidak butuh waktu lama untuknya memperhatikan para penumpangnya dan mempersilakannya masuk ke dalam taksi. Dua bulan ia melakukan hal ini dan sama sekali tidak menemukan sesuatu yang aneh dengan para penumpangnya. Mereka selalu meminta tujuan yang umum. Seperti mall, asrama, gereja, atau kasino. Karena itu Morel tidak mengerti bagian mananya unit taksi ini ekslusif.

"Kau ini wanita, 'kan?" tanya penumpangnya yang menatap dirinya melalui kaca depan. Tentu saja semua orang akan meragukan gender-nya. Morel memiliki rambut cepak hitam, tangannya kurus tetapi begitu menonjolkan pembuluh darah venanya. Untungnya ia memiliki sedikit dada yang sekali orang lihat ia wanita. Walau sekali lagi, mereka meragukannya diawal.

"Aku wanita," jawab Morel. Lalu ia bertanya, "Ke mana tujuanmu?"

"Kasino sekitaran pasar Cina."

Morel sudah menduga jawabannya. Kemeja mengkilap yang digunakan pria Asia itu memang identik dengan orang-orang kasino. Ditambah warna rambutnya yang putih sedikit nyentrik bersamaan dengan tindiknya. Morel sepertinya mendapatkan penumpang yang lebih muda darinya.

"Aku hanya akan sampai jam 9 nanti." Pria itu kembali berbicara, "Kau bisa menungguku di pasar kelontong beberapa kilometer dari kasino. Tahu, 'kan?"

"Aku tahu. Mengenai jam 9, sisa uangmu tidak bisa dikembalikan. Hangus."

"Aku sudah menjadi pelanggan unit taksi ini sejak tiga tahun yang lalu, Morel." Morel melirik penumpangnya dari kaca depan dengan dahi mengerut. Sedikit aneh nada bicara pria itu kepadanya. Ada nada sombong sekaligus meremehkannya.

"Aku baru dua bulan bekerja di sini. Ini pertama kalinya kau menjadi penumpangku." Morel membalas.

"Aku juga baru melihatmu. Aku mendapat kabar, sopir taksi tua yang biasa mengantarku sudah meninggal. Komplikasi hati katanya." Pria itu mengusap belakang telinga dengan mata yang menatap kota-kota menjelang sore. "Kau mungkin akan sering melihatku, Morel. Ketika pria tua itu meninggal aku tidak lagi menggunakan jasa kalian. Tapi sekarang, karena keadaan mendadak, aku menggunakan kalian lagi. Dan yah, bertemu denganmu tidak buruk sepertinya. Cara menyetirmu mirip dengan pria tua itu."

TAXI DRIVERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang