spin-off: denial

725 108 7
                                    

(A/N): karena bentar lagi ending dan aku belum ngembangin rangka alur ending dengan baik, aku mau buat spin off dulu. happy reading!








————————




a few years ago.


suara hentakan sepatu beradu dengan lantai, terdengar di sepanjang koridor itu. nafas mingyu memburu, berhenti tepat di depan ruang ugd yang tertutup rapat.




"ayah... jinwoo d-disini?"



sang ayah mengangguk, menuntun anaknya untuk duduk. menggigit bibirnya cemas, khawatir akan keadaan anak bungsunya yang baru saja dikabarkan kecelakaan dalam perjalanan study tour sekolahnya.

sebuah mobil menabrak bus study tour kelasnya dari arah berlawanan, sekitar satu jam yang lalu. mingyu, ayah dan kakaknya langsung pergi ke rumah sakit begitu pihak sekolah menelepon.

yohan masih berdiri, hampir tak berkedip, menatap pintu ruang rumah sakit di depannya. tatapannya terkesan penuh kebencian.




yohan tidak suka rumah sakit.




terakhir kali ia menginjakkan kaki di tempat ini, sudah bertahun-tahun lamanya. tanggal dimana jinwoo lahir, saat sang ibu pergi untuk selamanya. ia sangat tidak suka tempat ini.






mendengar tangisan mingyu, yohan sontak menoleh. ayahnya mencoba menenangkan mingyu, yang pasti sangat shock mendengar kabar itu.



yohan mengernyit saat merasakan sesuatu mengalir di permukaan pipinya. i menyentuh wajahnya, dan kaget saat menyadari bahwa itu adalah air matanya.





aku menangis?!




ia mundur beberapa langkah, mengucek matanya kencang-kencang. ia menggeleng kuat-kuat sebelum berbalik, berlari dari sana.

"yohan! yohan!"




sang ayah mencoba memanggil yohan untuk berhenti, namun yohan tetap berlari, tak menghiraukan teriakan ayahnya.

ia berhenti saat telah sampai di taman rumah sakit, yang terbilang cukup sepi.

yohan menghela nafasnya, mengusap pipinya sekali lagi.









aneh... aneh. kenapa aku menangis?



"harusnya aku senang anak itu celaka!"

katanya, menendang kerikil di tanah, frustasi. ia tidak mengerti kenapa ia ikut menangis tadi, kenapa bisa? kenapa ia harus ikut bersedih?


menurutnya itu yang jinwoo pantas dapatkan.


yohan duduk di salah satu bangku taman, mencoba menenangkan dirinya. ia cukup terkejut mendengar bahwa bus yang ditumpangi jinwoo dan teman-teman sekelasnya kecelakaan, dan jinwoo dilarikan ke rumah sakit di mana sang ibu melahirkannya dulu.










"kakak bilang kemarin nggak mau jenguk aku."






yohan mengerutkan dahinya, menoleh. ia melihat seorang laki-laki yang sepertinya seumurannya—berdiri tak jauh darinya—di belakang perempuan yang duduk di kursi roda.

"mana kakak tau kamu jadi makin parah gini. waktu itu kakak emosi." jawab sang kakak.

"maaf." ucapnya pelan, namun cukup terdengar.

"huh, kalo nggak ikhlas gak usah maksain dateng!" adiknya cemberut, melipat lengannya.

"kakak beneran mau jagain kamu!" seru sang kakak, "walaupun kamu nyebelin, ya mau gimana lagi. kamu kan adikku."

tanpa sadar, yohan malah tak berhenti menatap mereka berdua. mendengar obrolan kedua kakak beradik itu.




"di rumah kita memang sering berantem," kata kakaknya, "tapi sebenernya kakak nangis waktu tau kamu divonis sakit itu."


"masa? kukira kakak seneng."


"heh! sembarangan." sang kakak mencubit pelan pipi adiknya.

"aww!"


"kamu cepet sembuh, biar kita bisa berantem lagi."


"kata kakak, kakak gak peduli sama aku. kok sekarang malah rela repot-repot kesini?" sang adik bertanya. "biasanya kakak juga gak peduli kan."

"chae, kita ditakdirkan jadi satu darah. kakak gak punya pilihan lain. emangnya kamu pacar kakak? kalo iya mah udah kakak putusin dari dulu."


"naik darah kalo pacaran sama kakak mah!" sang adik menggerutu, namun kakaknya malah tertawa.

"dek, sekeras apapun usaha kakak akting seakan kakak gak peduli sama kamu," kakaknya menjeda, "gak bakal berhasil."



"itu semua karena kamu itu saudara kandung kakak." tambahnya.




sang kakak mendorong kursi roda adiknya, "kamu yang rajin minum obatnya, nanti kita belajar bareng lagi. oke?"

adiknya tersenyum, "oke!"






mereka pun pergi menjauh dari sana, dan mata yohan masih tertuju pada kedua kakak beradik itu. isi pikirannya masih penuh dengan berbagai kalimat yang telah dilontarkan oleh mereka.










sekeras apapun usahaku...


gak akan berhasil?

ia membatin, lalu menunduk. jadi itu penyebab aku menangis? tidak mungkin...
aku sama sekali tidak peduli pada jinwoo...

dia... penyebab bunda pergi...

















mata yohan mulai berair. ia memejamkan matanya, terperanjat saat tiba-tiba merasakan pundaknya ditepuk seseorang.




mingyu.





"kakak..." lirih mingyu, "jinwoo sudah sadarkan diri."



















haaai, aku akhirnya update lagi. mau nanya dong, kalo aku bikin spin off kayak gini setelah ending, pada mau nggak?

oh iya, X1 members udah diumumin!

it's okay, mingyu namanya nggak disebut malam itu but believe me, dia bakal sukses nanti! let's always support kim mingyu and other trainees!

selamat untuk yohan, our center! sooo, pick kalian berhasil debut nggak guys? gimana nih, mau stan X1 atau nggak?


hahah, thanks for reading ya!
love yaaa.❤️

Siblings  ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang