1: Sebuah Kenyataan

7K 319 54
                                    

Alohlooo... ii kambek di bulan kemerdekaan ini 😊😊😊. Jangan Lupa Vommentnya ya gengs, yuk yang banyak.

Mohon maaf buat typo dan segala kekurangan di cerita ini.

❤❤Happy Reading Gengs❤❤

Merdeka!!!

🍎🍎🍎

Bila kau hidup, maka kau pun akan mati. Tidak ada yang bisa menentang takdir itu sekalipun kau berlari menjauhinya, bersembunyi menghindarinya, atau berteriak menentangnya. Bagaimanapun usahamu meloloskan diri, kematian adalah sesuatu yang pasti.

Hal pertama yang gue lakukan setelah menonton berita yang mengabarkan kematian gue adalah berdiri dari posisi duduk gue, memastikan bahwa kaki gue masih napak dengan tanah. Dan gue begitu lega saat kaki gue masih menyentuh tanah. Artinya gue bukan hantu dong ya?

Hal selanjutnya yang ingin gue lakukan setelah memastikan gue masih napak adalah mendatangi rumah sakit di mana jenazah seseorang yang diduga gue berada. Sumpah demi apapun, mau itu demi Hotman Paris atau Lucinta Luna sekalipun gue yakin kalau gue itu masih hidup. Buktinya gue masih napak, masih bisa memegang gelas dan meminum isinya juga.

Jadi ada apa ini sebenarnya? Satu-satunya cara untuk gue mengetahui semua ini adalah dengan mendatangi rumah sakit itu dan meminta penjelasan pada pihak polisi dan rumah sakit. Seenaknya aja bikin pemberitaan yang sungguh menyebalkan.

Gue pun bergegas mengambil kunci motor gue yang ada di kamar. Namun sesuatu yang ganjil terjadi pada gue. Sesuatu yang membuat gue menahan nafas dalam waktu yang cukup lama. Sesuatu yang membuat tubuh gue menegang, tapi jantung berpacu di atas normal. Dan sesuatu yang membuat kepercayaan bahwa gue masih hidup menjadi goyah seketika. Gue kaget, bener-bener kaget tingkat panci gosong yang kerak itemnya itu susah dibersihin. Bagaimana mungkin gue tidak kaget kalau tiba-tiba handle pintu yang mau gue raih terlewat begitu saja seakan tubuh gue transparan.

Refleks gue langsung membolak-balikkan tangan gue, menggerak-gerakkannya dengan gerakan mengepal-ngepal sebelum akhirnya gue telisik dengan begitu jeli. Gue memfokuskan mata gue pada telapang tangan gue dan detik berikutnya sesuatu yang lebih mengejutkan terjadi.

"Enggak..." Gue mundur satu langkah dengan tangan yang bergetar. Sementara itu nafas gue kembali tertahan satu-satu sementara jantung gue semakin bergemuruh.

Mengucek mata adalah hal yang gue lakukan selanjutnya. Sepertinya gue salah lihat. Mana mungkin tangan gue tiba-tiba transparn. Ya tangan gue transparan. Tadi gue melihat tangan gue transparan. Sebenarnya ada apa ini? Apa berita tadi emang benar? Tapi gue masih menapak. Gue masih bisa memegang gelas dan meminum isinya.

Atau jangan-jangan ini adalah proses. Gue pernah lihat dibeberpa drama Korea yang gue tonton kadang-kadang hantu itu tidak langsung transparan, tapi bertahap.

Enggak... enggak... itu konyol. Itu kan hanya cerita fiktif, jadi mana bisa gue percaya begitu saja. Tapi...

Pintu di kamar gue menjadi objek penglihatan gue selanjutnya. Mata gue terfokus pada pintu bercat putih itu, seolah tidak ada objek lain yang lebih menarik. Gue mundur sepuluh langkah kebelakang, menyiapkan ancang-ancang, menghela nafas berat, mengangguk mantap, lalu melesat berlari sekencang mungkin. Dan...

Brak...

Gue menabrak pintu dengan keras sampai membuat gue terpental dan mendarat dengan bokong yang menyetuh lantai lebih dulu.

"Aaaaaaaaaaaaaaaaaaaw... sakit anjir hidung gue sakit aduuuuh... aduuuuh... aduuuh..." teriak gue sambil memegangi hidung gue yang rasanya nyut-nyutan bukan main. Belum lagi kening dan bokong gue juga sakit. Saking sakitnya gue sampai tidak sadar mengumpat.

Pak Dosen, I Love You!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang