Incandescent

498 121 0
                                    

Sebelum Cinzel hadir di hidupku, ketahuilah aku sudah mencoba untuk berbahagia dan menghadapi hari dengan senyuman

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sebelum Cinzel hadir di hidupku, ketahuilah aku sudah mencoba untuk berbahagia dan menghadapi hari dengan senyuman. Berpikir semuanya baik-baik saja, tak akan ada hal buruk menimpa, pun saling menguatkan dengan teman-temanku yang lain.

Aku memang selalu bertanya-tanya, kenapa aku ada di sini? Dibuang oleh keluargaku? Kenapa hanya aku yang tidak tahu apa-apa? Sungguh tidak adil membiarkanku terjebak dalam ketidaktahuan. Sampai pada akhirnya, aku tidak memikirkannya lagi dan hanya berfokus pada hidupku yang sekarang. Aku memutuskan untuk mengubur segala hal yang berkaitan dengan masa laluku.

Dokter Jess adalah peganganku, kepadanya aku mulai bergantung. Kuakui seorang Certa memang pengecut. Dia ini lemah, tak berdaya, membohongi diri sendiri, dan hanya bisa bermimpi. Menggapai bintang di langit, aku dan teman-temanku pernah berjanji untuk memenuhinya bersama. Padahal kenyataannya, semakin banyak yang kembali ke rumah masing-masing dan melupakan kami.

Di ambang ketidaktahuan, aku terus mempercayai dalam hati bahwa aku memang baik-baik saja. Berulang kali aku menekankan perkataan itu sampai yang mendengarnya pun kesal ditelan suntuk. Lama kelamaan, aku merasa nyaman di rumah sakit jiwa ini; sudah kuanggap sebagai rumahku.

Memangnya, aku punya rumah di mana? Hutan Perak? Jangan bercanda!

Mengenal Cinzel, waktu yang kuhabiskan dengannya memang tidak banyak. Kami berkenalan, berbagi luka dan saling mendengarkan, aku mengajarinya banyak hal, dan sampailah kami di detik ini. Tentu, aku menyukainya. Fakta itu tidak bisa diubah.

Bukannya aku membenci Cinzel, hanya saja aku tidak setuju jika 'kebahagiaan palsu' itu harus ditukar dengan rasa sakit. Keputusan yang bodoh, dan kenapa Cinzel ….

Namun aku sadar, asumsiku salah. Bunga tidur itu bukan sekadar 'kebahagiaan palsu' yang selalu menjadi kilahanku. Apalagi, Cinzel sampai memiliki mata yang tidak realistis. Aku semakin merasa bodoh dalam ketidaktahuan.

Aku pernah berjanji pada diriku sendiri, jika aku ingin menjadi Pangeran untuknya. Apa itu masih berlaku? Sebab dia-lah yang membuatku berpijar. []

 []

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
The End of FairytaleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang