Pai Blueberry Untuk Nona [1/1]

334 63 90
                                    

Tugas dari mak penulis-scifi

2020

***

Tipe terburuk dari semua jajaran robot versi terbaru. Berwarna cokelat pudar dengan beberapa karatan tertoreh di hampir seluruh badan kubusnya. Kedua lensa matanya terlihat keruh diantara semua lensa yang ada, sedangkan kedua telapak tangan dan kakinya cocok disandingkan dengan wujud telapak tangan katak.

Hal itu membuatku benci pada robot ini.

Aku malu pada tipe usang ini, dia selalu mengiringi langkahku walau telah kuperintahkan berkali-kali untuk diam membatu di sudut ruang tamu. Dia menggeleng, sistemnya tidak mendukung fitur 'meninggalkan Tuannya sendiri'.

Kusentak berkali-kali ia masih mengikuti langkahku. Kudorong benda kubus itu sampai menghantam dinding, ia kembali berdiri kokoh. Bahkan hingga kupukul dengan benda tumpul sampai menghasilkan beberapa penyok kecil, ia tetap diam. Hal itu membuat tampilannya lebih buruk dari awal mula ia diciptakan.

Aku tidak peduli.

Setelah semua emosi kulimpahkan pada benda rongsok itu, ia datang padaku dengan kedua kaki kurus cokelat pudarnya beserta beberapa bungkus bahan makanan di samping kiri dan kanan tangan kataknya. Memasukkan semua tepung, blueberry, mentega, dan hal lainnya ke dalam corong yang menyerupai lobang telinga.

Tak menunggu waktu yang lama, perut kubusnya terbuka lebar menampilkankan dua buah muffin cokelat keemasan dengan lava blueberry melumuri permukaan atasnya, terhidang untukku.

Kueratkan kepalan tanganku dan kusingkirkan muffin itu sejauh mungkin hingga menghantam lantai, tercerai-berai hampir tak berwujud.

"Berhenti membuat roti sialan!"

"Tetapi Tuan Anderson memerintahkan saya untuk membuatkan Nona Elijah beberapa roti setiap harinya."

Aku menutup telingaku rapat-rapat lantas pergi berlari keluar rumah dan mengunci pintu sebelum robot itu menyusulku. Suara gedoran terdengar nyaring dari dalam membuatku sedikit lega karena bisa pergi melalui jalanan setapak tanpa robot itu.

Aku memacu jantungku terlalu cepat sehingga napasku tersengal-sengal dari yang biasanya. Pilihan yang bagus bila aku duduk di bangku taman kota sekedar mengistirahatkan badan serta pikiran sambil menikmati atraksi air di sana.

Semburat jingga menyambut penduduk kota yang senantiasa bersenda gurau di sekitaran taman, bahkan dinginnya angin sore tidak diperdulikan demi menikmati kemegahan air mancur yang baru-baru ini dibuka.

Kulihat sekitaranku dengan asisten robot mereka, bervariasi bentuknya dengan corak berwarna kontras. Memanjakan mata sekaligus menambah nilai iri di hati. Aku hanya bisa gigit jari melihat pemandangan ini, ternyata pilihan bersantai di taman kota lebih buruk dari yang kupikirkan.

"Dapatkan robot Echo tipe A3 dengan harga miring!"

Sebuah iklan berdalih harga murah berhasil menarik atensi beberapa pengunjung yang beralih pada layar tipis di samping bangku taman tak terkecuali aku. Sebuah perusahaan pinggir kota mematok tarif murah untuk robot keluaran lama namun cukup layak dikatakan berkualitas.

Tak kusia-siakan kesempatan ini, segera kupacu kedua kakiku menuju tempat yang dimaksud sebelum jumlah robot ini menyentuh angka nol.

Seakan koin keberuntungan masih memihakku, sebuah robot terakhir kini berada di depanku. Kedua mataku terbuka lebar saat sebuah robot bulat menatapku datar dengan kedua lensa kecilnya, jauh lebih mungil dan elegan dari robot rongsok itu.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 12, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Pai Bluberi Untuk Nona [1/1]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang