Terima kasih pada Kim Jennie karena malam ini Kim Hanbin tidak perlu merasakan udara dingin Seoul yang begitu menusuk tulang, pelukan dari wanitanya memang selalu menyenangkan.
"Pulangnya minggu depan kan?" Tanya Jennie, nada bicaranya begitu menggemaskan sehingga tidak mungkin jika Hanbin tidak gemas mendengarnya.
"Iya, hari kamis. Mau menjemput?"
Jennie menggeleng pelan, masih asik menenggelamkan wajahnya pada dada bidang Hanbin. "Hari kamis kan aku harus menjaga cafe"
"Kenapa masih harus kesana? Kan kafenya sudah ku beli"
"Memangnya mau dibiarkan begitu saja? Aku kan belum menemukan orang baru, Minhyung kan kau tarik menjadi trainee-mu"
Kemudian Jennie merenggangkan pelukan, tak terima kini Hanbin malah kembali menarik Jennie untuk sebuah pelukan yang begitu hangat.
"Bisa jangan dilepas tidak sih? Seminggu depan kan aku akan libur"
"Makanya tidak usah pergi"
"Lalu kita tidak jadi merayakan pesta pernikahan?"
Jennie menyipitkan mata, "aku kan belum bilang iya atas tawaranmu"
"Sudah ku bilang kau kan pasti mau"
"Tapi aku belum menjawab!" Rutuk Jennie gemas, sama sekali tak membuat Hanbin ketakutan. "Aku kan mau dilamar, di depan banyak orang kemudian kau berlutut di depanku. Ah, romantis"
"Dulu waktu aku berteriak di cafe mengatakan aku mencintaimu, kau malah marah satu minggu lebih"
"Itu karena aku malu!"
"Lalu kalau aku lamar, tidak akan malu?"
"Tidak" jawab Jennie tegas. "Makanya romantis, meminta wanita untuk menjadi pendamping hidup saja tidak ada usahanya sama sekali. Pokonya tidak mau tau, beri aku kejutan paling romantis sejagad raya!"
Hanbin tertawa, mencubit ujung hidung Jennie dan membuat perempuan itu berdecak sebal. "Iya, akan kubuatkan kejutan paling romantis sejaga raya. Untuk kekasih yang paling cerewet sejagad raya"
"Kim Hanbin! Sudah ku bilang aku tidak cerewet, aku hanya—"
"—menyuarakan pikiran" sambung Hanbin, "mau cerewet atau tidak yang paling penting Kim Jennie adalah kekasihku"
"Hih, berlebihan"
"Iya, memang cintaku padamu terlalu berlebihan" sementara respon Jennie atas ucapan manis yang berlebihan dari Hanbin adalah sebuah tatapan tajam.
"Kim Hanbin, kau tidak mungkin tiba tiba memberiku sebuah tiket untuk ikut bersamamu kan? Aku sama sekali tidak bawa baju"
"Percaya diri sekali" jawab Hanbin. "Kan aku memang ada urusan pekerjaan, kenapa sampai berpikir kalau kau tiba tiba akan ku ajak?"
Jennie mencibirkan bibirnya, "ya aku kan hanya ingin menguji tingkat keromantisamu" ujar Jennie sambil berjalan menjauhi Hanbin.
"Lalu, aku dapat nilai apa?"
"Buruk" jawab Jennie. "Kesalahannu adalah, kau tidak peka dan romantis. Sungguh siapa pun yang akan menjadi kekasihmu kasihan sekali"
"Karena tidak romantis?"
Jennie menggeleng, "karena mereka hanya bisa berharap. Kan sudah jelas kau ini milikku!"
Tak ada respon lewat kata, Kim Hanbin malah memberikan ciuman yang cukup panjang di atas bibir Jennie. Selain karena gemas, hitung saja itu sebagai stok untuk Jennie.
KAMU SEDANG MEMBACA
One Night, Forever
FanfictionKim Jennie sadar bahwa dirinya adalah seorang yang bodoh, lemah dan buruk diantara yang paling buruk. Diselingkuhi oleh sang kekasih bukanlah hal asing untuk dirinya. Ia merasa bahwa dirinya memang tak pantas untuk bahagia, buruknya mungkin memang i...