Bab 6: What's Love? (1)

669 124 32
                                    

Disclaimer: seluruh tokoh milik agensi dan keluarga masing-masing. Tidak ada keuntungan finansial apa pun yang saya dapat dalam membuat fanfiksi ini. Dibuat hanya untuk bersenang-senang

Main pair: Mino/Irene

Selamat membaca...

.

Speculum Magica—

Bab 6: What's Love? (1)

.

Hari ini, hari senin—dan Mino malas sekali untuk sekolah.

Oh, ayolah. Hari senin mereka ada upacara. Mino tidak suka bangun di pagi hari. Tapi jika tidak berangkat sekolah, nanti akan dihukum lagi oleh guru BK. Mino sudah bosan berkunjung ke ruangan konseling. Dan—kebetulan sekali, hari ini kedua orangtuanya pergi ke luar kota dengan pembantu mereka. Lihatlah, Mino kadang berpikir; sebenarnya di sini anak mereka itu siapa? Dirinya atau pembantu? Tapi tidak masalah. Toh, dirinya diberi uang lebih oleh ayah.

Mino bangkit dari atas kasur yang begitu empuk, lalu berjalan menuju kamar mandi. Oh, shit. Kenapa dirinya harus ngaceng sekarang? Kalau harus onani sekarang kan tidak mungkin. Tidak lucu juga dirinya datang ke sekolah dengan keadaan lemas. Setan memang. Akhirnya Mino memilih untuk onani sebentar. Oke, oke, hanya sebentar. Kalian tahu lah, kelakuan anak cowok itu bagaimana.

Setelah selesai, Mino langsung buang hajat sepuas mungkin. Lalu dia segera mandi. Sekolah masuk pada pukul tujuh pagi (karena mereka akan melakukan upacara), dan sekarang masih pukul lima. Wow, so amazing. Ini adalah pertama kalinya Song Mino bangun di pagi buta. Biasanya ia masih molor di atas kasur sambil garuk-garuk skrotum. Diingatkan lagi, ini adalah kebiasaan anak cowok.

Mino memilih pakaian yang akan digunakan. Kemeja sekolah, dasi, celana, gesper, topi, dan jas almamater sekolah. Hari ini upacara, dan ia tidak ingin dihukum lagi. Sudah cukup, Mino ingin berubah sedikit demi sedikit. Sebenarnya, orangtua Mino tidak pernah mempermasalahkan kelakuan Mino di sekolah. Bahkan ayahnya Mino mengatakan jika itu adalah gaya anak muda, jadi tidak apa-apa. Beruntung sekali memang si monyet ini.

Setelah memakai pakaian dengan rapi, Mino menyisir rambut hitamnya. Sip, sudah tampan. Mino cengengesan sendiri di depan cermin. Gila, ia baru sadar—kenapa dirinya begitu tampan? Oh God, Mino takut anak cowok satu sekolah akan iri dengan ketampanannya ini. Jarum jam menunjukkan pukul enam pagi, masih ada waktu satu jam sebelum masuk. Ia ingin membeli bubur untuk sarapan, tapi takut mules. Mino mendadak dilema.

Ah, masa bodo. Yang namanya sarapan tidak boleh ditunda. Mino mengambil tas (yang berisikan rokok, komik, handphone, dan dompet) lalu mengunci pintu rumah. Lalu menyalakan motor besarnya yang berwarna hitam mengkilat. Sial, Mino masih memandang wajahnya dari spion motor. Song Mino benar-benar tampan!

Motor dilajukan. Mino menatap sekitar—ternyata berangkat di pagi hari tidaklah buruk. Anginnya begitu segar, bung. Matanya menatap ke kanan dan kiri—mencari sarapan. Ah, ketemu. Si penjual bubur. Mino memarkirkan motornya di samping gerobak, lalu memesan satu bubur. Sembari menunggu pesanan, Mino duduk sambil memainkan handphone. Oh, lihat! Anime favoritnya sudah keluar. Di tengah-tengah kegiatannya memainkan handphone, tidak sadar jika kursi di sebelahnya sudah diduduki seseorang. Mino tak peduli, toh bukan urusannya juga.

Tapi tiba-tiba saja, Mino merasakan jika kepalanya dijitak. Sialan, siapa yang berani menjitak kepalanya?

Mino hendak mengeluarkan kata-kata mutiara, tapi terhenti ketika mengetahui sosok yang menjitaknya barusan adalah Irene. Lho, kok Irene ada di sini?

Speculum Magica [Minrene; Mino/Irene]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang