Hidup ini perihal keseimbangan. Hitam dan putih. Terbit dan tenggelam. Bertemu dan berpisah. Hanya saja terkadang manusia tidak pernah menyiapkan diri pada dua keadaan yang saling berkontradiksi. Nyata dan jelas adanya kalau setiap pertemuan akan diakhiri dengan perpisahan. Sekali lagi, hanya saja manusia terlalu sibuk memikirkan kebahagian yang ada tanpa memikirkan hal berkebalikan yang mungkin terjadi.
Dengan langkah lemah, perempuan yang sudah terlihat kacau itu terus menjatuhkan air matanya. Kim Jennie benci perpisahan, apa perlu ia diingatkan kembali dengan hal tersebut?
"Ibu, kenapa menangis?" Suara manis yang berasal dari seoarang gadis kecil berumur tiga tahun itu berhasil mengalihkan atensi Jennie. Wanita itu langsung menghapus air matanya sambil merentangkan tangan, meminta sebuah pelukan dari sang buah hati.
Perempuan kecil itu mengerti, menenggelamkan dirinya pada pelukan sang Ibu. "Ibu, aku menyayangimu"
Niat ingin menjadi kuat, sentuhan halus dari sang anak malah membuat Jennie merasa begitu lemah.
Jennie memang butuh sandaran yang begitu kokoh.
FlashbackTidak banyak yang bisa Jennie lakukan begitu penculikan atas dirinya terjadi. Selain karena seluruh tubuhnya diikat, ia mendapat ancaman yang membuatnya sama sekali enggan menggerakan tubuh barang satu sentimeter.
"Mau apa lagi? Ingat, kau bicara aku akan membuat ayah dari janinmu menghilang"
Belakangan ini dengan suka rela Jennie mengarahkan seluruh hidupnya dan menggantungkannya pada Hanbin. Pria itu adalah penopang hidup Jennie, hal baru dalam hidupnya yang membuat makna hidup lebih berarti.
Jennie tidak ingat berapa malam ia disekap, karena ruangan yang ia tinggali saat ini begitu kecil dan gelap. Namun ia tak pernah kehilangan akal untuk mencari tau dimana tempatnya sekarang. Mungkin, dan mudah-mudahan dari tumpukan kardus coklat ini ia akan menemukan secerca petunjuk.
Nihil, benar benar tidak ada yang bisa didapat.
"Oh siapa Lalisa? Temanmu?" Tanya Kim Haneul, pria yang menculik Jennie sejak kemarin. Pun, seorang pria yang memiliki keinginan tinggi untuk melenyapkan Kim Hanbin dari muka bumi ini.
"Lalisa? Mau menjemput temanmu? Datanglah. Akan ku kirimkan alamatnya. Tapi kau tau, jika kau membawa polisi atay siapa pun itu maka nyawamu akan kugantung"
Kim Jennie terkejut mendengar ucapan Haneul. Kenapa pria itu begitu tega? Bahkan pada orang asing tak berdosa seperti Lisa.
Benar-benar licik, dan gila.
Selang beberapa lama, Lisa datang dengan wajah yang sudah mulai bengkak akibat tangisan. Perempuan itu segera mendapat kontak mata dari Jennie yang saat itu mencoba tenang. Pula, Jennie berharap bahwa Lisa memang akan bersikap tenang dan tak gegabah.
KAMU SEDANG MEMBACA
One Night, Forever
FanfictionKim Jennie sadar bahwa dirinya adalah seorang yang bodoh, lemah dan buruk diantara yang paling buruk. Diselingkuhi oleh sang kekasih bukanlah hal asing untuk dirinya. Ia merasa bahwa dirinya memang tak pantas untuk bahagia, buruknya mungkin memang i...