PROLOG

1 0 0
                                    

Selama ini aku menjalani hidup yang diimpikan banyak orang, berpenampilan cantik, dan juga bisa hidup dengan bahagia. Pada awalnya aku mengira bahwa hari-hariku akan selamanya seperti itu. Ya, seperti itulah anggapanku hingga hari ini sampai kematian mendatangiku.

12 jam sebelumnya ….

    Suara ciutan burung yang indah membangunkan diriku. Aku bergegas bangun dari tempat tidur dan segera mandi.

    “Hm, begini lebih bagus.” Ucapku pada diri sendiri yang sedang mengikat rambutku.

    Setelah merapikan diri, aku turun ke lantai bawah sambil membawa tas.

    “Hai, pa. Hai, ma.”

    “Hai, Vi. Eh, bukannya nanti busnya datang ?” tanya mamaku.

    Aku melirik ke arah jam dinding yang menunjukkan pukul 7 lewat sedikit.

    “Ah iya, nanti aku sarapan disekolah aja deh.” Kataku sambil terburu-buru.

    “Eh, hati-hati dijalan,yah.”

    Ah, aku sampai lupa perkenalkan diri.

Namaku Vivi, usiaku sudah 17 tahun. Tahun depan aku akan menghadapi ujian akhir dan akan melanjutkan ke perguruan tinggi.

Selain pusing memikirkan ujian tahun depan, kehidupan pada saat ini berjalan dengan biasa-biasa saja, tapi terasa menyenangkan.

“Pagi, Vi! Kalau jalan jangan lihat hp. Kan, bahaya.”

“Wah, lagi chat ama pacarnya tuh.”

“Novi, Clara.” Kataku kaget.

“Pagi-pagi udah pacaran,ye.”

“Ah, enggak kok.”

“Banyak cewek yang patah hati,loh. Kau tak sadar ?” Tanya Novi.

“Hehe, ngak segitunya mungkin.”

Aku memiliki dua sahabat yang dekat denganku dan aku selalu senang saat bersama mereka. Kami selalu bersama-sama saat pergi ke sekolah. Saat sampai di gerbang sekolah …

“Pagi, Vivi.”

“Eh, Jason. Pa-pagi…” balasku gugup.

Jason yang menyapaku adalah sebenarnya pacarku.

“Nah berhubung udah dating, kami duluan ya!.

“Ngak mau sama-sama ?” tanyaku.

“Enggak deh, kami gak mau ganggu. Hahahaha.”

“Setiap kali selalu begini.” ketusku.

“Haha, ngak apa-apa,kan. Ayo, jalan bareng denganku.”

“Iya.” Balasku

Jason ini sangat baik dan perhatian denganku.

Namun, aku bisa bilang kalau aku suka sekali kehidupanku saat ini.

-

Sesaat sampai di depan kelas, kami berpisah.

“Aku masuk kelas dulu,ya. Sampai jumpa nanti.” Ucap Jason.

“OK.”

Kami berdua beda kelas. Dia kelas 12 E dan aku kelas 12 F, kami memang tidak sekelas. Tapi, setidaknya kami bisa bertemu.

Duggghhh.

“Ah, maafkan aku. Maaf, tadi aku gak lihat kebelakang ? Kamu ngak apa-apa ?” Tanya Jason kepada seorang perempuan berambut perak. Mukanya sedikit suram.

‘Dia kan ….’

“Iya, aku tidak apa-apa,” tukasnya lalu masuk ke dalam kelas dengan buru-buu.

“Dia kenapa ?” tanyaku kepada Jason.

“Ah… soal itu aku juga ngak tahu..” balasnya.

Sebenarnya, aku sudah lama memperhatikan anak yang tadi menabrak Jason. Tanpa sengaja aku melirik ke dalam kelasnya…

“Sial amat kita sekelas dengan dia.”

“Hahahaha,iya.

Ternyata dia sekelas dengan Jason. Dia selalu datang dengan penampilan yang kacau. Mungkin karena itu, dia jadi menonjol di mata orang lain. Lalu, dia jadi lebih diperhatikan, karena namanya juga Vivi.

Namanya sama denganku. Tapi, aku tidak tahu kenapa setiap kali melihat dia, dia selalu duduk sendirian. Kalau boleh jujur, aku merasa kasihan.

“Ah, sudah dulu,ya. Aku kmbali ke kelas.”

“Ok.”

ExhangeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang