Selama pelajaran berlangsung, bukannya aku mendengarkan penjelasan guru, aku malah melamun. Yang aku lamunan adalah soal Vivi yang sekelas dengan Jason.
Aku jadi kepikiran soal dia.
Mungkin karena nama kami sama dan juga sama-sama perempuan. Tapi, mungkin saja hubungan dia dengan teman-teman sekelasnya kurang baik,ya?
“Vivi, Vivi!.”
Aku jadi bertanya-tanya apa sebabnya
“VIVI!!. Bapak panggil daritadi.”
“Ah! Iya,Pak.” Aku jadi terkejut.
Tahun depan,kan sudah ujian. Ayolah, lebih serius.” Tegurnya.
“Iya, Pak. Maaf.” Aduh, malu banget.
“Vivi, kau ngak apa?” tanya Novi yang duduk di sebelahku.
“Iya, ngak apa. Trima kasih.” Balasku
Duh, sebaiknya tidak usah dipikirkan lagi,deh.
-
Pada jam istirahat, Novi, Clara, dan aku pergi ke WC sambil berbincang-bincang.
“Oh,ya. Apa kalian sudah denganr berita,belum ? soal Vivi.” Ucap Clara dengan riang.
“Ah, soal aku ?”
“Bukan kau. Yang dia maksud itu Vivi kelas 12 E.” balas Novi.
“Oh, memangnya dia kenapa ?” tanyaku.
“Hmm, jadi. Aku pernah dengan desas-desus yang ada soal dia. Katanya dia memang dingin pada orang lain. Da saat mengerjakan apapun itu dia maunya sendirian. Karena itu, teman-teman sekelasnya kesal dengan dia. Terus …”
“Terus ?”
“Ada juga berita dari TV kalau bapaknya itu pembunuh.”
“Be-benarkah itu ?” tanyaku.
“Aku pernah dengar berita itu,sih. Katanya pelaku menusuk korban sebanyak berapa kali itu,ya, aku lupa. Waktu dengar aku piker itu palsu. Malah benaran.”
“Betul itu” lanjut Clara “Karena itu, teman-teman sekelasnya ngak mau dekat-dekat dia.
“Well, aku juga gak berani dekat dia.”
Dalam benakku aku mulai berpikir, rupanya karena itu dia selalu sendirian di kelas.
“Jujur saja,ya. Menurutku itu tidak ada hubungannya.”
“Eh ? “ kejut Novi dan Clara.
“Tak peduli ayahnya seperti apa, itu ngak ada hubungannya dengan dia,kan ?” tanyaku.
Braaakkkk
Terdengar suara salah satu pintu dibuka dengan kasar.
Ternyata dia ada disini. Dia yang dimaksud adalah Vivi yang barusan kami bicarakan.
“Astaga, apa dia ada di dalam tadi, dia dengar apa aja,ya.” Ucap Clara ketakutan.
Lalu, perempuan itu dengan buru-buru pergi ke wastafel dan langsung meninggalkan kami.
“Kau ini,ya. Gosip ngak liha-lihat dulu.”
“Ah,, maaf, deh.”
Kuharap dia tidak masukkan itu ke dalam hati.
Eh, tunggu.
Tanpa sadar, aku juga ikutan gossip. Lalu ketahuan orangnya lagi. Aduh, jadi merasa bersalah,deh.
-
Siangnya, aku dan Jason makan bersama-sama.
Namun saat itu, aku masih kepikiran dengan kejadian yang tadi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Exhange
RandomKematian malah mendatangiku. Lalu, aku harus memakai tubuh "dia" untuk melanjutkan hidupku. Kuharap ada perubahan sampai bunga dalam diriku tumbuh