Harap maklum jika banyak typo..
***
Yonghwa menapakkan kakinya kembali di rumah sakit, tangannya membawa bungkusan besar. Dengan langkah besar, dia langsung menuju ke ruangan Shinhwa. Saat tangannya menggeser pintu diruangan itu, matanya menangkap Shinhwa sedang berdiri didekat jendela menatap jauh keluar sana."Apa ada gadis cantik dibawah sana?"
"Kau gila, hyung," Shinhwa tersenyum. "Tapi memang ada wanita cantik disana dan ini sesuai seleramu, sini aku tunjukkan" tangannya memberi isyarat Yonghwa untuk mendekat padanya.
Yonghwa menghampiri Shinhwa sambil tangannya meletakkan kantong plastik yang dibawanya diatas ranjang. Dia mengambil posisi disamping adiknya itu dan mengarahkan pandangannya kebawah.
"Kau lihat itu, hyung, yang disana itu," telunjuk Shinhwa menunjuk seorang nenek yang tengah duduk sendiri di taman rumah sakit.
"Yyak, apa matamu juga sakit?"
Shinhwa terkekeh sambil berjalan berbalik dan duduk diranjangnya. Membongkar kantong plastik besar disana. Tapi Yonghwa masih bertahan, mata menatap kosong pemandangan diluar. Menerawang jauh kemasa dimana ia dan Shinhwa masih tertawa, menekuni hobi masing-masing. Shinhwa dengan segala macam sketsa dan cat, sedang Yonghwa dengan gitarnya. Tapi ia tak bisa lagi memegang gitar karena tuntutan untuk memegang jabatan tertinggi di perusahaan menggantikan posisi sang Ayah.
"Hyung,"
Yonghwa kembali dari lamunannya, menarik sudut bibirnya dengan fokusnya kembali pada Shinhwa yang tengah membolak-balik kotak pensil warna.
"Apa kali ini ada bidadari terbang diluar sana? Wajahmu serius sekali tadi," Shinhwa meledek melihat sekilas dan kemudian kembali fokus memeriksa pensil warna.
"Eoh, dia sangat cantik dari wanita cantik yang kau tunjuk tadi," balas Yonghwa.
"Hei, nanti aku akan punya bidadari sendiri kalau sudah ke surga. Bahkan lebih cantik dan aku bisa memilikinya sebanyak yang aku mau," Shinhwa menjawab santai tanpa melihat wajah Yonghwa yang sudah menegang akibat jawaban pria itu.
"Aku akan ke Jepang besok, apa kau ingin sesuatu?" ujar Yonghwa mengalihkan ketegangan hatinya.
"Ah, sudah lama aku tidak kesana. Aku tidak tahu, bawakan saja kakak ipar untukku," Shinhwa tertunduk menahan tawa.
"Akkhhh," jerit Shinhwa setelah Yonghwa mendaratkan satu pukulan dikepalanya.
Bukannya terdiam, tawa Shinhwa semakin pecah melihat reaksi kesal Yonghwa. Kekesalan Yonghwa memudar melihat tawa riang kembarannya dan ikut menyunggingkan senyumnya.
"Sudah, hentikan tawamu itu. Kau begitu senang aku tidak punya kekasih?"
"Ne maafkan aku, hyung," Shinhwa menyeka sudut matanya yang sedikit berair karena tertawa.
"Berapa hari kau disana?"
"Lusa malam aku sudah kembali, jika terjadi..."
"Ne, aku tahu, tidak boleh lelah dan bla bla bla. Kau tidak perlu mengkhawatirkan aku, ada Pak Han dan Jonghyun disini," sambar Shinhwa sangat hapal pesan yang akan Yonghwa katakan.
"Selesaikan saja pekerjaanmu disana dengan baik dan jangan lupa makan," lanjutnya.
Yonghwa menganggukkan kepalanya sambil mengacak surai Shinhwa.
"Aku akan menemui Jonghyun dan kembali ke kantor,"Shinhwa mengangguk tanpa mengalihkan pandangannya dari cat dan buku sketsa, memberi isyarat lambaian mengusir dengan tangannya. Yonghwa hanya tersenyum dan langsung keluar meninggalkan kamar rawat Shinhwa.
KAMU SEDANG MEMBACA
Another You
De Todo"Let me be you.." [SLOW UPDATE] Butuh banyak support buat aku Jangan lupa vote dan komen. Tengkyu