"Yihaa...." Teriak Arthit kegirangan menunggang kuda setelah ia berdebat dengan Benjamin bahwa ia juga ingin mempelajari apa yang dipelajari oleh pangeran. Untungnya hal ini di setujui oleh Kongpop.
"My Lady.. jangan cepat-cepat, pelan-pelan saja." Seru Benjamin. Ia takut Arthit terluka, sebagai tunangan sang pangeran, tentu saja di perhatikan dengan baik oleh seluruh pelayan istana.
Angin bertiup sepoi-sepoi, tidak terlalu panas dan tidak terlalu dingin, cuaca yang sangat cocok untuk berkuda. Setelah mengitari lapangan berkuda sebanyak 3x, akhirnya Arthit turun dari kuda dan mendapat wejangan serius dari Benjamin.
"My Lady, tidak baik menunggang seperti itu nanti bisa terluka. Jika jatuh dari kuda, luka itu tidak akan ringan. Nanti My Lady juga yang menderita. Ratu juga sudah berpesan jika My Lady masih melanggar maka pelajaran berkuda tidak boleh di pelajari lagi dan bla.. bla.. bla.." Arthit ingin sekali menutup kupingnya yang terasa panas akibat ceramah Benjamin yang tak berhenti.
"Iya.. iya.. lain kali akan ku perhatikan." Jawab Arthit asal bicara.
"Arthit.." panggil pangeran Kongpop yang berjalan mendekati mereka. Benjamin tak buang waktu untuk mengadu kepada pangeran Kongpop.
Menyebalkan!
Setelah bertukar beberapa kata, akhirnya Benjamin pergi juga.
"Kau senang ?" Tanya pangeran Kongpop.
"Aku suka angin menerpa wajahku, rasanya sejuk.." di salah satu cerita yang Arthit dengar, seorang pahlawan rata-rata pandai menunggang kuda. Dan sekarang Arthit tahu bagaimana rasanya.
"Huuu..." Pangeran Kongpop meniupkan angin dari mulutnya ke wajah Arthit. Spontan, Arthit mendorong pangeran Kongpop menjauh.
"Maksudku angin sesungguhnya bukan angin dari mulutmu itu." Pangeran Kongpop hanya tertawa mendengar protes dari Arthit.
"Sama-sama angin, tak ada bedanya."
"Lain kali aku kentuti wajahmu, biar kau tahu perbedaan rasa angin."
"Hahahaha..." ya.. semarah apapun Arthit, hanya di balas dengan tertawa oleh pangeran Kongpop. " Ayo, sekarang pelajaran memanah."
***
"Jejerkan tangan kirimu sejajar dengan pundak, pasangkan anak panahnya dan tarik ke belakang, pundakmu harus rilex, tatapan lurus kedepan dan konsentrasi.." pangeran Kongpop mengajari Arthit cara memanah yang baik dan benar.
"Err.. Kong.."
"Hm.."
"Jangan menempel! Dan lepaskan tanganmu dari pinggangku!" Arthit tak yakin apa yang diajari Kongpop tentang cara memanah itu benar tapi Arthit yakin kalau 100% Kongpop ini iseng menganggunya.
"Tidak bisa. Nanti tubuhmu tak stabil ketika menembakan anak panah." Arthit memutar bola matanya. Malas berdebat dengan Kongpop.
"Tembak.." bisik Kongpop yang membuat Arthit terkejut hingga melepaskan anak panahnya begitu saja. Dan seperti yang di duga, anak panah tak mengenai papan sasaran.
"KONGPOP!!"
"Hahahaha..." Kongpop berlari menjauh dan Arthit mengejarnya di belakang.
***
Sudah sebulan Arthit tinggal di kerajaan ini, lama-lama terbiasa akan peraturan istana. Selain pelajaran tata krama yang membosankan selebihnya Arthit senang. Dari pelajaran musik, memanah, berkuda bahkan perawatan diri juga menyenangkan bagi Arthit.
Hubungannya dengan Kongpop masih biasa saja, Kongpop iseng dan Arthit korban keisengannya. Sampai Arthit tak menyadari bahwa Raja sudah menyebarkan pengumuman pernikahan Kongpop dan Arthit yang akan berlansung tanggal 1 bulan depan.
"Kong.. gawat!!" Arthit menarik Kongpop ke kamarnya.
"Arthit menarik seorang pria ke kamar itu bahaya.." canda Kongpop.
"Jangan bercanda! Ini hal serius!" Balas Arthit sebal.
"Aku juga serius. Ini benar-benar bahaya. Banyak serigala berkulit domba, contohnya saja aku. Apalagi kalau dombanya putih mulus seperti kamu.." Kongpop mengulurkan tangan untuk membelai pipi Arthit namun di tepisnya. Arthit menatapnya garang.
"Oke. Ada apa ?" Kongpop mengangkat kedua tangannya tanda menyerah. Sepertinya Arthit sedang tak bisa di ajak bercanda.
"Raja sudah mengeluarkan pengumuman pernikahan." Kata Arthit tak sabar apalagi melihat reaksi Kongpop yang biasa saja.
"Lalu ?"
"Lalu ? Kau cuma bilang lalu ?" Arthit menatap tak percaya. Atas usul Kongpop yang semena-mena ia terjebak dalam status tunangan palsu. Dan sekarang pengumuman sudah di sebar. Ini masalah serius.
"Kita cuma pura-pura." Arthit menegaskan fakta.
"Tunangan kita pura-pura ?" Kongpop bertanya balik. Arthit mengangguk. Kongpop berpikir sebentar.
"Oke. Kita nikah pura-pura saja."
"Tidak bisa."
"Kenapa ?"
"Bukan aku yang seharusnya menikah denganmu dan menjadi ratu."
"Lalu siapa ?"
"Cinderlela."
"Siapa itu ?"
"Gadis yang berdansa denganmu malam pesta dansa." Arthit mulai geram. Kalau menurut aturan ceritanya, terjadi percikan asmara ketika sang pangeran dan Cinderlela berdansa. Lalu saat jam 12 tengah malam, Cinderlela akan pulang karena kekuatan sihir akan habis dan meninggalkan sepatu kaca di halaman. Jangankan ada percikan asmara, pangeran tidak ingat siapa Cinderlela! Dan ini masalah serius!
"Banyak gadis malam itu. Tak mungkin aku ingat satu per satu."
"Kong, jodohmu adalah Cinderlela ."
"Bagaimana dengan kita ?" Tanya Kongpop. Ada aura tak suka terpancar di wajah Kongpop.
"Kita ?"
"Kau dan aku."
"Kita tak ada apa-apa."
"Kau tertarik padaku!"
"Tidak!"
"Bohong! Katakan jujur."
"Aku benar-benar tak tertarik padamu." Kata Arthit berbohong. Pertama Arthit sudah mengagumi Kongpop sejak ia memantau lewat bola kaca, kedua selama sebulan ini mereka semakin dekat walau sering bertengkar, ketiga Kongpop terkadang sangat perhatian pada Arthit.
"Kau masih berbohong!" Suara Kongpop semakin keras.
"Aku tidak berbohong." Arthit membalasnya juga dengan keras. Ia sebagai penjaga cerita, telah bersumpah akan menjaga cerita yang menjadi tanggung jawabnya.
"Kau yakin?" Arthit mematung sebentar lalu dengan enggan Arthit mengangguk.
"Baiklah kalau itu maumu." Kongpop pergi dan Arthit memegang dadanya baru kali ini Kongpop marah besar padanya.
Sakit!! Tapi harus seperti ini!
29 July 2019
KAMU SEDANG MEMBACA
14. STORY KEEPER ( BAHASA )
Fiksi PenggemarKetika Arthit seorang penjaga cerita yang jatuh cinta pada tokoh cerita yang di jaganya. Ketika Arthit ingin sekali menyeret pemeran wanita utama keluar dan mengantikannya. Namun hal itu tidak mungkin terjadi. Arthit tahu itu. Cintanya hanya bisa...