Jimin berlari layaknya seseorang yang telah kehilangan akalnya ketika mendapati jalanan yang tertutupi salju karena belum mendapatkan giliran untuk dibersihkan. Ia berlari dengan sneakers putihnya melewati salju yang cukup tebal dengan nafasnya yang terengah- engah dan juga nafasnya yang memperlihatkan atmosfir beku disekitarnya,
Jimin membulatkan matanya ketika ia mendapati rumah sederhana dengan cerobong asap yang tidak menyala, membuatnya melangkah semakin cepat.
Tok
Tok
"Yoongi-hyung!"
Jimin berteriak dengan pintu yang terus diketuk namun tetap tak mendapatkan jawaban dari dalam. Ia kembali menatap layar ponselnya dan memastikan alamat yang disinggahinya sama dengan apa yang dikirimkan oleh Hoseok. Jimin menyentuh knop pintu itu, mencoba utnuk membukanya, namun pintu itu terkunci.
Dengan tenga yang tersisa, Jimin mendobrak pintu itu dengan sekali dorongan hingga dirinya mendapati ruangan yang begitu gelap, membuatnya berhenti sejenak. Namun, ia kembali berlari setelah merasakan hawa yang begitu dingin, bahkan lebih terasa dingin dari suhu diluar.
"Hyung"
Jimin membulatkan matanya ketika ia mendapati seseorang yang tengah meringkuk pada sofa putih dengan tubuh mungilnya yang tertutup oleh hoodie. Jimin mendekat dengan tatapan kosongnya hingga ia mendapati wajah begitu pucat dengan matanya yang terpejam.
"Hyungie—bangunlah—" Lirih Jimin dengan air matanya yang kini menetes. Jimin merengkuh tubuh kecil itu mencoba menyalurkan kehangatan pada tubuh Yoongi dengan nafasnya yang kini tak lagi terdengar.
"Bangunlah—Mari kita bersama selama musim dingin" ucap JImin yang kemudian mengusap wajah itu, wajah yang begitu dirindukannya, wajah yang seketika menggugah hatinya ketika pertemuan pertama, di Seoul, maupun Tromso, seseorang nyatanya terlihat sama. Ia menyibak poni yang menutupi kening itu.
"Aku mencintaimu—" Lirihnya dengan air mata yang menetes mengenai kulit Min Yoongi.
Jimin mendekatkan bibir tebalnya pada bibir tipis Min Yoongi, mengecupnya begitu lembut seolah dihadapannya adalah sebuah porselen yang mudah rapuh dengan air mata yang membasahi rahang tegasnya itu.
Jimin kembali merengkuh tubuh itu dengan isak tangis yang terdengar begitu menyakitkan, isak tangis penyesalan karena dirinya datang terlambat, isak tangis yang mungkin akan menghiasi kehidupannya.
Seketika cahaya jauh dari timur itu memantul begitu cepat kearah utara, berwarna jingga layaknya matahari terbit dilautan. Cahaya itu mengembalikan sesuatu yang seharusnya, mengembalikannya begitu cepat dan kembali mengubah sebuah takdir karena satu cinta.
"Jimi—nie"
Jimin membulatkan matanya medengar suara yang terdengar begitu lirih. Ia melepaskan rengkuhan itu dan mendapati manik hitam dibalik mata yang terlihat sayu dengan air matanya yang menetes dan tubuhnya yang sedikit gemetar.
"Hyung" gumam Jimin.
Jimin kembali merengkuh tubuh itu dengan tatapan tak percaya, membawanya dalam pangkuannya yang hangat. Ia mengusap lembut surai dihadapannya dengan air mata yang kembali menetes.
"Aku takut—" Lirih Yoongi yang suaranya yang begitu gemetar.
"Aku bersamamu—Tenanglah" ucap Jimin yang mencoba menenangkan Min Yoongi yang kini menangis begitu lirih, mencerminkan bahw pria mungkin itu begitu ketakutan dengan apa yang baru saja terjadi padanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Horizon In Tromso [TAEKOOK]
Romance[SELESAI] [ TAEKOOK X MINYOON ] "Ketika horizon itu kelabu tanpa cahaya, ketika kristal itu terus membasahi jalanan dan toko roti persimpangan dengan aroma manisnya, dan juga ketika angin musim dingin itu berhembus layaknya deru peringatan begitu di...