Sebenarnya aku tidak ingin mengingat-ingat masa laluku, tapi karena aku diminta untuk menuliskan kisah hidupku, maka selamat menikmati.
Aku dibesarkan di sebuah tempat yang biasa-biasa saja di Texas. Memiliki orangtua yang menyayangiku membuat masa kecilku terasa bahagia. Sebenarnya beberapa orang bilang kalau aku agak dimanja oleh orang tuaku. Jika dipikir-pikir ada benarnya juga sih, aku adalah satu satunya anak yang memiliki sepeda di sekitar komplek. Meskipun aku tidak terlalu jago olahraga, teman temanku selalu mengajakku bermain dengan mereka, karena aku yang memiliki berbagai macam bola. Aku memiliki hampir seluruh benda favorit anak laki-laki.
Kedua orangtuaku seperti pasangan suami-istri pada umumnya. Ayahku pejabat eksekutif di sebuah perusahaan besar yang mendapat gaji cukup besar. Aku tidak bilang kalau kami orang kaya, tetapi bisa dibilang menengah keatas. Ibuku merupakan ibu rumah tangga yang luar biasa. Kemampuan memasaknya terkenal di seluruh komplek, dan rumah kami selalu bersih berkat ibuku yang rajin. Kedua orangtuaku religius dan mendidikku untuk memiliki moral yang baik. Aku dididik untuk menjadi laki-laki yang maskulin, bahkan aku tidak diperbolehkan memasak dan membersihkan rumah.
Beberapa anak memperlakukanku dengan buruk. Tetapi itu bukan karena sifatku yang menjengkelkan, memang sifat mereka yang seperti itu pada siapapun. Ayahku menyuruhku untuk belajar membela diri sendiri. Tubuhku tergolong kecil untuk anak seusiaku. Suatu hari aku menangis saat pulang ke rumah setelah aku dipukul oleh anak nakal di dekat rumah. Ayahku terlihat kecewa padaku dan menyuruhku untuk jangan pernah menangis lagi. Bahkan dia mengancam kalau sekali lagi melihatku menangis maka dia tidak akan mengakuiku sebagai anaknya. Sejak saat itu aku menjadi anak yang tangguh dan tidak pernah menangis lagi. Kata orang, ayahku galak tetapi aku tau kalau dia hanya ingin yang terbaik untukku. Dan aku berterima kasih pada ayahku karena berhasil membuatku menjadi laki-laki tangguh.
Ayahku ingin aku meneruskan jejaknya dengan melanjutkan kuliah dan mendapat pekerjaan sebagai eksekutif di perusahaan besar. Tetapi itu tidak pernah terwujud. Aku tidak sepintar ayahku, aku hanyalah siswa yang biasa saja. Sehingga ketika aku lulus sekolah, aku mengecewakan ayahku karena memutuskan untuk tidak melanjutkan kuliah. Sebenarnya itu karena aku tidak diterima di universitas.
Menurutku, aku tidak benar-benar gagal. Setelah aku lulus sekolah, aku mulai bekerja di restoran untuk menjadi pelayan. Semakin lama, aku semakin dekat dengan pemilik restoran itu dan diangakat menjadi manajer. Aku mendapat gaji yang cukup untuk memenuhi kebutuhkanku. Tetapi, Semua itu belum sempurna tanpa adanya istri. Aku belum pernah berhubungan seks dengan siapapun. Karena aku dididik dengan religius, aku mencari perempuan baik-baik untuk menjadi istriku. Aku ingin istriku memiliki moral yang sama denganku.
Awalnya aku kesulitan mencari istri idaman. Kebanyakan gadis yang kutemui adalah femi-nazi, pelacur, atau bahkan keduanya. Semua gadis menganggapku monster pencari perawan. Masalah lainnya adalah, banyak gadis yang tidak ingin meninggalkan karir untuk menikahi manajer restoran, sedangkan aku ingin istri yang seperti ibuku. Aku hampir menyerah untuk mencari wanita idamanku yang bersedia menjadi ibu rumah tangga dan aku hampir berpikiran untuk mencari wanita karir saja.
Tiba-tiba mimpiku jadi kenyataan. Aku bertemu dengan Sarah ketika dua tahun tiga bulan setelah aku lulus dari sekolah. Meskipun Sarah tiga tahun lebih tua dariku, dia memiliki moral dan perilaku yang sangat baik. Dia memiliki segalanya yang aku inginkan dari seorang wanita. Dia ingin menjadi ibu rumah tangga dan tidak tertarik pada karir. Tetapi yang terpenting adalah, dia masih perawan. Tidak lama kemudian, kami menikah. Awalnya semua terasa menyenangkan. Dia bahagia dengan pekerjaan rumah dan aku punya pekerjaan yang bagus sebagai manajer restoran. Tetapi kemudian semuanya berubah.
Pemilik restoran tempatku bekerja tiba-tiba menjual restorannya. Pemilik yang baru memiliki pandangan yang tinggi terhadap pendidikan. Meskipun aku memiliki dua tahun pengalaman bekerja di restoran itu dan setahun pengalaman menjadi manajer, pemilik baru itu berpikiran kalau seluruh manajernya harus lulusan kuliah. Aku diberi pilihan olehnya untuk turun jabatan menjadi pelayan atau keluar. Aku sangat marah, saat itu aku ingin memukul mukanya. Tentu saja aku memilih untuk keluar. Kau mungkin menganggap itu bodoh, tetapi bayangkan posisiku. Pemilik baru itu seakan menginjak martabatku sebagai laki-laki, maka apa yang harus kulakukan?
KAMU SEDANG MEMBACA
Berawal dari istriku kemudian aq
FantasíaKisah seorang istri yg jadi budak sex kemudian suaminya di jadikan wanita