02 - Kembali

144K 4.4K 59
                                    

Sudah hampir 7 tahun. Batin seorang wanita yang berjalan penuh percaya diri ke area lobi sebuah gedung perkantoran. Langkah santai namun elegannya membuat beberapa pasang mata melirik dengan iri.

"Ada yang bisa dibantu, bu? " tanya wanita muda yang berada dibalik meja penerima tamu ketika dihampiri.

Membalas senyuman penerima tamu tersebut, wanita itu menjawab "Saya ada janji temu dengan Mr. Evander jam 10 di lantai 16."

Dara, si penerima tamu sedikit terkejut dengan jawaban wanita dihadapkannya. Ia melirik catatan kecilnya di meja untuk memastikan sesuatu, kemudian segera bertanya, "Dengan ibu Arcadhia Rena? "

Anggukan dan senyuman kecil sudah cukup menjawab pertanyaan Dara. Dengan tergesa-gesa ia menyiapkan kartu pass dan menjelaskan sistem elevator bangunan.

Tanpa lupa mengucapkan terima kasih, Rena melangkah memasuki elevator yang telah dipersiapkan oleh Dara.

Setelah Rena pergi, Dara menggeleng takjub. Ia sudah diberi kabar bahwa bosnya sedang menunggu tamu penting bernama Arcadhia Rena, tapi ia tak menyangka tamu itu akan datang sendirian tanpa asisten. Tidak seperti tamu-tamu lain.

Di sisi lain, Rena sedang menyiapkan baik jantung, mental dan fisiknya untuk bertemu dengan Mr. Evander. Sebenarnya ia tak menyangka akan berada di posisi ini. Rencana jangka panjangnya adalah tidak pernah bertemu dengan orang-orang dari keluarga Evander lagi.

Tapi tiga bulan lalu, surat tawaran itu datang. Tidak menggiurkan sama sekali, bahkan keuntungan yang bisa ia peroleh tak sebanding dengan proyek proyeknya di luar sana. Hanya saja, ada sedikit rasa penasaran tertinggal dalam hatinya. Bagaimana kehidupan mereka sekarang?

Bunyi statis menandakan elevator telah berhenti di lantai yang ia tuju. Begitu pintu terbuka, ia disambut oleh seorang pria paruh baya yang tersenyum sopan.

"Miss Leander, senang bertemu dengan anda."

Rena tersenyum, ia keluar dari elevator kemudian mengulurkan tangannya. Pria itu agak kaget namun dengan sigap segera menjabat tangan Rena.

"Panggil saja Rena."

Masih setengah terkejut, pria itu menjawab "Baik. Perkenalkan saya Ferry asisten Mr. Evander. "

Rena hanya mengangguk, ia mengikuti Pak Ferry yang berjalan gugup di depannya. Tak lama pria itu mengetuk sebuah pintu, untuk kemudian disambut suara rendah dan maskulin.

"Masuk."

Tanpa basa basi, Pak Ferry membuka pintu dan mempersilahkan Rena masuk kemudian pamit kepada pimpinannya tanpa lupa meninggalkan senyum sopan ke arah Rena.

Begitu pintu kembali tertutup dan pandangan keduanya saling bertabrakan, tampak seolah-olah ada kilatan masa lalu yang terbentuk di antara keduanya.

"Silakan duduk Miss Leander," ujar pria itu, ia berdiri perlahan. Menarik sedikit lengan kemeja biru bergarisnya sambil menunjuk ke arah set sofa elegan berwarna merah.

Kaki dan jemari Rena terasa gemetar ketika ia berjalan. Ia menarik nafas pelan sebelum duduk berhadapan dengan pria itu.

"Saya masih berpikir ini mimpi," pria itu berucap dengan senyuman yang sungguh sudah lama tidak Rena lihat. "Tawaran yang saya berikan tidak begitu menguntungkan, tapi Miss Leander bersedia datang jauh-jauh kesini."

"Hitung-hitung mengunjungi kampung halaman," jawab Rena dengan senyuman tipis, ada kegetiran dalam suaranya dan hal itu ditangkap jelas oleh pria di hadapannya.

"Ah ya, saya dapat info juga kalau Miss Leander—,"

"Panggil Rena saja, nggak perlu terlalu kaku. Pak Evander bos saya, jadi bapak bisa santai panggil nama saya."

A Gentle TouchTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang