◼◼◼◼◼◼◼◼◼◼◼◼◼◼◼◼◼◼ chapter 2, cue!
Asap rokok membumbung tinggi menyapa udara bersih pagi ini. Sesekali puntung rokok itu disesap oleh sosok itu—sosok yang sedang merenung sendirian di pagi yang cerah ini. Beberapa waktu bibirnya juga mendecih dan menghembuskan nafas—beserta asapnya—kasar.
Persis seperti orang yang depresi, menurut Byungchan.
Sudah satu minggu sejak kejadian teror yang dialaminya di Incheon. Yuvin kini masih terkurung di asrama tanpa bisa keluar untuk sekedar mencari ramen ke supermarket di ujung jalan. Agensi masih melarangnya melangkah kemanapun. Bahkan berita di televisi pun masih penuh dengan skandal dirinya dan fanboy—yang menurutnya—tidak waras itu.
Bukan hanya di Korea saja, seluruh dunia sedang menggunjing tentang dirinya. Bahkan dua hari yang lalu Gukheon mengeluh karena ponselnya seperti sudah rusak karena sering hang akibat banyaknya pesan dan telepon masuk yang ingin mengetahui keadaan terkini main vocalist sekaligus leader BY9 itu.
Kalau boleh jujur, Yuvin tidak menyangka aksinya pekan lalu bisa membawanya ke skandal sebesar ini. Ayolah, dia hanya—tidak sengaja—memeluk seorang fanboy dan ia harus dicerca sebanyak ini?
Well, minus tentang penodongan pisau padanya, menurutnya kejadian kemarin bukan hal yang patut untuk dibesar-besarkan macam ini.
Lagipula, kalau memang kejadian kemarin harus ada klarifikasi, psikopat itulah yang seharusnya dicerca oleh media. Kan dia yang menodongkan pisaunya terlebih dahulu, kenapa jadi Yuvin yang harus memberikan klarifikasi.
"Ah, maaf, kami tidak bisa memberikan statement apapun tentang itu. Tolong jangan hubungi kami lagi, terima kasih."
Suara Gukheon di ruang tengah kembali terdengar. Hari ini, mungkin sudah kesepuluh kalinya dia mendapat telepon dari entah media yang mana, padahal waktu baru menunjukkan pukul dua belas siang. Mungkin jika ditotal dari tujuh hari yang lalu, Gukheon sudah mengatakan kata-kata itu lebih dari seratus kali. Hah, manager yang malang.
Yuvin pernah melarang Gukheon untuk mengangkat telepon aneh itu, tapi Gukheon berdalih dengan, "Kalau aku tak mengangkatnya, masalahnya akan semakin besar."
Entah apa maksud Gukheon, tapi yang jelas Yuvin akhirnya menurut dan membiarkan Gukheon mengangkat semua telepon dari media sialan itu.
"Vin, minumlah." kata Byungchan dengan bir kaleng di tangannya lalu duduk di sebelah Yuvin.
Yuvin menggumamkan terima kasih dan langsung meneguk bir dalam sekali teguk.
"Wow, bro, santai saja minumnya." ejek Byungchan.
Yuvin menyeka bibirnya dan tersenyum miring, "Lumayan, ini membuat pikiranku dingin."
Byungchan menyimpan birnya di samping, "Hei, kau jangan terlalu banyak pikiran seperti ini."
Yuvin menghela nafas berat, "Aku hanya kasihan pada Gukheon hyung. Aku juga merasa bersalah pada kalian semua, karena tingkahku, aku membuat jadwal kita berantakan bahkan perilisan album pun harus ditunda."
Byungchan ikut menghela nafas, "Ya mau bagaimana lagi, semua sudah terjadi. Lagipula, untuk perilisan album, waktu ini bisa dipakai untuk memaksimalkan lagu kita. Tidak ada hal buruk yang terjadi tanpa disisipi hal baik, Vin."
Yuvin tersenyum tipis, "Terima kasih, hyung."
Byungchan merangkul Yuvin dan tertawa kecil, "Hei kemana perginya Song-myurangi yang ceria hm? Sudah lama aku tidak melihatnya. Apa kau berubah menjadi Song psycho?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Ink City / Yuvin x Yohan
FanfictionTanggung jawabnya sebagai anggota mafia terkenal di Korea Selatan mengantarkannya untuk bertemu dengan sosok idola favorit Korea Selatan. Namun apa yang terjadi jika tanggung jawabnya adalah untuk membunuh idola favorit itu? Akankah dia berhasil me...