Bingung
Kemana lagi harus kulangkahkan kedua kakiku
Dimana lagi harus kupijakkan kedua kakiku
Kapan lagi kudapat merasakan kehangatan itu
Siapa lagi yang akan memberikan cintanya untukku
Bagaimana lagi aku memperjuangkan harapanku
Apa lagi yang akan Tuhan berikan padaku
Mengapa lagi aku yang merasakan perasaan ini
Kinilah aku dengan sebuah kebingungan
Embun Pagi
Dingin seketika menusuk setiap ruas-ruas tulangku
Kuhirup udara yang menyejukkan jiwaku
Hembusan angin menyebar diseluruh ragaku
Titik air membasahi permukaan kulitku
Semua karena embun pagi
Pisah
Pernahkah ada bayangan seperti ini
Mungkinkah sangkaan itu ada
Mengapa terasa sangat tiba-tiba
Dan benar-benar telah pisah
Dimana dapat lagi terlihat
Akankah kembali dapat tertulis cerita
Apakah mungkin bisa membuka kisah lalu
Namun kini telah pisah
Hujan Diawal Waktu
Seketika kulitku terasa dingin
Tetes air mengalir mengusir kehangatan
Jiwa yang tenang terusik
Kedamaian yang membisu tersentak
Bila telah datang hujan diawal waktu
Pengharapan semu
Dusta yang menggebu
Kehinaan tak beralasan
Busuknya kebodohan
Telah hilang oleh hujan diawal waktu
Kuncup-kuncup layu menggetarkan kelopaknya
Tunas-tunas kecil menampakkan ujungnya
Kicauan-kicauan merdu berdinamika dengan irama
Hangatnya mentari pagi mengembalikan setiap pandangan
Semua karena hujan diawal waktu
Malam
Dingin kurasakan alamku
Hilang kehangatan cahaya matahari
Embun-embun lembut membasahiku
Kegelapan menyelimuti setiap kegelapan
Bila malam telah datang
Kesucian cahaya bintang menghiasi langit
Kesempurnaan cahaya bulan menuntun langkahku
Sahutan serangga berirama
Bila malam telah datang
Mimpi
Izinkan aku untuk bermimpi
Bermimpi dalam kenyataan hidup ini
Bolehkah aku bermimpi
Bermimpi untuk harapanku ini
Kuinginkan sebuah mimpi
Yang panjang tiada henti
Dalam setiap mimpiku ini
Keindahan yang harus ada disini
Jangan biarkan aku bermimpi
Yang menakuti jiwa ini