06. Kebohongan

949 126 12
                                    


"Jadi kau...."

Hoseok tak dapat melanjutkan kata-katanya, yang bisa ia lakukan hanya menunduk terdiam. Ikut meresapi kepedihan Yoongi semasa hidup, dia orang yang diberkati rasa terlampau peka, hingga setitik air matanya ikut jatuh dengan hati yang bergemuruh hebat.

Yoongi di depannya menangis lagi, begitu hebat. Dia tidak pernah bisa mengikhlaskan akan masa lalunya. Betapa ia begitu membenci Hyungnya, hyung yang dulu menyayanginya, hingga suatu saat menjadi seorang monster pembunuh satu keluarganya.

"Aku hiks... Huhuhu... Aku benci Taehyung! Aku membencinya! Huhuhu..."

Hoseok menghela napas. Ia sudah sering jadi pendengar ratapan para arwah seperti ini, namun ia juga manusia. Ia tak dapat melakukan lebih untuk mereka hanya selain mendengarkan ceritanya.

"Yoongi, semuanya sudah terjadi. Aku tahu dendam itu sulit untuk diikhlaskan, tapi... dengan kau menerima masa lalumu, setidaknya itu akan mengurangi beban dalam dirimu."

"Tidak bisa hikss... Aku tak mampu," rengek Yoongi.

"Kau bisa, hanya saja enggan mencoba."

Keduanya terdiam. Mata si pucat itu makin terlihat merah menyeramkan. Kesedihannya terpancar jelas, dengan napas yang masih tersendat-sendat.

"Kenapa tidak kembali ke asalmu?"

"Tidak bisa. Gerbang itu tertutup rapat untuk orang sepertiku. Aku hanya... Menunggu, sampai saatnya tiba."

Yoongi lalu melirik Hoseok, meskipun wajahnya sayu, namun senyuman itu masih tetap ia paksakan sambil memandang pria itu. "Terimakasih..."

Hoseok menoleh, dia melihat senyuman manis itu. Cantik, pantas saja kakaknya mampu khilaf ditengah ketidaksadarannya.

Yoongi melanjut lagi, "Terimakasih sudah mau mendengar kisahku. Kau... Orang yang baik."

"Ah, ya, aku juga berterimakasih kau sudah menolongku tadi," tukas Hoseok.

"Kau sudah mengatakannya berulangkali," sahut Yoongi. Diliriknya Hoseok. "Kau tahu, si jahat itu tadi adalah arwah kakakku. Dia bertempat di kamar mandi bawah sana."

.........

Gara-gara obrolan panjangnya dengan Yoongi semalam, Hoseok jadi takut untuk tidur hingga berakhir ia jadi begadang. Hanya 3 jam saja untuk beristirahat, pagi harinya ia harus dituntut datang pagi ke kantor.

Mata sayu, dan lingkaran hitam di matanya. Wajahnya pagi ini benar-benar tidak semangat. Dari pantulan kaca, ia dapat mengetahui Yoongi menatapnya terus, namun Hoseok mengabaikannya dan terfokus pada kegiatannya mengancingkan kemeja.

"Sayang, kau tidak sarapan dulu?" Sela tiba-tiba datang, dan membantu memasangkan dasi suaminya.

"Tidak, aku akan sarapan di kantin saja."

"Baiklah, hati-hati, ya." Satu kecupan mendarat di kening Sela.

Hoseok segera beranjak, mengabaikan gumaman lirih Yoongi di pojok sana yang mendoakannya agar pria itu selamat sampai tujuan.

Hoseok telah pergi. Yoongi terheran-heran melihat Sela yang langsung terburu-buru dandan. Ia kemudian memilih mengikuti pergerakan Sela. Setelah selesai, wanita itu segera berlari menuju pintu sebelum suara bel membuyarkan semuanya.

Ting tong...

"Siapa sih pagi-pagi datang ini?!" gerutunya.

Pintu telah dibukakan, seorang wanita berambut yang hampir seluruhnya memutih berdiri sambil membawa dua kantong besar di tangannya.

[END] Si Cantik Di Pojok -SopeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang