Cahaya Part 14

4 1 0
                                    

Anna gadis kecil yang pemalu, tidak percaya diri dan selalu gemetar ketakutan bila melihat orang yang baru dilihatnya, kini berubah menjadi gadis remaja yang lembut, murah senyum dan gampang tersentuh bila melihat hal-hal yang menyedihkan. Pernah suatu saat dia pulang tanpa tongkatnya. Maka ketika aku tanyakan kemana tongkatnya dia menjawab diberikan pada pengemis tua yang berjalan memakai tongkat dari batang singkong dan hampir patah. Aku hanya tersenyum dan mengusap kepalanya. Aah, Anna dalam keadaannya yang cukup menyedihkan pun dia masih memikirkan orang lain. Hingga kemudian dia membeli tongkat sendiri dengan uang tabungannya. Anna mempunyai banyak teman karena sifatnya yang suka menolong, tidak segan-segan dia mengajari teman-temannya dalam bidang pelajaran yang dia kuasai. Dengan usia paling muda disekolahnya tidak menjadikan Anna turun dari prestasinya dia tetap menjadi juara kelas. Dia baru berumur empat belas tahun tetapi pikiran dan tingkah lakunya bisa melebihi usianya.

Keadaan hidup kami jauh lebih baik, anak-anak didikku bertambah, namun Anna tidak pernah meminta uang untuk kebutuhan sekolah, dia mendapatkan beasiswa karena dia berprestasi. Anna kerap kali mewakili sekolahnya untuk mengikuti olimpiade matematika bahkan sampai dengan tingkat propinsi meski dia tidak mendapat gelar juara. Dengan prestasi-prestasi yang dia raih Anna mempunyai uang untuk memenuhi kebutuhannya bahkan untuk ongkos sekolahpun Anna sudah tidak pernah meminta. Meski kehidupan kami telah membaik, tetapi aku dan anna tetap bertahan ditempat kost, karena kami masih merasa cukup ditempat itu.

Anna tetap mengerjakan tugas rumah dengan mencuci dan menggosok baju kami. Seminggu dua kali aku rutin mengajari Anna, kami sama-sama sibuk. Tetapi kami berusaha untuk meluangkan waktu setiap hari minggu agar dapat berjalan-jalan ke mall atau bahkan hanya sekedar makan di warung tenda. Aku selalu ingin membahagiakan adik semata wayangku.

Waktu berlari bagaikan anak panah yang melesat cepat dan tepat sasaran, aku sudah mulai mengerjakan tugas skripsi, meski ini sangat membuatku stress, dua kali judul yang aku ajukan ditolak dosen pembimbing. Namun bukan Cahaya namanya, kalau harus patah semangat karena hal itu. Aku malah semakin giat dan akhirnya dapat menyelasaikan kuliah tepat waktu bersamaan dengan selesainya Anna duduk dibangku SMA lagi-lagi Anna mengikuti ujian akhir sekolah meski masih duduk dibangku kelas dua SMA. Dalam usia enam beĺas tahun Anna sudah menyelasaikan SMA nya. Dan yang lebih membanggakan Anna mendapat jalur undangan masuk fakultas kedoktèran Universitàs Indonesia tanpa test. Aah, benar-benar jalur yang Anna impikan. Dengan keterbatasan fisik yang dia punya. Prestasi Anna sangat membuat iri manusia normal. Aku sungguh bahagia, dan aku mempersiapkan kepindahanku ke kota Depok. Aku sudah harus memikirkan mata pencaharian baru disana. Aah, sungguh bila kita bisa memanage hidup dengan baik dan teguh dalam mengejar cita-cita. Semua yang kita lakukan tidak akan sia-sia.

Bersambung

CAHAYATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang