57

37 1 0
                                    

Bali,
06:30 WITA.

Akhirnya aku bisa keluar dari Rahmat, aku sekarang sudah ada di vila papa ku. Disini aku mau bilang ke bunda dan papa, ya meskipun aku takut akan ungkapinnya. Aku melihat bunda dan papa sedang ditaman belakang, akupun segera menghampirinya.

"Bunda, papa. Mmm... Sasa mau ngomong penting." jelasku.

"Iya sayang, mau ngomong apa? " tanya bunda.

"Tentang pernikahan kalian? " tanya papa.

"Mmm.. Nggak bun, pa. Aku sudah memutuskan hubungan dengan Rahmat. " jelasku.

"Apa! " bentaknya mereka.

"Ii-iya bun. " gugupku.

"Sini nak, ngomong sama kami. Kenapa kalian sampai putus hubungan begini? " tanya papa,  kamipun duduk di ruang tamu.

"Dia masih sama pa, aku nggak tahan. Dia bilang kalau mau berubah, tapi mana janjinya itu. Dan dia seolah sudah beda sifat dan tata bicara nya pa.... Hix... Hix... " jelasku.

"Sudah jangan menangis, bunda tahu kok apa yang sasa rasain sekarang. Sasa istirahat dulu yaa,, jangan sedih terus dong, kamu harus kuat dan sabar." nasehat bunda.

"Iya bun. Oh ya bun, nanti malam anterin sasa ke butik yang biasa bunda datengin ya bun. Soalnya besok Arjun nikah. " jelasku.

"Iya sa, nanti bunda anter. " jawab bunda. Akupun segera menuju ke kamar.

18:30 WITA

"Sa.. Jadi kan ke butik? " ucap bunda dari balik pintu kamarku.

"Iya bun bentar, sasa masih makai jilbab. " ucapku. Tak lama kemudian, aku keluar dari kamar dan menuju ke ruang tamu. "Bun ayo" ajakku.

"Bentar, nunggu papa. " ucap bunda.

"Gimana? Sudah? Kalau sudah ayo! " ajak papa. Kamipun segera keluar villa dan menuju ke butik, namun entah mengapa papa malah menghentikan mobilnya didepan restoran? Hmmm... Ya mungkin ada pekerjaan bisnis nya. Kamipun segera keluar dari mobil, namun aku melihat mobilnya Rahmat. Aku merasa mulai gelisah dan ingin sekali pergi, namun aku harus kuat menjalani ini. Entah nanti apa yang terjadi, semua ku pasrahkan kepadamu ya Alah Swt. Tepat saat aku mau masuk keruangan VIP, aku mendengar adzan.

"Bunda, sasa mau sholat dulu ya." ucapku.

"Iya sa, hati hati" ucap bunda. Akupun segera menuju ke mushola yang ada di restoran ini. Aku mulai berwudhlu lalu sholat. sesudah sholat, aku pun langsung menuju ke bunda.

Brakkk..

"Maaf, saya tidak sengaja. " ucap pria itu.

"Iya nggakpapa. " ujarku, saat aku melihat nya. Aku seolah melihat kak ian, begitu persis dengan wajah kak ian.

"Oh ya, kenalin nama ku Fajar. Oh ya nama kamu siapa? " tanyanya.

"Namaku Sasa, oh ya udah. Aku mau pergi dulu. Assalamualaikum " salamku.

"Wa'alaikumsalam " jawabnya. Akupun pergi meninggalkan dia, dan kembali ke bunda. Aku melihat papa mamanya Rahmat dan Rahmat disitu, aku pun segera menghampirinya.

"Assalamualaikum" salamku sambil tersenyum.

"Wa'alaikumsalam" jawab mereka.

"Eh, anak mama. Sini duduk disamping mama sa. " ucap mama nya Rahmat. Akupun segera duduk disamping mama.

"Oh ya, papa sama papa kamu mau pergi dulu ya, ada kepentingan mendadak soalnya. " ucap papanya Rahmat.

"Baik om" jawab Rahmat. Mereka berdua pun pergi.

"Sa," panggil Rahmat.

"Iya" jawabku.

"Maafin aku ya, aku ngaku salah. " jelasnya.

"Iya aku ngerti." ucapku datar.

" ini cincinnya. " ujar Rahmat sambil memberikan cincin tunangan.

"Maaf, aku nggak bisa mat. " jawabku.
"loh, kenapa sa? " kagetnya mama.

"jeng, ayo kita ke kamar mandi dulu. Kebelet ini. " elak bunda. Mereka pun pergi. Dan tinggalah aku dan Rahmat disini.

"Kamu kenapa nggak bisa terima ini? " gelisah Rahmat.

"Sudahlah, kenapa kamu masih tanyak?" jawabku yang menahan emosi.

"Iya aku tahu, aku nggak akan ngulangin lagi sa. Aku mohon maafin aku. " jelas Rahmat.

"Iya aku udah maafin kamu mat, harus berapa kali aku bilang ke kamu? " ujarku.

"Ya udah pakai cincin ini! " bentaknya. Aku kaget, dan menahan tangisanku. Akupun menjawab dengan penuh kelembutan dan ketenangan.

"Rahmat, kamu kenapa? Kamu ada  masalah? Kam-" belom saja aku menyelesaikan omonganku, sudah di tampar lagi.

Plakk..

"Sa! Pakai cincin ini!! Kalau nggak gitu aku tampar kamu lagi" tegasnya.

"Iya tampar saja aku mat. Aku rela demi kebahagiaan hati kamu. " ucapku lembut.

"Dasar bodoh kamu sa! " bentaknya. Aku nggak bisa menahan ini, aku segera berdiri dan berjalan keluar restoran menuju parkir mobil. Aku melihat mobilku tepat di samping mobilnya, aku segera masuk mobil dan segera menjalankan mobil lalu menuju ke butik langganan bunda. Sesampainya di butik, aku segera keluar dari mobil dan masuk ke kedalam butik.

"Assalamualaikum te, " salamku.

"Waalaikumsalam...Eh sasa, udah lama kamu nggak kesini. Makin cantik aja kamu sa. " puji tante mira yang mempunyai butik ini.

"Tante bisa aja, oh ya te. Pesanan sasa sudah jadi? "

Cahaya Cinta Seorang Wanita Biasa❤Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang