"Sejauh apapun dirimu lari dalam masalah, maka diujung jalan masalah baru menghadang."
"Gimana sekolah kamu ji?"
"Apaan sih nanya mulu,.." Aji menjawab dengan gusar. Risi dengan pertanyaan kakaknya, ia bergegas pergi dari ruang tv.
Kakak nya sudah terbiasa dengan sikap kasar Aji. Bisa diibaratkan seperti memberi tissue malah dilempar pisau. Entah sifat adiknya diwariskan oleh siapa. Saat ini, tugasnya sebagai kakak hanya perlu membenarkan segalanya.
"Bisa antar kakak ke toko?" Tanya nya hati-hati.
Aji menghentikan langkahnya tanpa menoleh sedikit pun. Lalu, sepersekian detik ia melanjutkan langkahnya lagi.
Itu adalah tanda setuju bagi seorang Aji.
***
Hari ini adalah hari Minggu. Hari dimana semua insan bersantai layaknya manusia biasa. Tapi berbeda dengan Raina, ia tetap bekerja walaupun hari libur nasional.
Raina sedang fokus menguncir rambut, namun pandangannya beralih ke benda pipih di atas violet kamarnya.
Beep
Beep
Beep
Pagi-pagi gini ini hp ribut?
Penasaran dengan bunyi notif handphonenya, ia buru-buru menguncir rambutnya asal.
Raut wajahnya berubah bak melihat cogan.
EZA GIAN MESSENGER.
Eza?
Eza?
Eza chat gue? Batinnya menjerit.
Reaksi yang alay memang. Nama Eza sendiri tidak asing bagi Raina. Namun, masalahnya si pelaku spam notif di handphone nya!
Maklum, ini baru pertama kali bagi Raina membalas chat seorang manusia keturunan Adam. Mungkin lain kali ia harus lebih santai.
"Ini jempol kaku banget balasnya," keluhnya.
Terlalu lama chatting-an dengan Eza. Raina sadar waktunya sudah mepet dengan jam kerja. Raina segera mengimbangi langkahnya keluar rumah.
Seperti biasa, Raina tersenyum senang ketika angkot sudah menunggunya di depan gang. Supir angkot adalah manusia tersetia menurut nya.
KAMU SEDANG MEMBACA
UNFAIR
Teen Fiction(On Going) Karena disini, keadilan dipermainkan. Raina Adhyaksa adalah siswa SMA kelas 12. Ia hidup seorang diri. Ibunya meninggal saat ia dilahirkan. Jangan tanyakan ayahnya kemana? Ayahnya meninggal karena dituduh sebagai pembunuh pada tahun 201...