[43] Maaf

1.4K 307 18
                                    

Akhir-akhir ini Azura sibuk belajar di sekolah maupun di tempat les. Ia benar-benar fokus untuk menghadapi ujian yang sudah ada di depan mata. Azura bahkan sudah terbiasa dengan kehidupan sekolahnya tanpa Nafwa dan Langit di dalamnya.

Ia sadar bahwa hubungan mereka tidak akan bisa lagi seperti dulu. Sekeras apapun ia mencoba minta maaf pada Nafwa, persahabatan mereka benar-benar sudah berakhir. Dan lagi Azura sudah menyerah terhadap Kalan dan Alya. Jika benar mereka tidak bisa kembali kalau dirinya dan Langit tidak bersama, maka Azura akan tetap merawatnya dan membesarkan mereka.

Toh Dion juga bilang bahwa ia akan membantunya. Meski tahu kalau kedua bocah itu adalah buah hati Azura dan Langit di masa depan, tapi Dion tetap bersedia merawatnya.

Sebesar itu rasa peduli Dion pada Azura. Jadi mana mungkin Azura berani menyakitinya lagi barang sedikitpun.

Dion terlalu berharga baginya.

Lebih berharga bahkan dari keluarganya sekalipun.

"Gimana persiapan ujian lo?" Andri sore itu mencegat Azura di depan sekolah. Anehnya Dion mengijinkan Azura saat Andri bilang kalau ia ingin mengatakan sesuatu.

"Lancar." Azura menjawab malas. Ia tidak tahu kalau Andri diam-diam tersenyum.

"Lo jadi ambil kuliah dimana?"

"Kepo!"

Kali ini Andri merengut. "Jutek amat lo sama gue Ra, giliran sama Dion aja manis banget."

"Iyalah. Dion cowok gue, siapa lo?" Tepat setelah Azura menyelesaikan kalimatnya, Andri menjitak pelan kepala cewek itu.

"Gue masih keluarga lu woy!"

Azura berdecak sebal.

"Jadi lo mau ngomong apa? Buruan gue gak ada waktu."

"Buset dah ni anak makin gak sopan aja." Andri kaget mendapat respon dingin terus menerus dari Azura.

"Siapa yang nyuruh lo? Oma, bokap gue mak lampir atau anaknya mak lampir?" tanya Azura mengabsen semua anggota keluarganya.

"Mak lampir? Maksud lo nyokapnya Manda?" Azura tak menjawab.

Setelahnya terdengar embusan napas berat dari Andri. "Lo bisa gak sih gak neting mulu sama gue? Gue ke sini dengan niat baik loh. Ini gak ada sangkut pautnya sama keluarga lo."

Azura ikut mengembuskan napas berat. "Okay, jadi apa?"

"Lo udah punya planning buat masa depan lo kan?"

Azura mengangguk.

"Apapun rencana lo gue dukung. Kali ini lo harus percaya sama gue, gue di pihak lo." Sekilas Azura merinding mendengar ucapan Andri.

Lelaki ini tidak sedang kerasukan bukan?

"Oke ini aneh. Yang lo tau gue itu di pihak Manda sama nyokapnya, tapi lo salah."

"Jadi intinya yang mau lo omongin itu apa? Gak usah muter-muter!" sela Azura.

Andri tampak berpikir. "Lo sama Nafwa beneran gak bisa baikan lagi ya?" tanyanya keluar dari topik pembicaraan.

"Apa sih. Gak jelas banget lo!"

"Lo tau gak gue akhir-akhir ini deket sama dia?"

Azura tak menjawab, tapi sebenarnya ia sudah tahu. Azura pernah beberapa kali melihat Nafwa dijemput ataupun jalan dengan Andri.

"Gue malah pernah nembak dia."

"Terus?"

Azura semakin tidak mengerti kemana arah pembicaraan mereka.

Aozora [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang