Bab 2: Kota Alengka

57 1 0
                                    

Kota Alengka, kota terbesar kedua setelah Ibukota dan jaraknya pun tidak begitu jauh dari Ibukota kerajaan Kertanegara.  Wira , Tabib Tanca dan Kirana telah sampai di kota ini

Kota yang cukup ramai ini berpusat di sebelah utara kota.  Pusat kota adalah alun-alun kota yang terbuat dari batu candi hitam yang dipipihkan. Biasanya digunakan untuk perayaan ataupun tempat hukuman.  Didepannya terdapat Kantor Walikota yang megah terbuat dari batu bata merah berhias batu candi berukir dan beratap rumbia.  Di sebelah barat alun-alun terdapat Candi besar nan megah, tempat pemujaan penduduk kota.  Candi terbuat dari batu candi yang terukir indah.  Sedangkan sebelah selatan dan timur adalah daerah perdagangan yang cukup ramai.  Toko-toko terbuat dari batu bata merah beratap rumbia dan warung-warung makan terbuat dari bilik bambu.  Sementara rumah-rumah penduduk berada di pinggiran kota.  Ada yang terbuat batu bata merah beratap rumbia dan yang lain terbuat dari bilik bambu beratap injuk.

"Hmmm aku bisa mendapatkan informasi yang berguna apabila pergi ke daerah selatan kota ini", ujar Wira sesampai di penginapan yang berada sebelah timur kota.

"Sebenarnya ada apa di selatan kota?" tanya Tabib Tanca curiga. "Setiap ke kota ini, kamu dan Satria pergi ke daerah tersebut untuk mencari informasi".

Wira menyeringai.  "Ah sudahlah.  Yang penting info yang kami bawa selalu akurat kan?" jawab Wira enggan memberitahu.  "Kami benar-benar cari informasi", tambahnya melihat Kirana ikut penasaran mendengar Satria sering ke sana. Tanpa basa basi Wira lansung pergi ke selatan agar tidak didesak kedua temannya.  Ia tidak ingin mereka tahu tentang daerah selatan kota Alengka.

"Oh iya.  Kenalanku juga ada di kota ini", kata Tabib Tanca setelah Wira pergi. "Waduh maaf Kirana.  sya tidak bisa mengajakmu soalnya ada sedikit masalah", pinta Tabib Tanca menakup kedua tangannya menandakkan memohon.

Heh, ditinggal sendirian? Tetapi melihat sikap Tabib Tanca yang memohon pengertian Kirana, akhirnya gadis itu mengangguk.  "Saya mengerti".

Tabib Tanca tersenyum lebar. "Terima kasih Kirana. Jaga diri baik-baik", pamitnya lansung ke arah utara.

Karena ditinggal sendirian.  Kirana memutuskan melihat-lihat di sekitar penginapan.

Daerah Timur Alengka sangat ramai.  Sebagai pusat perdagangan Kota Alengka membuat tempat ini dipenuhi para pedagang yang menjajakan berbagai macam barang dagangan.  Dari Pedagang kain dan sayuran yang dijajakan di pinggir jalan.  Pedagang-pedagang keliling yang berjualan makanan dan mainan. Sampai toko-toko besar dan kecil yang menjual brbagai macam barang.

Melihat banyak makanan khas Kertanegara dijajakan membuat Kirana tertarik mencicipnya.  Gadis itu memilih cemilan terbuat dari ubi jalar yang berisi gula aren cair dan ditaburi parutan kelapa.  Rasa manis dari gula aren dan gurihnya parutan kelapa terpadu menimbulkan rasa lezat di mulut.

Sambil memakan jajanan tersebut,  Kirana iseng bertanya ke ibu penjual cemilan tentang daerah selatan kota. Wanita memandang Kirana dengan pandangan aneh.  Tetapi melihat raut muka Kirana yang polos, wanita paruh baya itu menyadari bahwa gadis ini tidak tahu apa-apa! Iapun membisiki Kirana tentang daerah selatan kota membuat dara tersebut merah padam.  Itu tempat hiburan para lelaki!!

Kirana menjadi kesal terhadap Satria mengingat kata-kata Tabib Tanca bahwa Satria dan sahabatnya sering ke daerah tersebut.  Walaupun menurut Wira, mereka benar-benar cuma mencari informasi. Tetap saja membuat Kirana sebal.

Prahara KertanegaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang