05

40.8K 2.6K 59
                                    

Heyoo!!

Jangan lupa untuk meninggalkan jejak, apapun itu aku sangat menghargainya.

-05-

Kok lu gemesin sih? -Farrel.

Farrel menunggu Dara di depan sekolah, karena hari ini ia membolos dan tidak mungkin ia langsung datang ke sekolahnya, yang ada dia akan di ceramahi oleh guru bk.

Jika Vidan tidak melihat Dara, mungkin Farrel tidak akan menunggu gadis itu, menyusahkan saja. Bagaimana pun ini tanggung jawab Farrel karena telah melibatkan Dara. Bagaimana pun juga Dara tetap kekasihnya, walaupun Farrel tidak menganggapnya. Namun keselamatan Dara sekarang harus Farrel jaga.

Farrel tau benar bagaimana liciknya Vidan, ia akan menggunakan cara apapun untuk menjatuhkan dirinya. Penghianat tetaplah penghianat. Pecundang!.

Farrel menghembuskan asap rokok yang dari tadi menemaninya, entah sudah berapa batang rokok yang telah ia habiskan. Farrel sudah berulang kali melirik jam tangannya namun seakan waktu berjalan lebih lambat. Ia menjadi kesal dibuatnya.

Farrel menatap beberapa murid yang sudah keluar dari sekolah, Farrel menghela napas lega. Farrel melihat semua siswa yang sudah berhamburan keluar tapi dia belum menemukan Dara. Kemana gadis itu? Menyusahkan saja.

Farrel menunggu dengan sabar, hingga ia meremas beberapa batang rokok. Mengapa gadis itu tak kunjung keluar? Apa yang ia lakukan di dalam sana?.

Farrel melangkahkan kakinya dengan gusar menuju sekolahnya, biarkan saja jika ia dilihat oleh guru bk yang terpenting ia harus menemukan Dara. 

Farrel menelusuri lorong sekolah, sampai ia menemukan dua orang yang sedang berbicara dengan asiknya.

"Jangan deketin pacar gua" desis Farrel saat melihat Dara bersama Panji.

Lihatlah gadis polos ini, Farrel menunggunya lama sedangkan gadis ini berduaan dengan laki-laki lain.

"Farrel" panggil Dara.

"Santai bro, gua cuma ngobrol biasa sama Dara, santuy santuy" ucap Panji sambil menepuk bahu Farrel.

"Jangan sok akrab lu" ketus Farrel membuat Panji kikuk.

"Dar, gua duluan yak" pamit Panji.

Dara menganggukkan kepalanya, ia menjadi tak enak hati dengan Panji.

"Farrel kenapa disini?"  Tanya Dara.

"Nyari ikan" jawab Farrel asal.

"Ini sekolah Farrel, bukan tempat mancing  gak ada ikannya disini" Dara menatap aneh Farrel, ada ada saja laki laki ini.

"Pake nanya lagi, gua disini karena lu lah." Ucap Farrel tak santai.

"Loh kenapa?"

"Banyak tanya lu, ayo pulang" Farrel lega, ia yang menemukan Dara lebih dulu dari Viktor anak buah Vidan.

Tadi Farrel melihat Viktor di sekitar sekolah ini, sudah jelas sekali jika Vidan akan melibatkan Dara di masalah mereka, Vidan benar benar busuk.

"Farrel jemput Dara?" Ucap Dara semangat.

"Iya, ayok pulang" Farrel menarik tangan Dara agar mengikutinya, jika tidak gadis ini pasti akan banyak bertanya.

"Pacar Dara romantis ya" ucap Dara tersenyum malu malu.

Farrel menyunggingkan senyum kecilnya, Dara benar benar gadis polos.

"Farrel tunggu, sepeda Dara ketinggalan"

Dara berlari mengambil sepedanya yang terparkir rapi, lalu menghampiri Farrel.

"Gua aja yang bawa"

Dara menganggukkan kepalanya, lalu pindah ke posisi belakang.

"Farrel bisa naik sepeda?" Tanya Dara sebelum menjalankan sepeda milik Dara.

"Pertanyaan macam apa itu?"

Dara terkekeh pelan, tidak mungkin jika Farrel tak bisa mengendarai sepeda.
Farrel mengayuh sepeda Dara dengan cepat, entah mengapa ia merasa ada sedikit kesenangan jika bersama Dara.

Dara melingkarkan tangannya di pinggang Farrel, membuat Farrel tersenyum tipis, bahkan sangat tipis.

Dara sangat senang, Farrel bersikap manis padanya. Dan baru kali ini Dara merasakan indahnya mempunyai kekasih.

Farrel adalah yang pertama, Dara tak pernah mempunyai kekasih sebelumnya.

Dara dibuat canggung oleh Farrel, karena laki-laki itu tak mengeluarkan sepatah kata pun dari perjalan sekolah sampai kini mereka sudah sampai di rumah Dara.

"Makasih ya Farrel" Dara turun dari sepedanya, menatap Farrel dengan senyum manisnya.

"Nih sepeda lu" Farrel menyerahkan sepeda Dara.

"Terus Farrel pulangnya naik apa? Bawa aja dulu sepedanya gak papa kok"

"Serius nih? Ya udah gua pinjem dulu besok gua balikin"

Dara menganggukkan kepalanya yang membuatnya terlihat menggemaskan.

Dara hendak membuka gerbang rumahnya, namun tas nya di tarik oleh Farrel.

"Nomor hp lu"

"Buat apa?" Tanya Dara bingung.

"Gua pacar lu" Dara menganggukkan kepalanya saat sadar kemana arah pembicaraan Farrel.

Memang dari awal mereka pacaran tak pernah bertukar nomor, Dara tak berani memulai lebih dulu.

Dengan lincah tangan Dara mengetikan nomornya di hp Farrel, siapapun tolong Dara, ia benar benar bahagia sekarang.

"Gua pulang dulu"

"Nanti malam gua hubungin".
Farrel menepuk pelan kepala Dara lalu meninggalkan Dara yang masih terpaku di tempatnya.

Dara menatap kepergian Farrel, ini tidak mimpi kan? Jangan biarkan semua ini berakhir dengan cepat. Jika ini mimpi, Dara tidak mau bangun dulu, Dara masih ingin menikmati mimpi yang jarang sekali ia dapatkan.

"Bunda, Dara butuh oksigen" teriak Dara heboh sambil berlari kedalam rumahnya.

Farrel menatap geli Dara, gadis itu mengapa terlihat sangat menggemaskan? Pikir Farrel.

Farrel tidak akan membiarkan Vidan untuk melibatkan Dara di dalam masalah mereka. Dan tanpa Farrel sadari ia sudah peduli dengan Dara walau ia menolaknya. Ia sudah mengambil alih untuk tetap melindungi Dara, jika tidak Farrel tidak perlu repot repot untuk menjaga Dara dari Vidan, toh Dara juga tak berpengaruh untuk Farrel.

Namun itu berlaku untuk dulu, nyatanya sekarang Farrel takut jika Dara dilibatkan dalam masalah ini. Dan Farrel sudah terbiasa akan adanya Dara di kehidupannya. Bukan kah cinta ada karena terbiasa?

"Jadi kangen seseorang". Gumam Farrel.

Bersambung.....

Salam sayang,

Auto pencinta rebahan💙

Berandalan [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang