Tiga

730 108 7
                                    

Hari ini merupakan akhir dari semester pertama di mana orang tua berdatangan untuk melihat perkembangan akademis anak-anaknya. Ranking siswa tiap angkatan telah diletakkan di papan pengumuman beserta dengan total poin yang diperolehnya.

Lisa terbelalak melihat papan pengumuman. Reaksi yang hampir sama dengan sebagian besar siswa kelas 11. Bedanya para siswa itu kemudian bisik-bisik dan bertanya satu sama lain. Sedangkan Lisa langsung menarik tangan Jisoo yang terlihat kalem disampingnya.

Lisa membawa Jisoo ke halaman belakang sekolah tempat mereka biasa menghabiskan waktu. Lisa kemudian menatap intens pada Jisoo membuat Jisoo sedikit risih melihatnya.

"Ada apa denganmu? Kau tidak kerasukan kan?" tanya Jisoo. Dia melambaikan tangannya di depan Lisa.

"Sekarang aku sadar kalau kau pintar, bukan cuman sekedar menyamar jadi kutu buku," kata Lisa.

"Hah?" Jisoo hanya melongo mendengar ucapan tidak jelas temannya.

"Kau betul-betul hebat, Jis. Kau sadar itu?" tanya Lisa histeris.

"Nggak," jawab Jisoo dengan datar. Dia masih tidak mengerti dengan tingkah temannya ini.

"Astaga, sudah satu semester kau sekolah di sini dan infomasimu tidak pernah lebih kencang dibandingku. Ku beri tahu ya. Aku sudah menjadi peringkat dua tetap selama berada di sekolah ini, tapi nilaiku tidak pernah selisih kurang dari 10 angka dengan Bobby. Tapi kau...." Lisa memegang kedua pundak Jisoo.

"Peringkat dua menggantikanku dan selisih poinmu dengan Bobby cuman 2 poin. Astaga, apa yang kau makan di rumah sampai dapat nilai segitu? Tumis buku? Pulpen bakar?" Lisa makin menggila dan mulai mengoceh sendiri. Jisoo yang tidak tahan segera membungkam mulut Lisa dengan tangannya.

"Tunggu sebentar, nona. Oke?" Jisoo melepaskan tangannya dan berkacak pinggang.

"Pertama, aku tidak makan apapun selain makanan yang di makan oleh manusia manapun di muka bumi ini. Kedua, aku baru tahu kalau kau peringkat dua. Tingkahmu yang kadang hiperaktif tidak mencerminkan hal itu." Lisa merengut sebal mendengar ucapan terakhir sahabatnya.

"Aku kan begitu cuman didepanmu saja. Itu harusnya menjadi kehormatan bagimu," kata Lisa. Jisoo tertawa mendengarnya dan Lisa ikutan tertawa. "Ya, akan kuanggap itu sebagai kehormatanku."

"Tapi omong-omong, kau tidak marah kan?" tanya Jisoo hati-hati.

"Soal apa?" balas Lisa.

"Biasanya orang lain cukup berambisi mendapatkan sesuatu yang lebih baik daripada yang sudah dipertahankan. Jadi kupikir, mungkin saja-"

"Kau berpikir aku marah karena kau mengambil posisiku sebagai ranking 2?" potong Lisa tepat sasaran. Jisoo mengangguk membenarkan.

Lisa menghela napas. "Ayolah, kau mengenalku. Nggak mungkin aku begitu. Itu hanya tingkah kekanakan. Aku justru senang kalau ada yang mengambil posisi itu." Mendengar jawaban Lisa membuat Jisoo senang.

***

Bobby yang hadir di penerimaan raport hari ini menatap heran papan pengumuman. Awalnya dia hanya ingin melewati saja karena sudah yakin dengan nilainya. Namun saat mendengar bisik-bisik nggak jelas dari sebagian besar siswa dia kemudian menoleh dan memperhatikan papan itu. Keempat temannya yang saling mengobrol hanya menatapnya heran.

Bobby kemudian berlalu menuju atap sekolah dan keempat temannya mengikutinya. Dia kemudian duduk di sisi yang tidak terkena oleh cahaya matahari. 

"Siapa peringkat 2 itu?" tanyanya.

"Kim Jisoo. Teman kelas kita. Duduk tepat di depanmu bersama Lisa yang aneh. Kelakuannya juga sama anehnya dengan Lisa," jawab Hayi.

"Makanya, sering-seringlah masuk kelas," kata Sungjae.

Love You No Matter What (Bobsoo)✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang