.
[ Aku bisa melihat bahkan dengan mata tertutup bisa mengenali bahkan jika dia jauh dariku.
Bayangkan betapa cantiknya dia. ]Suasana cukup lengang di perpustakaan, beberapa orang sibuk berlalu-lalang melewati rak-rak buku yang menjulang membatasi.
Aku sendiri lebih memilih duduk di sebuah meja untuk para mahasiswa yang ingin menghabiskan waktunya di tempat ini.
Jujur saja ini bukan habitat-ku, tapi ada satu alasan kenapa aku rela mendatangi tempat yang—demi Tuhan tak pernah sekalipun kubayangkan akan mendapat kunjungan dariku.
Gotcha!
Disana.
Aku mengintip dari buku yang kupegang tinggi-tinggi, senyum tak lagi bisa kutahan saat melihat sosoknya yang sesuai dugaanku akan datang.
Tepat di arah jam sebelas, hanya terpaut beberapa meter dari tempatku gadis itu berdiri.
Menggunakkan blus katun berwarna krem dibungkus blazer berwarna peach kalem, kakinya dibalut jeans kasual sehingga penampilannya kini lebih tepat disebut semi-formal.
Rambut lurus hitam sebahunya terlihat berkilau kontras dengan warna kulitnya. Ia menyampirkan rambut di kanannya ke belakang telinga, hingga dengan mudah aku menyaksikan keindahannya.
Kulit itu, aku selalu membayangkan bagaimana jika bisa menyentuhnya sekali saja. Apakah akan terasa selembut beludru? Atau bahkan lebih lembut?
Mata hazel bulat yang selalu berbinar ceria, hidung terukir sempurna, dan bibir tipis berwarna merah muda seperti ceri—terlihat begitu kissable.
Kakinya dihiasi sebuah flat-shoes sederhana, tentu. Aku tahu ia selalu suka dengan sesuatu yang simple, meski apapun yang ia pakai akan tetap terlihat sempurna. Ia jarang memakai stiletto atau heels, bagiku pun itu tak perlu. Tingginya seperti ini justru membuat siapapun refleks ingin memeluk.
Lagi, aku tak bisa menahan senyum memperhatikan bagaimana ia begitu serius berdiri disana dengan sebuah buku tebal di tangannya. Sesekali bibir tipisnya menggumamkan kata-kata yang tak bisa kutangkap.
Rambut yang baru saja ia sampirkan ke telinga kembali jatuh membingkai wajahnya, aku terkesima. Bagaimana rasanya jika helaian rambut itu bisa kusentuh dan melewati sela-sela jariku?
Segala yang ada padanya terlihat begitu lembut dan bercahaya. Aku tak mampu melepas pandangan darinya.
[ Bahkan tanpa kusentuh, aku bisa merasakan ia akan pecah seperti kaca.
Bayangkan bagaimana rapuhnya dia. ]
.
.
.
Berpapasan denganku di lorong menuju kelas, dia tertawa bersama teman-temannya. Aku yang berlawanan arah melewatinya sambil menikmati bagaimana suara melodis itu mengalun memenuhi pendengaranku.
Lembut.
Bahkan suaranya mampu membuatku mabuk.
Harum vanilla yang terasa manis sekaligus membuat penasaran juga segera menyergap penciumanku. Rasanya begitu menyenangkan.
Aku berbalik, menatapnya yang masih melempar canda dengan teman-temannya sambil tersenyum. Senyuman yang begitu hangat dan bersinar.
Membuatku tanpa sadar ikut tersenyum.
[ Tersenyum diantara kerumunan orang, Malaikat itu adalah milikku. ]
.
.
KAMU SEDANG MEMBACA
She
FanfictionAku bisa melihat bahkan dengan mata tertutup.Aku bisa mengenali bahkan jika dia jauh dariku. Bayangkan betapa cantiknya dia.