Sebuah Akhir Dan Awal

6 3 0
                                    

Pagi itu mentari jakarta terasa lama terbitnya. Tak seperti biasanya yang setelah shalat subuh lalu gue sambung menonton spongebob, matahari akan terbit tanpa di sadari. Mungkin, bisa terjadi karna memang gue yg gak sabar menanti moment "keren" ini, dan memang gak biasanya gue semangat berangkat ke sekolah.

Oh ya, gue Rendie, teman gue biasa panggil gue Ren, Gue anak yg menurut gue biasa aja, dari lingkungan keluarga yang yaah cukup sederhana, dengan 4 adik gue dan kedua orang tua gue, alhamdulillah masih lengkap semua.
Gue anak pertama yg tentu saja antusias akan hari kelulusan meski belum tahu hasil dari UAN gue, tapi karna emang gue cukup "pede" dengan nilai yg gue punya di "atas rata-rata" cowok lain di sekolah, gue rada santai.

Tanpa di sadari gue cuma nyalain tv dan gak fokus dengan siarannya, pikiran gue saat itu cuma "gimana jadi keren di moment ini", sedikit lucu terkadang ngebayanginnya, gue sedikit "gila tebar pesona" di jaman itu.

Cahaya mentari mulai menerobos gorden jendela rumah gue, memekarkan senyum gue yg sedari tadi tertahan, "oke ! Akhirnya tiba" suara hati yg akhirnya terucap tak tertahan.

"Semangat banget hari ini a?" ibu yg mungkin sudah memperhatikan gelagat gue dari sebelum subuh, berdiri di pintu kamar dengan dasi sekolah gue di tangannya,

"Iya bu, kan hari ini hasil UAN rendie, jadi gak sabar dari kemarin nunggunya",

"Yakin hasilnya lulus a?" dengan senyum ngeledek, ibu menyodorkan dasi yg sudah di setrikanya,

"Insyallah bu, mudah mudahan, biar bisa kerja juga bantu ayah",

"Ya sudah jalan sana, ayah di depan, jangan lupa pamit jg sama ayah".

Gue berjalan keluar dan terlihat ayah sdg melakukan rutinitas pagi sebelum kerja, apa lagi kalau bukan merokok sambil "ngeteh".

"Yah rendie duluan ya" ucap gue sambil meraih tangannya untuk gue cium,

"Lulus gak a?" ucapnya dengan muka penuh harap,

"insyallah yah! Do'ain saja",

"Yaudah hati hati,mau bareng?", gue pikir di moment sejarah ini harusnya di nikmati perlahan,

"Gak usah yah, jalan kaki aja kan dekat".
Gue berbalik dan menuju gerbang rumah,

"inilah momentnya!" hati gue berucap dengan langkah awal gue keluar rumah,tentunya di awali dari kaki kanan dan hentakan semangat.

Langkah kaki semangat gue pagi ini harus gue bendung sedikit, gue gamau juga terlalu cepat sampai di sekolah, karna ada rutinitas selama 3 tahun ini yg gak boleh terlewat sehari pun.

Ya! Berangkat sekolah bareng si dia yg selalu bisa buat gue jatuh hati di tiap hari gue, Anggun, wanita yang simple tapi entah kenapa malah terlihat menarik buat gue, wanita yang gak pernah bisa gue ngerti perasaannya, kalo lu pernah semangat sekolah cuma buat liat orang lain,atau selalu merasa waktu membeku saat orang itu lewat dan terlihat di jendela kelas lu, itu yg gue rasain ke Anggun.

Gue hentikan langkah gue tepat 3 rumah sebelum rumah Anggun, sembunyi di balik sebuah tiang listrik, kadang saat gue lakuin hal ini suka ada satpam komplek yg curiga dan ikut sembunyi di tiang listrik satunya, gue tau sih dia ngintai gue,tp karna udah kebiasaan, lama klamaan jd cuek satpam itu.

Biasanya saat gue sembunyi gak sampai 1 menit Anggun bakal buka gerbang dan keluar, dan tepat seperti biasa tanpa nunggu lama dia keluar,gue senyum lihatnya,seperti biasa,dia cantik,anggun seperti namanya,dan imut dengan rambut bergelombang panjangnya,

"Yap harus bisa ngobrol banyak hari ini" hati gue berucap seakan memberi semangat untuk selesaiin misi yg gak pernah terjadi dan selesai, misi bisa ngobrol banyak sama dia.

Anggun berjalan santai dengan earphone tersambung ke hp yg ada di saku jaket baseballnya, rambutnya yg di ikat memperlihatkan tali earphone biru muda yg sama imutnya sama dia.

Gue berjalan perlahan di belakang dia,"3 tahun selalu perhatiin dari belakang,kali ini seengganya harus bisa sejajar jalannya!" hati gue lagi lagi berucap seenak jidatnya,mikir keras apa obrolan yg harus gue jadiin bahan sama cewek kaya anggun,tanpa sadar gue merhatiin muka dia yg berhenti di perempatan,biasanya dia akan lanjut nyebrang dan setelah perempatan jalan,ke kanan sedikit sudah dekat sekolah gue,tapi kali ini dia menoleh ke belakang,berhenti! Dan gue ada 2 meter di depan dia,sontak gue hentikan langkah,terdiam.

"heh! Pagi pagi bengong!" katanya memecah keheningan dan lamunan gue,

"e..eh kaga kok,ngawur lu",

"jelas jelas lu bengong kok! Pantes gue merinding" ucapnya dengan ketawa meledek.

"Bareng yuk!" ucapnya lagi dengan senyumnya yg ternyata manis sekali dalam jarak sedekat ini, jantung gue berdegub kencang sekali,dan yg lebih membuat gue bahagia kali ini,dia ngajak jalan bareng!!.

Tak mampu berkata - kata gue hanya bisa membalas ucapannya dengan anggukan perlahan dan senyum yg gue tahan biar gak merekah terlalu lebar.

Akhirnya kali ini gue berjalan berbarengan! bahagia gue tak terbendung namun malah membuat gue kaku,diam dan berjalan perlahan bersamaan.

"Jadi.. Hari kita tinggal sedikit lagi ya Ren di sekolah ini" ia memulai percakapan memecah keheningan.

"I..iya Nggun,ehmm.. Trus lu kuliah?kerja?"

"Gatau,mungkin kuliah,dan istirahat sejenak." ucapnya dengan suara yg makin bikin jantung berdegub kencang.

"Gue... mungkin kerja Nggun."

"Gak nanya sih Ren." balasnya yg bikin gue tertegun sejenak dan menunduk mencaci diri sendiri,

"hahaha becanda becanda,jangan di ambil hati."sambungnya menenangkan gue yg tadi langsung tertunduk.

"Acara dari osis ada apa ya Ren?"

"Biasa,pensi aja,sama sedikit kesan kita yg di rangkum terus di ucap di atas panggung sambil di iringi akustik gitu."

"Hmm,keren sih,lu di osis selalu sibuk ya Ren"

"Gak juga sih,cuma kadang jadi mecahin fokus,tapi sekarang udah ada adik kelas yg urus lebih tenang."

Gue emang sempat masuk osis,dan akhirnya setelah kelas 3 di gantikan,dan sejak itu masih ada sedikit banyaknya bantu osis,itu gue lakuin cuma biar bisa lewat kelas Anggun dan meliriknya saat di kelas.

Anggun ini satu satunya cewek yg sulit gue ajak ngomong,bukan karna dia sombong,hanya saja sulit buat gue mengontrol diri di depan dia,gue tahu gue suka dia,tapi ngucapnya ke dia bukan hal mudah.

Ada banyak siswi yg bikin gue ge'er dan merasa keren,ada banyak siswi yg sudah pernah dekat dengan gue tapi gak berkesan mendalam hingga akhirnya malah berjauhan.

Tapi Anggun,masih jadi yg terfokus di pandangan gue selama bersekolah,sehari harus gue lihat dia,karna itu minggu menjadi hari membosankan buat gue,karna sama sekali gak melihatnya.

"Sudah sampai Ren,semoga hari ini kita lulus ya" ucapnya sembari melangkah sedikit lebih cepat, ya, temannya sudah menunggunya di depan gerbang.

"Oke Nggun,Goodluck buat lu juga ya".balas gue dengan senyum.

"Iya,thanks" dan ia berlari kecil menghampiri teman temannya,dan heboh rame rame,biasalah perempuan.

Gue masuk gerbang dan menuju kelas,menatap dari jauh mading di depan ruang guru,yak masih belum di pajang hasilnya, dimasa itu hasil kelulusan tidak di surat ke rumah siswa,masih melalui mading sekolah.

Kelas gue ada tepat berlurusan dengan gerbang sekolah,ruang guru di sisi kanan gerbang gak jauhnya sebelah kiri ada ruang osis dan kelas Anggun di sebelahnya, sekolah gue berbentuk U dengan lapangan di tengah,tepat di tempat gue berjalan saat ini.

Gue lihat di depan kelas siswa "bandel" yg juga teman akrab gue semua sedang duduk lesehan, ada Eby,Santoso,Aji,Dan sugi.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 27, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Call me RenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang