Prolog

40.3K 2.2K 93
                                    

"Hei, cepat bereskan ini!" Pekik seorang pria setengah mabuk kepada gadis kecil berusia 10 tahun yang memiliki banyak lebam serta luka di wajahnya.

Gadis itu melangkah cepat dan membereskan botol-botol alkohol yang berserakan di meja.

"Bersihkan dengan cepat! Dasar anak bodoh!" Ucap pria itu lalu menarik kuat rambut gadis kecil itu lalu menghempaskan kuat hingga kepala gadis itu terbentur ujung meja dan mengeluarkan darah.

Gadis itu mengerang pelan lalu dengan cepat ia membereskan botol-botol itu dan membawanya ke belakang. Gadis itu kembali dan membereskan pakaian kotor yang berserakan di lantai lalu seorang wanita yang memakai pakaian minim melangkah melewatinya tanpa peduli darah gadis itu yang masih mengalir dan mendatangi pria pemabuk tadi.

"Kau mengambil uangku! Berikan padaku, berikan!" Jerit perempuan itu mengguncang-guncang tubuh pria itu.

'Plak'

Satu tamparan kuat mengenai pipi wanita itu lalu dengan kuat pria itu mencengkram rahang wanita itu.

"Kau tidak suka? Hah! Kau tidak suka! Rasakan ini jalang!" Pekik pria itu lalu kembali menampar wanita itu.

Gadis kecil tadi tak memperdulikan dua sosok yang merupakan orang tuanya itu. Semua hal yang terjadi saat ini merupakan sebuah rutinitas yang ia rasakan.

Suara tangisan bayi memekik kuat dan gadis kecil itu berlari mendatangi bayi laki-laki itu dan memeriksa apa yang membuat adiknya itu menangis dan ternyata sang adik buang air besar.

Gadis malang itu bernama Rose, lahir dari wanita yang berkerja sebagai pelacur dan ayahnya yang pemabuk berat membuat hidup gadis itu jauh dari kata bahagia.

Rose tumbuh menjadi gadis mandiri dan cerdas. Gadis itu sangat sering menerima kekerasan dari ibu dan ayahnya. Semua teman sekolahnya tak ingin berteman dengannya dan bahkan sering merundung (membully) gadis malang itu.

Di usia yang masih menginjak 10 tahun, Rose harus menanggung banyak beban. Gadis harus mengurus adiknya yang masih berusia 8 bulan dan membereskan rumah.

"Astaga, gadis itu masih datang. Lihat luka-luka itu, sangat menyedihkan." Ucap seorang guru saat Rose baru saja melangkah memasuki kelas.

"Jika besok aku mendengar gadis itu meninggal, aku tidak akan terkejut." Sahut guru lainnya.

"Apa yang kalian bicarakan?" Ucap seorang wanita cantik penasaran.

Dua wanita itu melotot kaget lalu membungkuk hormat. Karena saat ini wanita yang penasaran itu seorang donatur terbesar untuk sekolah itu.

"Kenapa kalian tidak menjawab?" Tanya wanita itu lagi.

Belum sempat wanita itu mendapat jawaban, sebuah pengumuman menggema di seluruh kelas untuk pemotretan pas foto resmi sekolah.

-

Rose berbaris dengan anak-anak lainnya, dan gadis malang itu kembali menjadi pusat perhatian. Wajahnya yang terdapat luka dan lebam membuat anak-anak lainnya berbisik bahkan terang-terangan mengejeknya monster.

Satu persatu nama semua murid di panggil dan di foto dalam keadaan baik. Tetapi saat nama Rose di panggil,

"Rose." Panggil pria yang bertugas untuk memfoto mereka. Pria itu tampak terkejut lalu tak ambil pusing dengan keadaan Rose, karena memang lingkungan di sana sangat tidak sehat.

'Ckrek'

Semua selesai dan Rose berjalan sambil menunduk malu. Tetapi saat gadis itu melangkah, dengan tidak sengaja Rose menabrak seseorang.

"Ah, kau tidak apa-apa sayang?" Ucap seorang wanita sambil berlutut mengecek keadaan Rose.

Wanita itu terkejut saat mendapati wajah Rose yang memiliki banyak luka dan lebam.

"Astaga, siapa yang membuat wajah cantikmu seperti ini." Ucap wanita itu.

Rose menatap takut wanita cantik dan dari penampilannya semua orang akan tau bahwa wanita itu berasal dari level atas.

"David, ambilkan kotak P3K!" Pekik wanita itu kepada pria kekar di belakangnya.

"Baik, Tayana." Balas pria bernama David itu.

Dan tanpa ragu ataupun jijik Tayana menggendong Rose dan membawanya ke ruangan untuk bisa mengobati luka Rose dengan tenang.

Tayana memang sedang melakukan tugas bersama donatur lainnya untuk meninjau bagaimana keadaan sekolah yang berada di area kumuh ataupun area tak baik untuk anak-anak.

"Siapa namamu." Ucap Tayana kepada Rose.

"Ro-se." Jawab Rose gugup, gadis malang itu takut wanita bernama Tayana itu mengurusi kehidupannya dan dia akan semakin menjadi sasaran amukan orang tuanya.

"Baiklah Rose, bisa ceritakan bagaimana kau mendapatkan luka-luka ini?" Tanya Tayana lembut.

Rose masih membungkam mulutnya lalu menggeleng.

"Jangan ikut campur, bu. Aku mohon." Ucap Rose lalu setitik air mata mengalir.

Tayana terdiam lalu mengerti bahwa anak itu takut dan orang yang memukulnya akan kembali memukulnya jika ketauan.

"Baiklah, mari kita obati lukamu." Ucap Tayana saat David datang membawa apa yang ia minta.

-

Rose terus memperhatikan wajah cantik Tayana yang sedang fokus mengobati luka di wajah Rose.

Mereka mengobrol tentang kehidupan masing-masing dan disaat itulah Tayana mengerti bagaimana gadis yang seharusnya menerima kasih sayang itu malah menjadi bahan kekerasan dari kedua orang tuanya.

"Selesai!" Pekik Tayana senang.

Rose tersenyum tipis lalu menunduk.

"Mengapa menunduk, senyumanmu sangat cantik, seperti malaikat kecil." Ucap Tayana menaikkan pandangan Rose.

"Mama! Kasey demam, apa mama membawa obat?" Pekik seorang anak pria berlari mendekati Tayana.

Tatapan Rose dan anak pria itu bertemu, tatapan itu bertahan beberapa detik lalu Tayana menjawab pertanyaan anak pria itu.

"Mama membawanya, dimana Kasey?" Ucap Tayana lalu berdiri. Tetapi, wanita itu tak melupakan gadis malang itu begitu saja.

"Rose, ini nomor telpon aunty. Telpon aunty jika kau membutuhkan aunty!" Ucap Tayana sambil memberikan kartu namanya lalu menggenggam tangan gadis itu erat lalu melangkah pergi bersama anak pria yang masih saja menatapi Rose hingga tembok memisahkan mereka.

Dan sejak saat itu Tayana dan anak lelaki itu tak kembali berkunjung. Rose kembali menjadi gadis malang tanpa memiliki harapan apapun.

Bersambung...

Medan, 17 Agustus 2019.

SON of a CEOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang